bab 7 : hari ke-10

52 7 1
                                    

"Salsa..." Panggil Sarah saat salsa sedang asyik bersantai di kamarnya. Perempuan paruh baya itu kemudian masuk, membuat gadis itu langsung bangkit duduk di kasur saat mamahnya masuk ke dalam kamarnya.

"Kenapa, mah?" Tanya salsa. Gadis itu menatap kedua mata mamahnya dengan intens.

"Kamu masih ingat sama Niko kan?" Tanya Sarah. Salsa mengangguk pelan.

"Iya, mah, inget kok, kenapa? Dia pulang ya?" Salsa berujar dengan antusias.

Tentu saja ia mengingat sosok Niko. Laki-laki bernama Nicholas Dirgantara itu teman masa kecilnya. Bukan hanya teman masa kecil, akan tetapi juga sosok kakak baginya. Sekarang, laki-laki itu sedang menyelesaikan masa studinya di Korea Selatan.

"Iya, mamah denger besok malam dia akan landing di jakarta". Ucap Sarah. Salsa tersenyum lebar. Ia sangat sedang mendengar Niko akan kembali besok malam. Ia sangay tidak sabar ingin bertemu dengannya.

Empat tahun tidak bertemu ataupun saling bertukar kabar membuatnya sangat senang. Salsa sangat merindukan kehadiran laki-laki itu. Bukan salsa namanya kalai tidak heboh. Perempuan itu sampai jingkrak-jingkrak di atas kasur saking senangnya.

"Seneng banget nih kayaknya". Ucap Sarah sambil bergeleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya yang sangat lincah itu.

"Gimana aku gak seneng? Empat tahun loh gak ketemu, mana lost contact juga". Balas salsa.

"Ya udah, gih, sana makan dulu! Mamah masak sayur lodeh, tuh". Ucap Sarah, kemudian, salsa langsung mengacir ke dapur.

Ia memakan sayur lodeh itu dengan lahap. Sarah mengelus rambut anak gadisnya seraya memperhatikannya makan dengan lahap.

****

Naren berangkat ke sekolah pada pukul 05.30 saat papahnya masih tertidur. Tak lupa juga untuk membawa bekal nasi goreng buatan bi Neneng untuknya sarapan di sekolah nanti. Selama delapan hari kemarin adalah hari ni yang benar-benar sangat membahagiakan untuknya, karena tidak harus bertemu dengan papahnya.

Seperti biasa, jika anak-anak sekolah lain pergi ke sekolah menggunakan kendaraan umum atau motor, maka Naren pergi dengan mobil sport nya. Hal itu sudah menjadi rutinitas yang tidak akan pernah ia tinggalkan setiap kali akan pergi ke suatu tempat, walaupun sudah seringkali di tegur oleh orang-orang iri.

"Kak Naren!!!" Panggilan itu sukses membuat Naren terkejut bukan main.

"Aduh, sumpah?! Bisa gak, sih, sehari aja Lo gak ngagetin gue?" Ucap Naren sembari mengelus dadanya. Sementara perempuan itu menyengir kuda tanpa dosa.

"Berangkat bareng, yuk, kak!" Ucap salsa. Tangan gadis itu menggenggam tangan Naren, matanya mengedip imut. Membuat laki-laki itu merasa risih.

"Ogah". Balas Naren singkat. Bibir gadis itu mengerucut lucu, membuat Naren Naren merasa gemas seketika. Ingatkan ia untuk tidak memberi harapan lebih pada gadis itu.

"Ayo kak*.

"Lo kan ada sopir, berangkat sama sopir Lo aja ". Ucap Naren sembari berusaha melepaskan tangannya dari genggaman salsa.

"Pak Yanto gak masuk, jadi aku berangkat sama kakak aja". Balas salsa.

Hari ini pak Yanto tidak masuk karena sedang sakit. Selama satu bulan ini pak Yanto sibuk mengantar majikan dan anak majikannya kesana kemari. Apalagi sekarang Sarah sedang sibuk-sibuknya bolak-balik ke luar kota sehingga membuat pak Yanto pun ikut sibuk mengantar kedua bos nya itu.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang