bab 44 : menyerah?

53 7 0
                                    

"Eh iya, kenalin, ini Lisa, calon istri gue". Ucap Christian.

Christian dan Naren adalah teman satu agensi. Dan mereka bisa dibilang cukup dekat. Setiap kali bertemu, christian sering bercerita kalau ia akan menikah dengan orang pilihan orang tuanya. Namun tidak disangka kalau perempuan yang akan menikah dengan Christian adalah salsa yang sekarang dikenal sebagai Lisa.

"Salam kenal. Nama gue Lisa". Sebut salsa. Naren mengerutkan keningnya tidak mengerti. Laki-laki itu tidak menjawab tapi tangannya terus menggenggam tangan salsa. Kedua mata mereka bertemu sesaat sebelum akhirnya salsa membuang pandangannya ke lantai.

"Naren". Ucap Naren. Setelah itu menarik tangannya dari genggaman salsa.

"Gue pikir kalian udah kenal, bukannya Lo jadi brand ambassador nya SA Fashion, ya?" Tanya christian.

"Gak kenal, bukan aku yang urusin kontraknya". Jawab salsa, langsung membuat Naren sedikit terkejut mendengar jawaban gadis itu.

"Oh". Ucap Christian.

Setelah itu semua orang makan sambil sesekali mengobrol. Naren terus memperhatikan Rusdi yang sedari tadi memberikan tatapan tidak enak padanya.

Ketika semua orang makan enak dan mengobrol tentang pernikahan, tatapan mata salsa malah kosong sembari memainkan ujung sedotan dari minumannya. Ia bingung kenapa Naren ada disini. Dan kenapa juga Naren harus kenal dengan Christian. Dari candaan mereka, salsa sudah bisa menilai seberapa dekat mereka.

"Lisa, kamu kenapa?" Tanya christian sedikit berbisik.

Salsa bergeleng pelan. "Aku izin ke toilet dulu sebentar". Belum sempat Christian menjawab salsa sudah melangkah pergi. Naren menatapnya hingga punggung gadis itu menghilang. Suasana di hatinya tiba-tiba memburuk setelah mendengar bahwa salsa adalah calon istri yang sering di bicarakan oleh christian. Segala praduga tentang hubungan mereka muncul di benak Naren.

Salsa cukup lama berdiri di depan cermin toilet yang sepi itu untuk menenangkan diri. Bagaimana caranya ia harus menjelaskan situasi ini pada Naren dan Rusdi? Salsa mengatur nafasnya sebelum memutuskan untuk keluar dari sana. Namun kakinya berhenti sewaktu menemukan Naren yang sedang bersandar di dinding seperti sedang menunggunya keluar sejak tadi. Laki-laki itu berdiri tegak saat melihat salsa ingin pergi menghindar.

"Salsa". Panggil Naren, membuat gadis itu berhenti.

"Kamu gak usah menghindar lagi, aku tau itu kamu, salsa". Ucap Naren, membuat gadis itu benar-benar tidak bisa mengelak lagi. Salsa berbalik ke arahnya.

"Kak". Ucap salsa lirih, matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis.

"I Miss you, kak". Ucap salsa.

Setelah berkata demikian, Naren langsung menarik salsa untuk masuk ke pelukannya. Keduanya berpelukan begitu erat. Seolah tak mengizinkan angin menyela sedikit pun.

Ada rindu yang sudah tak bisa mereka berdua utarakan lewat kata. Enam tahun bukanlah waktu yang sebentar. Perpisahan tanpa debat membuat keduanya sama-sama tersiksa. Tak peduli kalau sebentar lagi salsa akan menjadi istri orang lain, gadis itu hanya ingin menikmati pelukan hangat yang sudah lama tidak ia rasakan.

"I Miss you so much ". Ucap Naren.

"Kak". Panggil salsa setelah pelukan keduanya terlepas.

"Aku gak mau nikah sama Christian ".

"Aku cuman mau sama kamu".

****

Setelah acara jamuan makan malam itu, semuanya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Kami duluan, ya". Ucap aneska sembari tersenyum ramah, lalu masuk ke dalam mobil.

"Iya, hati-hati, ya". Ucap Lisa.

"Iya, kamu juga hati-hati, ya". Ucap Christian, lalu masuk ke dalam mobil.

"Kamu ke mobil duluan aja, papah mau ke toilet dulu sebentar". Ucap Rusdi setelah mobil sport BMW yang dipakai oleh keluarga Christian itu menghilang dari pandangan, dan langsung diangguki oleh salsa.

Naren juga hendak pulang. Bukan pulang ke rumah, tapi ke kantor karena setelah ini ia masih harus rapat dengan dengan seorang artis yang ingin melakukan sebuah project dengannya. Ketika ia hendak masuk ke mobilnya, seseorang tiba-tiba saja menyentuh punggungnya.

"Naren". Panggil Rusdi. Naren menoleh.

"Ada hal yang ingin saya bicarakan sama kamu". Ucap Rusdi. Dahinya mengernyit bingung. Perasaannya tidak enak.

Rusdi menghela nafas kasar sebelum berbicara. "Saya tidak suka basa basi jika menyangkut tentang anak saya. Saya tahu kalau kamu sampai saat ini masih belum bisa melupakan anak saya. Tapi kamu harus sadar kalau sebentar lagi dia akan menjadi istri orang lain". Ucapnya.

Hati Naren seketika mencelos setalah mendengarnya. Dia masih tidak menyangka mereka benar-benar akan berpisah se jauh ini.

Naren sangat tahu bahwa Rusdi tidak pernah menyukainya sejak tahu kalau ia adalah anak dari orang yang telah menghancurkan rumah tangga gadisnya.

Tadi salsa sempat bercerita kalau ia tidak ingin menikah dengan lelaki pilihan Rusdi. Namun papahnya itu terus memaksa dan mengancam kalau ia tidak menikah dengannya maka ia tidak akan pernah lagi bertemu dengan Sarah sampai kapan pun.

Salsa juga bilang kalau ia tahu Naren pernah menyusul ke London dan berkuliah disana hanya untuk mencari dirinya. Dan selama itu, salsa bilang kalau gadis itu selalu ada di sampingnya, tapi ia tidak bisa muncul karena gerak-gerik nya selalu diawasi oleh Rusdi. Jadi, salsa hanya bisa melihatnya dari jauh.

Naren tentu senang ia sudah bisa bertemu lagi dengan gadisnya. Namun kesenangannya itu hanya sesaat saja karena sadar kalau gadisnya sebentar lagi akan menjadi istri orang lain. Laki-laki itu juga merasa serba salah. Ingin membantu salsa, tapi Christian adalah satu-satunya artis yang sekarang menjadi salah satu teman dekatnya.

"Tapi om gak bisa tentuin hati orang mau jatuh pada siapa. Setiap orang bebas untuk menentukan pilihannya sendiri". Balas naren berusaha tetap bersikap tenang.

Rusdi terkekeh. Kekehan itu terdengar seperti merendahkan. "Jadi, kamu merasa kamu masih pantas bersanding dengan anak saya setelah apa yang dilakukan oleh papahmu dulu?"

Mendengar itu membuat Naren mengepalkan tangannya menahan emosi. Ia masih bisa bersikap sopan karena orang yang di depannya ini adalah seorang pria paruh baya. Terlebih lagi, sekarang dirinya adalah seorang aktor yang wajahnya sudah terpampang dimana-mana. Pasti akan ada orang yang merekam dan memviralkan kalau ia memukul pria di hadapannya itu. Kalau sudah begitu, karir nya pasti akan hancur se hancur-hancurnya.

"Tapi apakah pantas jika seorang anak dijadikan sebagai samsak balas dendam atas masa lalu orang tuanya?" Naren balas bertanya dengan rentetan kalimat sarkas yang ditujukan untuk Rusdi.

"Saya lebih tau tentang kebahagiaan anak saya. Dan saya yakin, bahagianya bukan pada kamu". Rusdi menunjuk-nunjuk wajah Naren dengan jari telunjuknya, membuat Naren berusaha mati-matian menahan emosinya begitu saja.

"Selama enam tahun ini, apakah om melihat salsa bahagia?" Tanyanya.

"Salsa bahagia atau tidak, om bisa tanya langsung sama anak om".

"Kalau om punya masalah sama papah saya, silahkan selesaikan berdua. Kalian berdua sudah dewasa".

Rusdi terdiam, merenungi setiap rentetan kalimat yang keluar dari mulut Naren. Dulu salsa juga pernah bilang kalau memisahkan keduanya untuk balas dendam, ia balas dendam pada orang yang salah karena Naren tidak tahu menahu soal masa lalu orang tua mereka.

"Om, salsa juga butuh untuk di dengarkan".

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang