bab 32 : sorry

53 6 0
                                    

Hari yang dinanti-nanti oleh seluruh murid SMA Buana pun tiba. Pagi itu, sekolah yang biasanya tenang berubah menjadi penuh dengan dekorasi warna-warni dan semangat yang menggema di setiap sudut. Gerbang sekolah dihias dengan gapura megah yang terbuat dari bambu dan daun kelapa, menyambut setiap murid yang datang. Di lapangan utama, sebuah panggung besar berdiri megah, siap menjadi pusat perhatian sepanjang hari.

Setiap tahun, SMA buana menyelenggarakan sebuah acara besar yang menjadi puncak dari seluruh kegiatan dan kreativitas murid, yaitu festival SMA buana. Festival ini tidak hanya menjadi puncak hiburan, tetapi juga menjadi wadah untuk menunjukkan kemampuan, bakat, dan hasil kerja keras para murid setiap tahun. Selama beberapa Minggu sebelum festival, atmosfer sekolah dihuni dengan semangat antusiasme yang membara. Para siswa bekerja keras mempersiapkan berbagai penampilan, stan, dan perlombaan dengan dukungan penuh dari guru dan orang tua.

Festival dibuka dengan upacara yang khidmat namun penuh kegembiraan. Bendera merah putih dikibarkan, diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh paduan suara sekolah. Kepala sekolah dalam pidatonya menyampaikan rasa bangganya kepada seluruh warga sekolah yang berkontribusi dalam mempersiapkan acara ini. Pidato singkat itu diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari seluruh audience, menandakan dimulainya festival.

Setelah upacara pembukaan, acara dimulai dengan perlombaan. Ada lomba masak, kompetisi seni lukis, dan juga permainan tradisional seperti balap karung, tarik tambang, dan beberapa permainan tradisional lain yang juga turut memeriahkan suasana, mengundang gelak tawa dan semangat persaingan yang sehat.

Di sudut lain, ada bazar yang diisi oleh karya siswa yang menjadi daya tarik sendiri. Mulai dari kerajinan tangan, makanan dan minuman tradisional, pakaian, dan lainnya, termasuk salah satunya adalah baju kaos putih bergambar buah-buahan, tumbuhan, dan binatang-binatang lucu hasil karya seorang Salsabila alveria yang diperjual belikan hari itu. Salsa dengan penuh percaya diri menjelaskan produk karya nya kepada semua murid. Semua baju yang dijualnya terjual habis dengan harga yang sangat ramah di kantong pelajar, membuat gadis itu kelelahan.

"Duh, capek, nih, gue, mana haus lagi". Ucap Inara sembari mengipasi dirinya yang kepanasan.

"Eh, kesana, yuk! Gue liat disana ada banyak minuman seger". Ajak Anin sembari menunjuk STAN kelasnya Naren, yang langsung diangguki oleh Inara dan salsa.

Kebetulan, STAN kelasnya Naren, salsa dan Anin, dan Inara saling berdekatan satu sama lain. STAN kelas salsa dan Naren hanya dibatasi oleh tiga tenda milik kelas sebelas. Di STAN itu terlihat ada kelima anggota comic5 yang tengah berjaga disana.

"Pada mau minum apa?" Tanya Anin.

"Pop ice kayaknya seger deh". Balas Inara. Menurutnya, cuaca panas dan pop ice adalah kombinasi yang sangat sempurna.

"Lo mau pop ice gak?" Tanya Inara kepada salsa yang langsung dibalas anggukan singkat oleh gadis itu.

"Pop ice tiga, dong, kak". Ucap Anin.

"Siap, sayangku". Ucap Bagas, membuat pipi Anin bersumbu merah karena malu.

Sementara itu, kedua mata Naren dan salsa saling bertemu. Salsa mencoba untuk menyapa kekasihnya, namun laki-laki itu malah membuang muka. Mungkin, ia masih marah dengan kejadian itu. Sudah hampir dua hari Naren mendiamkan salsa. Hal itu tentu saja membuat salsa sangat sedih dan bertanya-tanya.

Apakah Naren tidak percaya padanya?

"Sa, Lo kenapa?" Tanya Inara, membuat gadis itu sontak tersadar dari lamunannya.

"Gapapa".

"Balik, yuk". Ucap salsa yang kemudian diangguki oleh kedua temannya.

****

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang