Sejak hari dimana salsa berhasil mendapatkan nomor telponnya, perempuan itu terus-menerus menganggu ketenangannya. Ia selalu mendatangi Naren. Dan entah kenapa ia selalu tahu dimana keberadaan Naren. Namun, Naren selalu saja menghindar, bahkan saat berpapasan pun Naren lebih memilih untuk berputar arah agar salsa tidak mengganggunya.
Dan semenjak itu pula, ia jadi kemusuhan dengan temannya sendiri, Raka. Naren tidak terima Raka menukarkan nomor nya dengan pizza satu loyang secara gratis.
"Kak Naren!!!" Seru salsa begitu minat Naren di lab komputer sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Dari raut wajahnya, sepertinya mood Naren sedang tidak baik. Salsa berjalan mendekat sambil memegang satu kotak makanan di tangannya. Entah kenapa gadis itu jadi gugup sendiri.
"Hai, kak, aku bawain bekal dari rumah, aku masak sendiri loh kak". Salsa menyodorkan kotak makanan itu kepada Naren.
"Simpen aja". Sahut Naren singkat.
Salsa menaruhnya di meja sebelah Naren. Lalu duduk di sebelahnya.
"Sendirian aja kak? Yang lain pada kemana?" Tanya salsa
"Ngapain lu kesini?" Tanya Naren merasa terganggu di perhatikan terus.
"Temenin kakak belajar. Gak ganggu kok, aku bakal diam aja biar kakak konsentrasi ". Ucap salsa membuat Naren menghembuskan nafas kasar.
"Kak, boleh tanya gak?" Belum ada satu menit perempuan itu sudah berceloteh lagi.
"Kakak beneran gak suka cewek ya?" Tanya salsa, membuat Naren sontak terkejut dengan pertanyaan salsa.
"Denger rumor dari mana, Lo?"
"Dari temen, oh iya, btw, semalem kakak kemana? Kok aku chat semalem gak dibalas?" Tanya salsa, membuat Naren benar-benar risih. Semalam, setelah telpon itu, salsa benar-benar mengganggunya dengan spam chat.
"Bisa gak sih sehari aja Lo gak usah ganggu gue?" Bentak Naren.
"Gue cum...."
"Dengan cara Lo kayak gini buat gue risih sama Lo". Naren menatapnya tajam. "Denger suara Lo aja gue gak Sudi".
Gadis itu tertegun dengan lontaran mulut pedas yang keluar dari mulut Naren. Ia menatap sorotan mata tajam itu dengan tatapan sendu. Kekecewaan membayang di kedua matanya yang berkaca-kaca, membuat Naren terpaku merasa bersalah melihat kesedihan yang terpatri di wajahnya.
"Sorry, kak, udah ganggu". Ucap salsa bernada parau. "Itu dimakan, ya, kak". Lanjutnya sambil tersenyum tegar pada Naren.
Salsa kemudian berlalu pergi. Sementara Naren disana masih menatap punggung gadis itu hingga menghilang di balik pintu. Mulutnya tidak bisa dikendalikan. Naren menatap kotak bekal itu. Ia membukanya, kemudian menatap nasi goreng yang dihias menyerupai bentuk beruang dengan perasaan bersalah.
****
Salsa masih duduk di halte depan gerbang sekolah, padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Selain menunggu pak Yanto datang, ia juga sedang ingin menghindari Anin dan Inara karena sedang ingin sendirian. Anin dan Inara sudah menawari salsa untuk pulang bersama mereka, namun ia menolaknya. Menurutnya, pulang bersama teman disaat hari sedang merasa dongkol bukanlah pilihan yang tepat.
"Ngapain Lo masih disini?" Suara itu membuat salsa mendongak. Setelah mengetahui orang itu adalah Naren, salsa kembali menatap ke arah jalan raya sembari menunggu pak Yanto datang.
"Kenapa gak pulang?" Pertanyaan basa-basi itu sangat menyebalkan baginya.
"Bukan urusan lo". Semprot salsa galak.