Another Sunset

136 19 0
                                    

Kuhabiskan waktu setengah jam untuk menenangkan diri. Sedari tadi ponselku berdering namun kuabaikan.. aku ingin sendirian. 

Namun tak lama aku sadar, ini adalah hari spesial Rene.. aku tidak mau merusak kebahagian Rene hari ini. 

Kubasuh wajahku dan kurapikan makeup ku sejenak. "Gak apa apa kalau dia begitu, emang pantes kok dia begitu setelah semua yang terjadi. Dia pasti masih benci banget sama aku" ku pandangi wajahku di cermin, air mataku terjatuh lagi.  

Kuhapus air mataku berkali kali, kubasuh wajah ku berkali kali sampai akhirnya aku merasa benar benar siap dan memutuskan bisa keluar dari kamar Rene dan bergabung dengan yang lain.

****

Aku keluar dari kamar dan menuju tempat acara berlangsung. Kuambil posisi berdiri di sudut agak belakang. Di depan sana ada Rene dan Jere yang sedang bercerita tentang awal mereka bertemu dan bagaimana mereka bisa sampai di hari ini. 

"Kalian tau kenapa aku tau  kalau Jere orangnya?" tanya Rene dengan microphone di tangannya. Para tamu menjawab gak tauuu dengan panjang membuat acara dipenuhi dengan tawa.  

Rene tertawa sejenak lalu melanjutkan kalimatnya..

"Cause there's always gonna be that one person in your life that you can't walk away from even if you know you have to" ucap Rene yang disambut dengan tepuk tangan para tamu. Rene memluk Jere erat.. piano mengalun indah setelahnya. 

I Get to Love You by Ruelle.. aku ingat membantu Rene menyiapkan playlist hari ini. 

Semua orang mulai berdansa bersama pasangan masing masing, termasuk calon pengantin.. Gio dan Kevin.. Brian dan Alya.. 

Aku tersenyum menikmati pemandangan di hadapanku, sahabat sahabatku terlihat bahagia dengan pasangannya masing masing. 

Ya.. kami bukan lagi siswa SMA yang masih saling berkelahi satu sama lain... semua sudah berubah, kami semua sudah tumbuh dewasa. 

Aku terlalu fokus memandangi mereka, sampai tidak sadar ada seseorang yang berdiri di sampingku.. aku mendengar suara decakan yang membuat ku menoleh.

Betapa kagetnya aku saat melihat Sandy sudah berdiri di sampingku dengan gelas wine di tangannya.. 

Aku masih diam di posisiku menatapnya namun Sandy masih menatap lurus ke depan. 

"Siapa sangka delapan tahun jadi begini.. Rene Jere uda buat kaget. Ini Brian ternyata juga..." raut wajahnya serius. Ia lalu menoleh ke arahku, mata kami bertemu. 

"Kenapa?" tanyaku

Sandy mengangkat bahunya lalu diteguknya wine dari gelas yang ia pegang

"Kamu sekarang kuat minum" ucapku padanya

Sandy melihat ke arah gelasnya yang sudah kosong lalu beralih melihat ke arahku "Wine bisa ngebantu kalau lagi susah tidur. Bisa bantu buat tubuh hangat juga kalau lagi musim dingin. Jadi kebiasaan selama di California" jelasnya 

Aku mengangguk paham, senang bisa mengetahui kebiasaannya selama delapan tahun ini di California

Ada jeda cukup panjang diantara kami setelahnya

"How's life?" tanyanya tiba tiba

"Ohh?" aku terbata "Baik baik.. " aku berbohong, sebenarnya aku tidak baik baik saja. "Kamu gimana?" aku balik bertanya

"Ya gitu.. sibuk" dahinya mengerut seperti sedang memikirkan sesuatu.. matanya memerah.. aku tersenyum melihatnya

"Kamu ngantuk ya?" tanyaku memastikan

"Lumayan.Perjalanan 20 jam. Baru sampai subuh, Jere dan Ste ngajak ngobrol sampai pagi"

"Ditambah wine.. pasti buat ngantuk banget" 

"True. Ngantuk banget" 

Sandy melihat ke arahku dengan tatapan lelahnya lalu berkata "Kamu gak berubah.. Sama sekali ga berubah" 

Aku tidak tau apakah itu pujian atau tidak, namun aku tidak membantah

"Kamu mau balik? Mau aku anterin?" 

"Aku bawa mobil" 

"Tapi kamu tadi minum alkohol"

Sandy menatapku lucu "Kamu bisa nyetir sekarang?"

"Bisa" 

"Oke  antar aku balik, i want to see it" tantangnya

"Gampang" jawabku cepat

Kami berdiri bersampingan sore itu, menatapi langit Denpasar yang berwarna jingga kemerahan.. aku baru sadar saat aku bersama Sandy, langit Denpasar selalu lebih indah dari biasanya.

Aku sangat bahagia.


- tbc -


ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang