Judul-judul 20

2.4K 433 24
                                    

"Kita temui dia sekarang, Bim. Kamu mau ikut atau nunggu aku di sini?"

"Nggak boleh ada yang nemuin orang gila itu. Neither of us."

"Yang temasuk ke pilihan itu kamu. Kamu boleh mau pergi atau enggak. Aku tetep pergi."

"Kamu sekarang ada di ruanganku. Aku yang pesen kamar ini, pakai uangku, pakai namaku, jadi yang harusnya punya aturan di sini adalah aku. Ketika kamu melangkah masuk tadi, harusnya kamu tahu cuma rules-ku yang boleh berlaku di sini."

Tatapan matanya begitu sinis, jarinya yang sedang memasang kancing kemeja pun terhenti. Membiarkan beberapa masih terbuka, dia berjalan mendekatiku dengan tatapan menghujam. Oh my beautiful Datta, aku rasa aku sudah cukup mengenalmu untuk bisa berdiri tegak di hadapanku tanpa takut. Membalas tatapanmu sama tajamnya, mempertahankan diri sama seperti keras kepalamu.

Aku lebih dari mampu.

Apalagi hari ini, mungkin karena kita sudah sama-sama mendapatkan tambahan energi dari kalimat-kalimat manis yang kita saling lontarkan. Dari pelukan yang saling kita beri. Bukankah begitu, Datta? So, fight me. Aku tidak akan membiarkan kamu bertindak gegabah hanya karena orang aneh itu menyebut nama-nama orang terdekatmu. Di zaman gila ini, hal-hal yang kita akan anggap serius bahkan bisa menjadi hanya sebuah keisengan bagi beberapa orang.

Aku yakin, salah satunya perempuan yang tadi menelepon.

"Listen, jangan kasih aku rules apa pun, kalau kamu sendiri bahkan yang selalu ngerusak rules-mu." Alright, dia benar-benar mengibarkan bendera perang. "I change my mind," katanya masih belum melembutkan tatapannya. "You stay here. Aku yang pergi. Jangan keluar kamar, apalagi kepikiran buat turun ke lobby dan jalan keluar. Tunggu aku yang ngabarin."

"Seriously, Datta?" Aku tertawa. Karena ini terdengar sangat konyol. "Kamu pikir kamu siapa berhak dikte do's and don'ts buat aku?"

Dia menyeringai. "Dan menurutmu siapa kamu berhak kasih aku rules buat nemui orang lain atau enggak?"

"Cause I'm worried about you."

"So am I." Dia menyelesaikan kancing dan hanya menyisakan ... mungkin dua atau tiga teratas yang terbuka. Lalu meraih dompet, memasukkannya ke saku belakang jeans, memakai sepatu dengan terburu-buru hingga pincang sana-sini karena sesuatu yang diburu-buru tidak akan berakhir baik. Bukannya terpasang, sepatunya loncat meninggalkannya. Umpatannya tak membantunya sama sekali. Dia harusnya merasa bersalah padaku, karena bisa saja itu karma? Bahkan alam terlihat ada di pihakku. Tapi pada akhirnya kedua kakinya sudah berhasil terbungkus sepatu putihnya. Sekarang dia mondar-mandir mencari sesuatu ... kunci mobilnya. Satu tambahan yang jelas di kepalanya merupakan ide brilian; dia mengambil satu key card dan memasukkannya ke dalam dompet. Lalu dia tersenyum padaku, berjalan mendekat dan mencium bibirku cepat. "I love you, tunggu aku. Aku janji nggak akan lama."

"Oh justru aku berharap kamu nggak akan pulang, Mas Datta."

Bibirnya membentuk garis lurus.

"Maksudku, pulang ke sini. Go home, your home."

Kepalanya condong lagi, dia memberiku ciuman kedua ... di beberapa detik ini maksudku, karena kalau harus dihitung total dalam satu hari ini, aku kehilangan angka. Memilih tidak mau memikirkan jumlahnya. "You're my home," bisiknya di depan bibirku. "Aku pergi dulu. I love you."

Setelah melihat dia menghilang dari balik pintu, aku duduk di pinggir kasur, menggosok wajah dan berharap apa yang terjadi di menit-menit terakhir tadi bisa aku buang dan kami kembali pada saat sedang mengobrol manis di atas kasur ini. Aku menoleh, mengusap atas seprei dan ajaibnya, aku seolah masih bisa melihatnya di sini, mencium wanginya. Kenapa dia kolot sekali membuatku menjadi perempuan yang duduk diam di rumah menunggunya pulang? Kenapa dia tidak mengajakku ikut bertarung? Apa dia sungguh berpikir aku tak bisa melakukan apa-apa? Apakah dia lupa apa peranku untuk hidup papanya? Aku memastikan hari-hari papanya berjalan dengan baik, yang mungkin belum tentu bisa dia lakukan. Bukan mungkin, jelas tidak bisa dia lakukan.

beyond wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang