Aku melupakan ide untuk mencari-cari tempat tinggal dengan biaya terjangkau dan karena alasan penyelamatan diri; atau lebih tepatnya untuk kabur dari realita. Realita yang melibatkan Datta di dalamnya.
Berkali-kali aku menertawakan diri sendiri lengkap dengan mencemooh diriku setiap mengingat apa saja yang sudah aku dan Datta lakukan, kami bahas tentang hubungan ini. Bisa-bisanya aku begitu naif dengan berpikir ini akan berjalan selamanya. Kisah sembunyi-sembunyi ini akan berhasil kami bangun dan jalani seperti yang kami mau. Aku terlalu mempercayai apa yang Datta katakan, bagaimana seolah kesungguhan dari matanya setiap menatapku, perlakuannya terhadapku, juga begitu mempercayai keinginanku sendiri untuk meninggalkan semua ketakutan dan memilih memberi kesempatan kami berdua.
Nyatanya, tidak semua kesempatan harus ada. Tidak semua kesempatan yang ada harus digunakan. Tidak semua kesempatan harus diberikan pada seseorang dan tidak semua orang berhak diberi kesempatan. Termasuk aku dan Datta.
Seharusnya, dari awal aku sudah memahami ini. Kalau aku saja setuju ketika sesuatu terlalu nampak indah, itu artinya ada yang salah yang mungkin kita lewati dan akan terjadi di kemudian hari. Begitu (seharusnya) sebaliknya, ketika sesuatu nampak begitu mustahil dan sulit bahkan untuk dibayangkan, artinya hal itu bukan untukmu dan kamu tidak perlu memaksa diri yang justru akan menghancurkan.
Namun, aku sial, aku yang membuat diriku sial, mengabaikan semua itu dan meratapinya hari ini, bahkan di perjalanan pulang dengan tanpa tujuan apa pun untuk masa depan. Aku tidak tahu bagaimana caranya berhadapan dengan Datta membawa topik pembahasan uang lima puluh juta yang diminta Abang. Dengan kondisi kami yang bahkan lebih buruk daripada saat awal aku berusaha menolaknya.
Aku tidak tahu.
Aku tidak bisa memikirkan apa pun.
"Terima kasih, ya, Pak," ucapku pada driver online yang mengantarku sampai di depan rumah Bapak. Kemudian melanjutkan langkah dengan lesu dan aku tahu ketika kaki ini memasuki area rumah, maka senyumku harus terpasang, kepalaku harus terangkat tegak, tubuhku tak boleh lesu—tapi bagaimana dengan hatiku sekarang? Ketika mataku menemukan mobil Datta di sana, bersama mobil Bapak lainnya.
Ini terlalu cepat terjadi.
Apa yang aku takutkan sudah benar-benar terwujud bahkan belum sempat menunggu 24 jam. Entah kenapa semuanya harus terjadi hari ini, tetapi mungkin karena aku dipercaya mampu melaluinya meskipun aku sendiri tidak tahu apa-apa. Tidak tahu kemampuanku sebatas mana.
"Jangan pernah sekali-kali kamu kepikiran buat ngelakuin itu!" Teriakan itu membuat tubuhku seketika mematung. Langkahku baru dua dari pintu, tetapi suara berisik yang nyaring dan mereka saling menaikan volume membuatku paham apa yang terjadi. Belum tahu detail, tetapi aku tahu mungkin waktunya tidak tepat untuk kembali ke rumah ini. Atau ... justru sekarang semuanya harus terbuka? "Mama tahu Mama bukan Mamamu dan mungkin apa pun yang Mama omongin kamu nggak akan pernah percaya. Tapi gimana dengan Aldan? Kamu bilang kamu sayang dia, kamu bilang kamu kehilangan dia seumur hidupmu, kenapa kamu nggak coba lanjutin apa yang Aldan tinggalin? Mama bohong kalau bilang nggak pernah kepikiran nyalahin kamu. Mama pernah nyalahin kamu, Mas. Mama pernah bertanya-tanya, kenapa harus Datta yang nyetir waktu itu, kenapa Aldan harus ikut kamu waktu itu, dan kenapa-kenapa lainnya. Tapi bukan berarti Mama mau kamu hancur. Mama sayang kamu dan Mama mau kamu tetap hidup, melanjutkan hidup dengan berusaha memperbaiki semuanya."
Aku tidak mendengar suara Datta sama sekali. Aku bahkan belum benar-benar melihat wajah mereka, aku hanya mendengar suaranya dan memutuskan untuk bersandar di tembok untuk tetap menyimak. Aku tidak berani menampakkan diri juga tidak sanggup untuk menarik diri kabur.
"Bukan kamu yang bunuh Pak Ihsan, Mas ... demi Allah, bukan kamu." Suara Ibu lebih pelan dan bergetar, beliau pasti sedang menangis dan benar saja, aku mendengar raungannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
beyond words
ChickLit[END] Ekstra Part di Karya Karsa Mungkin ada banyak kata sifat-dalam ribuan bahasa-untuk menjelaskan perasaan atau emosi, tapi terkadang kamu kebingungan, tak menemukan satu kata pun yang bisa mewakili. Atau ... kamu bisa menyebutnya; beyond words...