Back to be Friends

190 20 4
                                    


Bel istirahat berbunyi, seluruh murid berhamburan keluar ruangan dan berlarian menuju ke kantin. Begitupun Gio dan Rene yang sudah menyeretku segera keluar kelar "buruannnn aku lapar banget" desak Gio yang sedari tadi sudah menggerutu karena jam pelajaran Pak Bowo tak kunjung selesai. 

Rene menyenggol lenganku "lemes banget daritadi" ucapnya sambil merangkulku, Gio sudah berlari ke kantin untuk mengambil antrian. "Cuma agak capek" jawabku. Maaf Rene, aku belum bisa cerita. Bagaimana aku bisa menceritakan apa yang terjadi kemarin? 

Aku mengikuti Rene, kami mengitari seluruh area kantin untuk mencari meja yang masih kosong. Gio sudah mengantri, mengirimi chat di group kami untuk menanyakan pesananku dan Rene. 

"Hei..." sapa seseorang, Rene dan aku menoleh ke belakang, menemukan Jere yang sudah berjalan ke arah kami dengan piring berisi makanan di tangannya. "Uda pada full, duduk bareng kita aja"Jere menoleh ke arah meja yang tak jauh dari kami. Ada Stefano yang sedang sibuk dengan handphonenya. 

Tidak ada Sandy, jadi tak masalah. 

"Makasih banget Jere yang baik" Rene menarik tanganku, lalu kami menuju meja Jere dan Ste.

"Duarrr!" Rene mengagetkan Ste, handphone nyaris melompat dari tangannya. Rene terbahak kencang. Stefano berlari mengejar Rene, meninggalkanku dan Jere duduk berdua. 

"Lemes amat, lagi sakit?" Jere memegang dahiku

Satu hal yang kusuka dari Jere adalah dia sangat perhatian. Kutepis tangannya pelan "Cuma kecapekan habis galungan"

"Iya, aku juga lumayan capek sih. Kemarin ketemu Sandy gak?"

Aku mengangguk "Iya" jawabku singkat

"Something happened?" tanya Jere lagi

Aku menggeleng 

Jere seperti ingin mengatakan sesuatu, namun Stefano dan Rene sudah kembali ke meja kami.

Stefano duduk disampingku, dengan senyum jahilnya

"Gimana ama Brian?" semenjak incident instagram, Jere selalu membawa topik soal Brian tiap kami bertemu. Rene hanya cekikan, aku melihatnya mengambil french fries Jere tanpa aba aba, Jere hanya menarik nafas. Hal yang sudah biasa.

"Jangan buat gosip aneh, ntar yang lain pada salah paham" kataku pada Jere

"Lohhh bukan salah aku, Brian sendiri yang bilang dia suka kamu"suara Ste cukup kencang, aku menutup mulutnya dengan kentang goreng Jere.

"Please lah, kalau gini caranya kentang goreng ku bisa abis" 

"Tenang, punya aku banyak" Gio datang dengan nampan penuh makanan, dibelakangnya ada Kevin yang membantu nya

"Terima kasih yaa Vin" ucap Gio sambil tersenyum lebar, Kevin mengangguk dengan senyum tersipu malu. "Anytime Gio" tambahnya

Aku dan Rene berpandangan sambil tersenyum.

"Ciyeeeee" Stefano si berisik memang tidak tau tempat. Wajah Gio dan Kevin memerah. 

Kevin melambaikan tangannya pada Gio lalu kepada kami, lalu pergi

"Uda jadiin aja kali, Yo. Keburu diembat orang" Stefano menasehati Gio seperti dia paling tau segala hal di dunia ini.

"Yaampun Steeeee iya tau tau, ntar ya ntar.. "Gio menatapnya kesal

Kami hanya tertawa melihat mereka

Setelahnya, kami mulai menikmati makanan kami.. nasi goreng hari ini terasa agak hambar, namun Rene disebelahku memakannya dengan lahap. "Kurang asin gak sih?"tanyaku. Rene menggeleng "Apaan, enak begini"jawabnya

"Sandy belum kelar juga dari ruangan guru, ngapain sih?" Jere tiba tiba membawa nama itu

Ste mengangkat bahunya "Paling soal OSN, tinggal dua bulan lagi kan"

Rene ikut bertanya "OSN tahun ini dimana?"

"Di Denpasar, jadi nanti bakal banyak perwakilan negara lain yang datang kesini. Ini mungkin OSN terakhir Sandy di SMA, karena tahun depan gak mungkin join lagi, dia uda sibuk persiapan buat university. Jadi OSN ini penting banget buat dia"Jere menjelaskan

"Dan kalau menang, Sandy bakal otomatis dapat rekomendasi ke Stanford. Jadi ini penting banget, makanya tuh anak belajar siang malam" tambah Ste

"Ahhh aku memang tak tau apa apa tentang Sandy" ucapku dalam hati

"That means Sandy gak akan pacaran semasa SMA karena dia sibuk banget belajar.. weww" Rene menyimpulkan

Semua mata menatapku, aku pura pura sibuk dengan nasi gorengku

"Bisa tunggu sampai tamat sekolah mungkin" Ste menyenggol lenganku

Aku menggeleng "Jangan gitu Ste, ntar orang salah paham" 

Ste terlihat terkejut dengan responku, begitupun Jere, Rene, dan Gio

Mungkin ini saat yang tepat untuk mengatakannya pada mereka, mengatakan apa yang menjadi kesepakatan ku dan Sandy kemarin. 

"Teman teman, bisa gak ya lelucon SMP kita soal aku dan Sandy berhenti mulai hari ini?" aku melihat ke arah mereka satu per satu. "Bukan apa apa, aku dan Sandy udah mulai gede, kita uda di SMA sekarang dan obrolan kaya begini bisa buat orang lain salah paham, dan itu bisa buat Sandy dan mungkin aku gak nyaman"

Tak ada yang mengatakan apapun, pandangan mereka berempat padaku sebelum Ste yang merespon dengan "Okay. Sorry.. i was joking tho" 

Jere meletakkan sendoknya, menatapku heran. 

"Why now?"tanyanya seperti menuntut penjelasanku lebih banyak. "You were fine before"

Rene yang duduk disebelahku, memegang tanganku erat di bawah meja. Aku menatap nya dengan wajah sedih. Aku tau ia mengerti.

"Maybe i want to be like a normal girl, dating someone in high school and i dont want that rumour about me and Sandy really stops that person approaching me" aku berbohong

 Stefano and Gio gasped, they didnt expect that. 

"Is that about Brian?" tanya Jere lagi

Aku tak menjawab. Ku tutup mataku untuk beberapa saat. Handphone ku bergetar, pesan masuk.

From Rene : Sandy did say something to you, right? 

Aku melihat ke arah Rene.. "it's all fine" bisiknya

Suasana di meja kami berlima hening, tak ada yang mengatakan apapun lagi. Nasi goreng di hadapanku terasa makin hambar, tenggorokan ku sakit.

Lamunanku pecah saat suara bangku bergeser terdengar, aku mendongak.. begitu juga dengan yang lainnya

Sandy.. it's him

Ia mengambil posisi duduk tepat di hadapanku. Tangan ia lipat di meja, tersenyum padaku.

"Kamu uda selesai makan?"tanyanya padaku

Suara sendok terjatuh terdengar, milik Stefano

"Wow" respon Gio

Aku mengangguk, menjawab pertanyaan Sandy

Sandy melihat ke arah teman temannnya, ia mengernyitkan dahi, keheranan

Jere meletakkan sendok untuk kedua kalinya siang ini, menatap Sandy penuh heran


Aku dan Sandy bertatapan untuk beberapa saat. Aku tersenyum padanya dan kali ini ia membalas nya. Sesuatu yang tak pernah terjadi di sekolah sebelumnya.

Dan ya.. mungkin semua ini cukup, karena Sandy benar menepati janjinya dan mungkin hari ini adalah awal dari pertemanan kami kembali. 





ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang