Olivia adalah seorang gadis yang periang dan selalu bersemangat, Matanya berkilauan saat ia terlalu bersemangat karena suatu hal. Cita citanya sejak kecil adalah menjadi seorang dokter sama seperti ayahnya.
Sandy adalah salah satu murid terbaik yang ada di Denpasar. Ia sangat populer karena kecerdasannya. Gold Medal OSN Mathematics nasional dan internasional. Tujuannya adalah keluar dari Bali setelah SMA dan masuk ke Stanford University. Menurut Sandy, Denpasar terlalu kecil untuknya.
Dan Olivia dan Sandy sudah saling mengenal sejak mereka berusia 5 tahun.
-----
Olivia's POV
Hari pertama sebagai siswa SMA seharusnya menjadi hari paling menyenangkan, dimana akhirnya warna rok sekolahku berubah dari biru menjadi abu abu. Semua orang seharusnya terlihat lebih dewasa namun aku hanya berdecak saat melihat sahabatkku Gio dan Rene sedang berlarian di lapangan sekolah memperebutkan photocard artis kpop kesukaan mereka. Dan paling mirisnya lagi adalah aku sekarang berlari ke arah mereka untuk mencuri photocard itu agar mereka berhenti dan berlari mengejarku.
Selamat datang di SMA Kristen Santo Yoseph. Suara seseorang bergema di seluruh sudut sekolah, meminta kami berkumpul di lapangan. Aku masih memeluk erat Photocard yang menjadi bahan perebutan Gio dan Rene sementara mereka sedang menunggu ku lengah.
"Sumpah kita bukan anak SMP lagi, masa iya masih rebutan beginian" aku memperhatikan foto pria ditanganku.
Rene gesit, langsung merebutnya dari tanganku. Gio mendukung karena sepertinya lebih baik foto itu ada di tangan Rene daripada aku yang pegang.
"Dihh.. kan sama saja kaya kamu, emang setelah masuk SMA jadi gak suka lagi sama Sandy, enggak kan?" celetuk Rene sambil menjulurkan lidah padaku. Gio cekikian lalu merangkul pundakku. "Panjang umur.. tuh orangnya" Gio mengarahkan pandangannya ke depan.
Dan dia ada disana.. Sandy berjalan memasuki sekolah.
Senyumku mengembang, alasan lain aku memilih sekolah ini selain karena merupakan sekolah terbaik di Bali.. namun juga karena Sandy ada disini. Aku tidak sepintar Sandy, bukan peraih gold Medal OSN yang diterima masuk tanpa test disini.. atau tidak juga seperti Rene atau Safta yang merupakan juara olimpiade renang tingkat nasional. Aku masuk ke sekolah ini benar benar karena usahaku belajar mati matian. Aku mati matian mendaptkan peringat 1 di kelasku demi mendapatkan kesempatan bisa berada di sekolah ini bersamanya. Tapi, Sandy bukan lah obsesiku.. dia ku anggap sebagai pemacu semangatku.. ia membuatku tahu apa yang aku mau. Aku ingin sehebat dia.. aku ingin berada di samping nya dan membuat diriku merasa layak berada disana.
Walau lagi lagi... Sandy pun mungkin sering tak menyadari keberadaanku. But one day.. i hope he will see me.. with smile.
Kepala sekolah berdiri di podium memberi kata sambutan kepada seluruh murid baru
"Saya bangga sekali karena banyak siswa siswi berprestasi yang masuk ke sekolah kita, dan saya akan panggilkan ketiga nama perwakilan..
Yang pertama...Peraih Gold Medal OSN Mathematics dan Bronze Medal OSN paling bergensi di dunia OSN Sandy Alexander Wijaya
Seluruh orang bertepuk tangan, termasuk aku yang tersenyum bangga melihatnya. Sandy berjalan menuju podium, ahhh andai ia sedikit tersenyum hari ini mungkin akan menjadi sedikit menyenangkan.
Yang kedua.. Peraih Score tertinggi penerimaan siswa tahun ini ada Brian Ardian Mulyanegara.
Semua orang kembali bertepuk tangan. Rene berbisik padaku "Cakepppp banget!!"
Aku hanya mengangguk, pernah bertemu Brian beberapa kali di tempat les bahasa inggris waktu SMP, tidak kusangka kami akan bertemu lagi di sekolah ini. Ia sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan. Tapi, Sandy tentu lebih tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Romantik"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...