bab 22 : hari ke-56

48 9 0
                                    

"Salsa". Panggil seorang pria paruh baya.

Mata salsa membulat sempurna. "Papah?"

"Ini papah, nak, kamu apa kabar?" Ucap pria itu lirih.

"Papah, kenapa kesini?" Tanya salsa.

Pria paruh baya itu menghela nafas panjang. "Panjang ceritanya".

"Nak, kamu bisa ikut papah? Ada hal yang ingin papah bicarakan sama kamu".

"Omongin disini aja".

"Gak bisa, kita gak bisa bicara disini". Ucap Rusdi, papahnya salsa.

Salsa menghela nafas kasar, mau tidak mau ia mengikuti perkataan Rusdi. Gadis itu mengangguk pelan sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

"Kita mau kemana?" Tanya salsa.

"Ke restoran anggrek". Balas Rusdi.

Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi menembus jalanan ibu kota. Beberapa menit setelahnya, barulah mobil itu memasuki kawasan restoran yang ternyata tidak begitu jauh dari sekolahnya. Salsa tampak sedikit canggung karena tempatnya terasa asing. Salsa tidak terbiasa dengan tempat seperti ini. Mereka masuk ke dalam restoran itu, ada dua penjaga yang menyambut mereka dengan sangat ramah.

"Apa yang mau papah omongin?" Tanya salsa setelah keduanya duduk di salah satu kursi kosong.

Rusdi masih diam. Pria paruh baya itu nampak menghela nafas panjang sebelum berbicara. "Sebenarnya, papah cuma ingin menghabiskan waktu sama kamu".

"Kenapa?" Tanya salsa membuka obrolan.

"Kenapa apa?"

"Kenapa papah ninggalin salsa waktu itu?" Tanya salsa.

Rusdi terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Ia mengusap wajahnya gusar.

"Waktu itu, papah terpaksa harus tinggalin kamu karena papah rasa itu yang terbaik buat kamu".

"Yang terbaik buat aku? Waktu itu aku nangis sambil teriak kejar-kejar papah tapi papah gak ada noleh sedikitpun". Ucap salsa getir.

"Dan sekarang papah tiba-tiba nongol? Papah kemana aja?" Ucap salsa.

Rusdi masih terdiam. Ia tidak bisa menjawab ataupun membantah. Ini semua karena kesalahan besar di masa lalu telah meninggalkannya bertahun-tahun.

"Asalkan papah tau, aku sama mamah udah hidup sangat bahagia tanpa papah". Salsa bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Rusdi sendirian disana.

Sementara itu di sisi lain, ada Sarah yang sedang mondar-mandir di teras rumah karena anak gadisnya masih belum pulang juga. Ia pikir salsa pulang dengan pak Yanto, namun ternyata pak Yanto mengabari kalau gadis itu tidak ada di sekolah. Ia pikir salsa sudah pulang naik angkutan umum sebelum beliau datang. Sarah juga sudah menghubungi Anin dan Inara, tapi ternyata kedua gadis itu juga menjawab hal yang sama.

Kebetulan Naren baru saja pulang dan tidak sengaja melihat Sarah yang masih mondar-mandir dengan ekspresi wajah cemas.

"Tante". Panggil Naren.

"Kenapa?" Tanya Naren khawatir.

"Salsa belum pulang". Ucap Sarah lirih, membuat mata Naren membulat sempurna.

Otak Naren bekerja cepat. Laki-laki itu dengan cepat berlalu masuk ke dalam mobil, lalu menancap gas untuk mencari keberadaan Salsa di sekitar sekolah. Tak lupa juga mengajak Sarah.

Mobil itu berhenti di depan restoran anggrek. Mereka melihat salsa keluar bersama seorang laki-laki yang mengitunya di belakang gadis itu.

"Papah gak usah ganggu aku lagi". Ucap salsa samar-samar terdengar dari dalam mobil.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang