Oliv's POV
Setelah perbincangan ku dan Jere, aku mengerti bahwa yang Jere katakan benar. Kalau Sandy menyukaiku maka ia tidak akan membuatku bingung. Kalau aku merasa bingung, mungkin memang semuanya tidak seperti yang kubayangkan. Aku memahami semua itu.
Seharian aku mencoba melupakan semuanya dengan sibuk belajar. Bahkan jam makan siang juga kuhabiskan di kelas. Gio dan Rene mengajakku makan siang ke kantin, namun kukatakan aku akan makan di ruang kelas saja. Aku tidak mau bertemu Sandy dengan keadaan ku yang seperti ini. Gio dan Rene memastikan ku tak apa apa sebelum mereka pergi ke kantin sebentar untuk makan siang.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung pamit pada kedua sahabat ku itu untuk kembali ke rumah lebih awal karena ingin instirahat. Gio dan Rene juga menemaniku sampai ke parkiran untuk memastikan aku tak apa apa.
Sesampainya di rumah, aku beristirahat sejenak lalu belajar lagi.
Esok harinya, aku juga melakukan hal yang sama. Seharian aku berada di dalam kelas, saat jam istirahat aku makan sambil mengerjakan soal Fisika. Saat itu aku bisa memastikan aku tidak memiliki masalah lagi mengenai materi Vektor dan Kinematika. Aku sudah dapat mengerjakan semua soal dengan benar. Kuperhatikan jam dinding sekolah, masih ada 30 menit lagi sebelum kelas selanjutnya dimulai.
Aku merasa sedikit kedinginan, aku memang masih kurang sehat hari ini. Kupakai cardigan ku untuk membuatku merasa hangat.
Semuanya berjalan lancar, sampai tiba tiba pintu ruangan kelas terbuka dan aku melihatnya disana.
Sandy terlihat lega saat melihatku "Aku kirain kamu kenapa" katanya lalu ia berjalan ke arahku. Ada gulungan kertas di tangannya.
Ia berjalan makin mendekat dan akhirnya mengambil posisi duduk di sampingku.
Aku tersenyum sedikit, tidak tau harus merespon seperti apa.
"Kamu sakit?" Tatapannya khawatir itu terlihat jelas di wajahnya.
Saat aku tak menjawab, tiba tiba Sandy mengangkat tangannya dan ingin memegang wajahku.
Aku sadar ini tidak baik kami lanjutkan maka aku menahan tangannya. Sandy pun akhirnya sadar yang ia lakukan dan secara cepat menurunkan tangannya.Let's stop this game.
"Aku cariin kamu di kantin gak ada, Gio bilang kamu sakit"
"Aku gak apa apa. Kamu cariin aku kenapa?" tanyaku
Sandy menyerahkan gulungan kertas yang sedari tadi ia pegang padaku. "Hasil test kamu"
Kuambil kertas kertas itu dari tangannya
"Jawaban kamu benar semua" ujar nya. Dan benar, saat aku melihat kertas kertas itu, ada nilai 100 disana. Aku tersenyum melihat hasilnya. "Selamat" tambah Sandy
"Thank you. Kamu uda banyak bantuin aku"
Ia mengangguk sambil tersenyum. "Tapi kelas kita masih belum selesai, masih ada satu minggu lagi" Sandy melipat tangannya dan menatapku
Semua yang Jere katakan padaku kemarin berputar putar di otakku.. untuk melupakan Sandy ya harus melupakannya.
Dan jika aku ingin melupakannya maka kegiatan belajar kami tidak bisa lagi kulakukan.
"Kamu uda banyak bantuin aku"aku menatapnya lurus. "Sekarang aku uda bisa kerjain soal soal itu sendiri. Dari kemarin, aku uda bahas ratusan soal dan udah bisa kerjain semuanya dengan benar. Ini semua berkat kamu"ucapku tulus padanya
"Jadi Sandy..' aku harus mengatakannya hari ini 'Jadi kita gak perlu ada kelas lagi, kamu gak perlu ajarin aku lagi mulai besok"
Sandy yang sedari tadi memainkan pensil millikku diatas meja, mendadak berhenti.
Kali ini, ia menatapku serius.. seperti tidak menyangka apa yang baru saja ia dengar.
"You dumped me"kalimat itu ia tekankan. Ia berdecak lalu bertanya dengan nada sinisnya "Kenapa? Kamu marah karena aku batalin janji kita kemarin? Aku minta maaf soal itu tapi..." Sandy tidak menyelesaikan kalimatnya. Aku menunggu.
"Tapi.. kamu ga bisa tiba tiba bilang kalau aku ga perlu ajarin kamu mulai besok. Kenapa? Kamu mau main? Kamu mau pacaran sama Brian?" Sandy terlihat gusar
"Aku uda bisa kerjain soalnya, kamu juga uda capek sama semua kegiatan kamu. Aku cuma ga mau lebih lama ngerepotin. Sementara ada banyak hal yang bisa kamu lakuin ketimbang habisin waktu buat ajarin aku" kamu bisa melakukan semua yang kamu suka atau senangi, itu yang ingin kukatakan padanya
"Ngerepotin apa sih" dia sudah memalingkan wajahnya dari ku. Wajahnya memerah, tangannya mengetuk meja beberapa kali, Sandy terlihat sangat marah.
"Just say you dont want to do it with me again and it's fine" Sandy berdiri dari tempat duduknya.
Ia sangat marah, aku ragu namun tetap kupegang lengannya.. namun secara cepat Sandy melepaskan tanganku.
Setelahnya, Sandy langsung pergi keluar dari kelas.. meninggalkanku begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Romantik"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...