Raikhal dengan cepat bangun dan mengangkat kepalanya. Ia memicing begitu melihat sosok tinggi yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Siapa lo?!" bentak Raikhal.
Namun, pria itu tidak menjawab, dan hanya membenarkan letak kacamatanya sebelum membantu Layla bangun. Bisa Raikhal dengan suaranya yang berat itu menanyakan keadaan Layla dengan lembut. Dari sanalah Raikhal menduga suatu hal.
"Ah... simpenan baru kamu, Lay?" Raikhal terkekeh sinis, lalu menunjuk-nunjuk Layla yang tampak payah. "Ckck... udah aku duga, kamu emang berbakat buat gaet pria-pria matang.... Hebat kamu, Lay!"
Layla hanya mengerjapkan matanya, tidak memiliki tenaga untuk menjawab semua ucapan kasar Raikhal. Ia menoleh, menatap bingung suami—kontaknya—yang berdiri sambil merangkul bahunya. Kenapa orang ini bisa ada di sini? Bagaimana Aldimas tahu keberadaannya?
"Jawab dong, Sayang...." Raikhal mengulurkan tangan, bermaksud untuk meraih lengan Layla.
Melihat itu, Layla hanya memejamkan mata. Ia takut Raikhal kembali bertindak kasar. Namun sebelum ia sadar, Aldimas dengan lembut menggeser tubuhnya untuk menghalangi Layla. Sekarang, pria itu berdiri kokoh di depan Layla, menjadi tembok pemisah antara dirinya dan si bajingan Raikhal.
"Saya suami Layla," jawab Aldimas. Suaranya terdengar datar, tapi Layla bisa merasakan aura yang lebih dingin daripada biasanya.
"Apa?!" pekik Raikhal. "S-sejak kapan lo... sialan lo, Layla!"
Raikhal mengulurkan tangannya, tetapi dengan cepat, Aldimas menahan tangan itu. Ia pun menghempaskan tangan Raikhal dengan kasar.
Layla hanya mencengkeram jas belakang Aldimas, dan menundukkan kepala. Seluruh tubuhnya masih gemetar. Ia tidak kuasa untuk menatap Raikhal di sana.
"Minggir, sialan!" suara Raikhal menggema sebelum suara tinjuan.
Mata Layla membulat begitu melihat Aldimas sedikit limbung. Kacamata pria itu juga terlepas dan jatuh mengenaskan di tanah. Meskipun tidak terlalu jelas, sekilas terlihat luka memerah di bibir pria itu.
'Gak! Kenapa Raikhal harus melukai Aldimas juga?' pekik Layla dalam hati.
Namun, sebelum Layla melayangkan protesnya kepada Raikhal, pria itu sudah lebih dulu meraih tangannya. Ia berhasil membawa Layla keluar dari balik punggung Aldimas.
"Lo selingkuh duluan, kan?!" Raikhal mengguncangkan kedua bahu Layla dengan kasar sambil berteriak.
Wanita itu hanya memejamkan mata, merasakan segala rasa sakit bercampur amarah yang semakin menumpuk di hatinya. Bahkan sudah tidak ada lagi ucapan aku-kamu dari mulut Raikhal.
"Lo pasti tidur duluan, kan, sama laki-laki ini? Jawab, Jalang! Gue tau, lo emang gak sepolos itu!" tambah Raikhal.
"Rai—"
Layla tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena tahu-tahu Raikhal sudah tersungkur kembali. Aldimas menariknya dengan kasar, dan menghempaskannya untuk menjauh.
Raikhal menyeringai, sambil menatap Aldimas penuh ejekan. "Gimana Layla? Enak? Sayang banget gue belom sempat nyicip dia sebelum—"
Bugh!
Tinju Aldimas melayang untuk pertama kalinya, menghantam keras rahang Raikhal sampai mengeluarkan bunyi kertak. Pria itu terhuyung sekali lagi, dan sedetik kemudian tersungkur di tanah berbatu itu. Padahal hanya sekali, tapi darah segar sudah mengalir di sudut bibirnya.
Layla membulatkan mata sambil menutup mulutnya. Ia tahu kalau Aldimas adalah orang yang dingin, tapi tidak pernah bertindak kasar. Ia selalu bisa menyembunyikan emosinya dengan baik di balik wajah datar itu.
Baru kali ini Layla melihat seluruh wajahnya mengungkapnya amarah yang besar itu. Wajahnya memerah, bahkan urat-urat di leher dan dahinya tampak menojol, seolah ingin meledak. Mulutnya terkatup rapat, tapi tatapan matanya mengeluarkan ribuan kalimat makian.
Aldimas melangkah mendekati Raikhal yang masih tersungkur, membuat pria itu sedikit beringsut mundur. Mungkin seperti Layla, Raikhal juga berpikir Aldimas akan menghajarnya lagi.
Namun ternyata, pria itu hanya berbicara dengan nada dingin sambil menatap Raikhal dari atas, "Silakan bicara dengan pengacara kami, termasuk soal kejadian ini."
Aldimas segera berbalik, lalu mengamit tangan Layla untuk membawanya pergi dari sana. Layla tidak protes, dan mengikuti langkah Aldimas dengan perlahan.
"Sialan! Lihat saja, gue akan tuntut kalian buat penganiayaan ini!" Raikhal kembali berteriak, membuat keduanya berhenti melangkah. "Kita lihat, siapa yang akan tersenyum pada akhirnya."
"Ah, saya juga penasaran." Aldimas menoleh, tanpa berbalik badan. "Tapi saran saya, lebih baik gunakan uang Anda untuk membayar utang kepada Layla, daripada menyewa pengacara sampah."
"LO!"
Kali ini, Aldimas tidak meladeni lagi. Sebelum Layla sadar, pria itu tiba-tiba meraih punggung dan menyelipkan tangannya di lipatan kaki Layla. Tanpa beban, Aldimas menggendong Layla untuk menjauh dari tempat kotor itu.
Layla tentu tidak menduganya. Ia refleks melingkarkan tangannya pada leher Aldimas. Kepalanya terus tertunduk, tidak mau menatap Raikhal, apalagi Aldimas yang berjarak begitu dekat dengannya.
Raikhal juga sepertinya tidak ada tenaga untuk mengejar mereka lagi. Sampai Aldimas membawa masuk Layla ke mobilnya, pria itu tidak muncul. Setelah meletakkan barang-barang Layla di kursi belakang—yang entah kapan Aldimas pungut dari sana tadi—pria itu pun masuk ke mobil, dan mulai menjalankannya dari parkiran sekolah.
-------------------
Buat teman-teman yang mau ngobrol sama aku atau mau sekadar lihat kegantengan Mas Aldimas, boleh main ke Instagram atau TikTok aku (ziajungstory) yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name of Marriage Contract
RomanceLayla sama sekali tidak paham, kenapa pria yang menuduhnya sebagai simpanan kakek-kakek, tiba-tiba menawarkan pernikahan kontak? Terlebih, pria ini selalu datang seperti dewa penyelamat setiap kali Layla terkena musibah. Mulai dari ketika ia mabuk d...