EXTRA - Daddy's on Duty [Part 3]

986 68 0
                                    


Pepatah bilang, hari baru, masalah baru.

Aldimas tidak mengalami kesulitan banyak soal makanan para bocah. Rafael dan Rayan bukan anak yang pemilih karena Layla sudah mengajarkannya makan apa pun sejak kecil. Hanya saja masalahnya... ada pada Aldimas sendiri. Kalau kemarin ia masih bisa mengandalkan masakan Layla untuk sarapan dan makan malam, tidak dengan hari ini.

Aldimas sudah siap membelikan bubur di depan kompleks kala Rayan merengek minta dibuatkan french toast ala mamanya. Resep di internet terlihat mudah, hanya merendam roti tawar ke adonan susu dan telur, sebelum dipanggang. Namun prakteknya, tidak semudah itu.

Terlebih ketika Aldimas salah mengira bahwa mecin sebagai garam ke adonan. Ia juga tidak bisa mengatur besar api kompor sehingga roti itu hangus sebelah.

"Papa, kok, rasanya aneh," Rayan berkomentar sambil mengunyah rotinya. Ujung garpunya menusuk-nusuk roti itu dengan tatapan aneh.

"Iya, kah? Gak enak?" tanya Aldimas.

Rayan menjawab langsung, "Gak enak."

"Enak, kok. Rafa suka."

Berbeda dengan Rayan yang makan dengan tatapan aneh, Rafael malah melahap habis roti itu. Aldimas juga merasa tidak ada yang aneh dengan rotinya. Mungkin saja Rayan yang sedikit lebih sensitif. Buktinya, si kembaran justru makan dengan lahap.

Hari ini adalah hari Sabtu, sedikit keberuntungan karena Aldimas tidak perlu mengantarkan keduanya ke sekolah. Ia juga belum bisa membayangkan bagaimana hebohnya pagi ini jika harus menyiapkan tetek-bengek Rafael dan Rayan. Pagi ini dimulai dengan sedikit lebih santai. Hanya saja karena Layla membiasakan keluarganya untuk sarapan, mereka tetap bangun pagi.

"Papa, Mama pulang kan ya hari ini?" tanya Rayan sambil menggeser roti "aneh" itu dari hadapannya.

"Iya."

Rayan dan Rafel bersorak senang di kursinya. "Yeay! Mama pulang! Mama pulang!"

Aldimas tersenyum tipis. Ia juga merasa lega karena Layla akan pulang hari ini, tetapi satu sisi hatinya merasa miris juga. Anak-anaknya terlihat jauh lebih nyaman bersama Layla, padahal dia juga papa mereka.

"Kalian gak suka, ya, kalau sama Papa di rumah?" Aldimas bertanya lembut kepada keduanya.

"Suka!" Rafael mengangguk sambil mengangkat garpu plastik di tangannya. "Tapi, Rafa lebih suka Mama."

"Mama kalau masak enak!" Rayan menambahkan.

Aldimas tidak bisa mendebat. Dirinya yang dijuluki jaguar Mandrawoto itu tidak bisa berkutik kala berhadapan dengan si kembar. Pasalnya, backing-an keduanya tidak main-main. Buka mulut sedikit, bisa jadi Aldimas harus tidur di kamar tamu selama seminggu.

Selesai sarapan, keduanya bermain di ruang tengah sambil menonton TV. Aldimas hanya mengawasi sesekali sambil mencuci piring dan membersihkan dapur.

Baru saja Aldimas ingin menghampiri si kembar, ponselnya berdering. Ia pikir itu Layla, tapi melihat justru nama sekretarisnya di sana, ia mendengus. Pasalnya, ia sudah sengaja mematikan ponsel khusus pekerjaan. Jika sekretarisnya sampai menghubungi nomor pribadinya, pasti ini ada yang tidak beres.

"Halo, kenapa?" tanya Aldimas langsung.

"Halo, Pak. Anu... maaf ganggu cutinya, tapi ini ada hal urgent yang harus dicek sekarang."

"Kenapa?" ulang Aldimas.

Sekretaris itu menjelaskan bahwa ada sedikit perdebatan soal akuisisi yang akan dilaksanakan minggu depan. Pihak klien menanyakan ulang beberapa berkas dan perlu dikonfirmasi. Waktunya sudah sangat mepet, sehingga hal ini tidak bisa ditunda. Apalagi klien tersebut sangat mempercayai Aldimas.

In The Name of Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang