Naren berjalan memasuki kawasan sekolah. Lorong SMA buana sangat ramai saat ia datang seperti biasanya. Namun, tatapan semua murid kali ini seperti sedang mengejeknya.
"Kak". Panggil salsa yang sepertinya habis berlari dari kelas.
"Kamu pasti mau ngomongin soal video itu, kan?" Tebak Naren, gadis itu mengangguk.
Pasalsanya, Naren semalam sudah di serang berbagai pertanyaan dari empat orang yang sama. Siapa lagi pelakunya kalau bukan teman-temannya. Sejak postingan anonim itu viral di sekolah, empat teman-temannya itu tidak pernah berhenti bertanya di grup.
"Aku tau, aku udah liat, kok". Ucap Naren, berusaha menenangkan gadisnya yang sepertinya sedang mengkhawatirkan sesuatu.
"Kamu tenang aja, aku akan urus semuanya, kok". Ucap Naren sembari menyunggingkan senyum
"Nanti kalau sampe kamu di keluarin gimana?" Ucap salsa lirih.
"Itu gak akan terjadi". Ucap Naren, sembari mengelus puncak kepala gadisnya. Pria itu tentu tau apa yang harus dilakukan olehnya.
****
"Naren, saya mau bicara sama kamu". Ucap guru BK yang tiba-tiba datang ke kelas Naren saat jam pelajaran sedang berlanjut.
Naren menghela nafas sebelum akhirnya bangkit untuk memenuhi panggilan itu. Ia baru pertama kali menginjakkan kakinya di ruang BK setelah kasus dirinya yang diduga berpacaran bersama Bella saat itu. Sekarang, ia harus kembali menginjakkan kakinya disini.
Beberapa siswa mungkin akan takut ketika harus berhadapan dengan guru BK. Bayangan akan teguran dan hukuman membuat nyali mereka otomatis menciut. Namun hal itu tidak berlaku bagi Naren. Ia sudah siap dengan semua konsekuensi yang akan ia terima nantinya selagi ia bisa melindungi gadisnya. Bahkan kalau harus kehilangan nyawa sekalipun, jika itu untuk melindungi gadisnya, maka ia tidak masalah.
Ketika sampai di ruang BK, disana sudah ada Niko dan juga wali kelasnya.
"Coba jelaskan pada kami kenapa kamu bisa dengan berani memukul seorang guru di sekolah?" Ucap guru BK sambil menatapnya galak.
"Saya melakukan itu karena dia telah melecehkan pacar saya". Ucap Naren jujur apa adanya.
"Jangan bohong, kamu! Saya tidak pernah melecehkan siapapun, apalagi pacar kamu. Kamu saja yang tiba-tiba menyerang saya tanpa alasan". Ucap Niko.
Naren tersenyum miring. "Bapak waktu itu memaksa menarik tangan pacar saya. Oh, bukan cuma itu. Bapak juga memaksa pacar saya buat jadi pacar bapak, padahal bapak udah di tolak mentah-mentah, kan?" Ucap Naren.
"Saya tidak pernah tau siapa pacar kamu". Ucap Niko, membuat Naren mengernyit bingung. Rencana apa lagi yang sudah dipersiapkan oleh laki-laki itu?
"Saya memukulnya bukan tanpa alasan, Bu". Ucap Naren.
"Kalau begitu, saya tetap harus menghukum kamu, Naren". Putus guru bk, sembari membolak-balikkan kertas, sambil memikirkan hukuman apa yang pantas untuknya. Naren sudah siap dengan hukuman apapun yang harus di terimanya.
"Kalau begitu, selama satu Minggu ke depan kamu dilarang masuk sekolah". Lanjutnya.
Niko tersenyum tipis, seolah-olah sedang bahagia mendengar Naren di hukum.
Begitu keluar dari ruang BK, matanya tak sengaja mendapati gadisnya yang sedang menguping. Salsa rela izin tidak mengikuti kelas fisika karena ingin tau apa yang terjadi dengan lelakinya. Laki-laki itu menyunggingkan senyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa.