Preview....
------------
"MAMAAAAH!"
Omelan di ujung lidah Layla harus tertahan begitu mendengar dua teriakan dari balik pintu lagi. Ia segera menurunkan gaun tidurnya dan turun dari kasur untuk mengambil celana dalam yang dilempar Aldimas tadi.
Sekali lagi, Layla melirik tajam ke arah Aldimas sebelum membuka kunci pintu kamar mereka. Ini pasti ulah Aldimas yang mengunci pintu itu tadi malam.
"Selamat pagi, sayang-sayangnya Mama!"
Dua bocah laki-laki kembar berusia empat tahun itu memeluk masing-masing kaki Layla. Mereka berdua memakai piyama bermotif dinosaurus yang sama, satu berwarna biru, yang satu berwarna hijau.
Dua bocah itu adalah arti sesungguhnya dari fotokopian Aldimas dari segi fisik. Rambutnya yang lurus, bola mata bulat hitam, dan hidung mancung seperti keturunan Timur Tengah. Jangan lupa alis tebal yang begitu mirip dengan papanya itu.
Yah, Layla hanya kebagian hikmahnya saja.
Rafael Julian Mandrawoto, si anak sulung yang memakai piyama biru, mengulurkan tangan ke arah sang mama. Layla yang paham pun segera mengangkat anak itu, bersama dengan boneka naga yang selalu menemaninya tidur.
"Mama, kok, dikunci?" tanya Rafael dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, padahal kata Papa gak boleh kunci pintu kamar," sambung Rayan Julius Mandrawoto, si bungsu yang memakai piyama hijau. Bocah itu tahu-tahu sudah bergabung dengan Aldimas di atas kasur. Untung saja papanya itu sudah memakai celananya kembali—yah, walaupun masih bertelanjang dada.
"Itu karena kalian masih kecil, jadi jangan main pintu," balas Aldimas yang bersandar di kasur. Walaupun ucapannya sedikit ketus, tapi tangannya tidak berhenti membelai kepala Rayan.
Rayan berdiri di kasur sambil berkacak pinggang menatap Aldimas. "Aku udah besar tau! Aku udah bisa gosok sendiri sendiri. Kata Miss, itu berarti udah besar!"
Rafael yang masih ada di gendongan Layla pun mengangguk. "Ya, Ma, ya. Rafa udah besar juga, ya."
Aldimas mendengus. "Tapi, masih tinggian Papa."
"Rayan juga tinggi!" Rayan mulai melompat-lompat di kasur.
"Rafa tinggi! Rafa tinggi!" Rafael tidak mau kalah, ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Ya, Ma, ya?"
"Kalian naik kasur dan digendong, artinya belum tinggi," balas Aldimas.
Layla menghela napas, membawa Rafael dan dirinya sendiri untuk duduk di tepi kasur. "Mas, udah dong."
Begitulah Aldimas sekarang. Layla tidak hanya kerepotan mengurusi si kembar Rafael dan Rayan, tetapi juga Aldimas yang semakin manja. Terlebih, Layla memutuskan untuk mengurus kedua anaknya sendiri tanpa bantuan babysitter. Bukannya bersikap dewasa, Aldimas malah lebih sering berebut perhatian Layla dengan Rafael dan Rayan.
---------------------------
Versi lengkapnya ada di KK yaaa. Link ada di wall dan bio akuuu~
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name of Marriage Contract
RomantizmLayla sama sekali tidak paham, kenapa pria yang menuduhnya sebagai simpanan kakek-kakek, tiba-tiba menawarkan pernikahan kontak? Terlebih, pria ini selalu datang seperti dewa penyelamat setiap kali Layla terkena musibah. Mulai dari ketika ia mabuk d...