Aku bersama Ste, Jere, Rene, dan Gio menunggu hasil pengumuman Olimpiade yang sedang diikuti Sandy. Sedari tadi aku berdoa agar hasilnya baik seperti yang Sandy harapkan. Ia sudah berusaha mati matian untuk mempersiapkan hari ini.
Beberapa guru perwakilan sekolah kami, tante Ria mamanya Sandy, kak Sally, serta beberapa murid lainya juga ada disini menunggu hasil IMO.
Tak lama ruangan dibuka dan panitia mempersilahkan kami masuk, hasil OSN akan segera diumumkan. Banyak wajah asing yang memasuki ruangan, perwakilan dari negara lain. Aku juga melihat bapak gubernur dan pak menteri datang dalam acara ini.
Kami mengambil posisi duduk agak belakang, namun cukup untuk melihat wajah Sandy dan tim Indonesia lainnya yang sedang berdiri bersama tim negara lainnya.
Sandy terlihat tegang namun ia mencoba tetap tersenyum.
Sampai tibalah saat yang ditunggu tunggu, pengumuman pemenang IMO tahun ini. President IMO dan board IMO lainnya terlihat mulai menaiki panggung.
Aku masih bedoa di dalam hati untuk Sandy.
"And International Mathematical Olympiad's Winner this year is...." ia memberikan jeda cukup panjang sebelum melanjutkan pengumuman.
"With total score 42... for the first time... the winner is from Indonesia. Congratulation" president IMO mengumumkan hasilnya yang disambut dengan gemuruh sorakan dari undangan yang hadir.
Aku bersama teman temanku hanya terdiam beberapa saat mendengar hasil pengumuman. Bukan juara 3 atau 2. Tapi juara 1!
Setelah sadar kalau semuanya benar, kami semua bersorak kegirangan
Aku kemudian kembali melihat ke stage, Sandy terlihat masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar sampai seseorang dari tim nya menarik Sandy untuk bergabung membentuk group hug. Mereka berpelukan dan berlompat bersama.
"And.." president IMO kemudian kembali memberikan pengumuman selanjutnya untuk individual results. Beberapa nama dipanggil mulai dari peraih Honourable mention, bronze medal, silvel medal, sampai yang terakhir peraih gold medal.
"And last but not least.. we announce the gold awardee.. the 1st rank...Sandy Alexander Wijaya. Congratulations"
Aku tau, aku tau namanya akan di panggil tapi tetap saja rasanya luar biasa saat sesuatu terjadi sesuai dengan yang kami semua harapkan.
Semua orang dalam arena kemudian berdiri dan bertepuk tangan saat Sandy maju ke atas stage untuk menerima medali. Tante Ria di samping ku sampai menitihkan air mata, pasti karena sangat bangga dengan Sandy. Kak Sally di sebelah tante memeluk mamanya erat.
Rene dan Gio tiba tiba memelukku dari samping kiri dan kanan. "He made it" bisik Rene. Aku mengangguk.
Jere dan Ste disampingku juga terlihat sangat bangga dengan keberhasilan sahabat mereka itu, mata Ste berkaca kaca. "Itu dia calon mahasiswa Stanford kita" Ste menghapus air matanya. "Sisa kita berdua doang habis ini, Jer"Ste melihat ke arah Jere. Jere hanya mengangguk lalu menepuk pundak Ste.
Stefano benar, inilah mimpi Sandy.. dan Stanford terasa semakin dekat. Ia akan segera pergi meninggalkan kami untuk mimpinya yang besar.
Acara berakhir, orang orang mulai meninggalkan arena. Tante Ria dan Kak Sally beserta para guru sudah di atas panggung merayakan kemenangan tim Indonesia. Jere dan Stefano juga segera berlari ke atas panggung.
"Mau ikut naik ke stage?" tanya Rene
Aku menggeleng "Uda terlalu rame. Nanti aja aku ucapin selamat ke Sandy"
Rene dan Gio paham lalu kami bertiga jalan bersama keluar dari arena
Saat kami sudah berada di pintu keluar... tiba tiba seseorang memanggil namaku.
Aku menoleh dan menemukan Sandy ada disana.
Dibelakang Sandy, ada Jere dan Ste yang segera berlari ke arah ku, Gio, dan Rene.
"Kita balik duluan. Byeee!" ucap Ste tiba tiba lalu menarik tangan Gio. Jere juga melakukan hal yang sama, menarik Rene ikut bersamanya.
Tinggallah aku dan Sandy.
"Hi" sapanya lalu berjalan mendekat ke arahku. "Kok kamu langsung balik, ga selamatin aku dulu?"
"Tadi di stage uda keramaian. Lagian ga mau ganggu moment penting kamu"
"Ga ganggu" bantahnya cepat
Aku tersenyum. Ia juga melakukan hal yang sama.
"Selamat San, You made it! Selamat karena satu langkah mendekat ke Stanford"Kuulurkan tanganku ke arah Sandy "Kamu selalu hebat"
Sandy melihat ke arah uluran tanganku lalu melihat ke arahku.
Untuk beberapa saat Sandy hanya menatapku. Sampai aku menggoyangkan tanganku untuk ia respon. Aku tertawa melihatnya yang hanya diam.
Sandy berdecak melihat tingkahku tapi ia tersenyum.
Uluran tanganku ia balas sampai tiba tiba ia menarik tanganku pelan dan memelukku.
"Terima kasih, Liv. Terima kasih buat semuanya" ucap Sandy
Awalnya aku hanya diam di posisiku, karena semuanya terjadi dengan cepat. Ia adalah kedua kalinya Sandy memelukku, namun aku masih merasa tubuhku kaku dan rasanya sulit untuk bernafas saat kami berada di posisi sedekat ini.
Setelah beberapa saat, kemudian kuangkat tanganku dan kubalas pelukannya.
Aku sangat bahagia untuk keberhasilan Sandy hari itu sampai tanpa sadar, air mataku terjatuh.
Aku sangat bangga padanya dan aku sangat lega karena mimpinya semakin dekat untuk ia capai.. walau artinya sebentar lagi Sandy akan benar benar pergi meniggalkan kami, meninggalkan Denpasar, meninggalkanku.
Notes from writer :
Masa sekolah akan berakhir..
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Romance"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...