"Stop"
Reaksi itu spontan keluar dari mulutku
"Ohh" Sandy terkejut dengan responku, ia menarik tangannya menjauh seketika
"Sorry.. so..sorry"aku terbata, aku mundur beberapa langkah untuk memberi jarak diantara kami. "Aku harus buru buru balikin ini ke UKS. Aku pergi dulu" aku meninggalkannya begitu saja
Sandy bahkan tak sempat memberi respon karena aku segera berlari meninggalkannya
Perasaanku beradu, ada perasaan senang saat dia terlihat peduli padaku namun aku takut itu adalah ilusi yang kuciptakan sendiri.
Aku sangat takut karena rasanya bayangan Sandy menyukaiku lebih dari teman mulai memasuki pikiranku.
****
Setelah kukembalikan kotak P3K yang kupinjam dari UKS dan berganti pakaian olahraga serta merapikan rambutku, aku kembali ke lapangan.
Rene, Gio, Jere, Ste, dan juga Sandy sedang menungguku di lapangan
"Lama bangettttt Oliviaaaaa" Ste menggereutu
"Maaf" aku merasa tak enak
"Yauda ayoo buruan" Gio menarik tanganku dan Rene. Kamipun mulai berlari. Aku berusaha menghindari Sandy.
Aku, Gio, dan Rene berlari terlebih dahulu. Sandy, Jere, dan Stefano mengikuti di belakang kami.
Satu putaran.. dua putaran.. tiga putaran.. empat putaran.. lima putaran, aku mulai kelelahan. Gio sudah berlari jauh meninggalkan ku dan Rene. sementara Ste, Jere, dan Sandy bahkan sudah mencapai putaran ke delapan. Wajar, mereka bertiga anak basket sementara Gio adalah atlet renang. Mereka semua sudah terbiasa dengan olahraga fisik seperti ini.
Aku terduduk di lapangan, Rene mengungguku. "Duluan ajaa duluan" aku menyuruhnya pergi menyelesaikan hukumannya terlebih dahulu.
Aku masih ngos ngosan, nafasku hampir habis..
"Aku duluan, nanti aku ambilin air yaaaa" Rene memberi solusi. Aku mengangguk.
Olahraga fisik bukan lah keahlianku dan ditambah cuaca sangat terik, rasanya aku hampir pingsan
"Kamu gak apa apa Liv?" tanya Jere khawatir saat melewatiku. Ini sudah memasuki putaran yang kesembilan. Stefano lalu berjongkok di sampingku
"Udaaa sana lanjutin, aku istirahat bentar"
Jere dan Ste melihat ke arah belakang.. pasti mereka melihat Sandy . Aku masih menutupi mukaku dengan tangan, menghindari Sandy yang akan segera melewatiku.
"Kalau gak bisa lanjutin ga usa dipaksa" aku mendengar suara Sandy
Aku hanya mengangguk masih menutupi wajahku
Jere menepuk pundakku.. Ste juga melakukan yang sama. "Kita lanjut dulu" bisik Ste pelan. Cukup untukku mendengarkan.
Tak lama kudengan suara kaki menjauh. Apa Sandy juga sudah pergi? Kutunggu beberapa detik.. lalu kuangkat wajahku dan alangkah terkejutnya saat aku melihat Sandy yang sekarang duduk disampingku.
"Kamu ngapain?" tanyaku
"Istirahat" Sandy menatap lurus kedepan
Aku hanya mengangguk. Kami tak saling bicara setelahnya.
Stefano dan Jere yang terlebih dahulu menyelesaikan hukuman. Aku melirik Sandy yang masih ada di sampingku.
"Kamu ga perlu nungguin aku"
"Kegeerean" ia berdecak
Kami masih tak saling bicara dan suasana menjadi canggung. Aku memutuskan melanjutkan hukumanku, Sandy kutinggalkan sendiri.
Saat aku menyelesaikan putaran ketujuh, Gio dan Rene sudah menyelesaikan hukumannya. Mereka sudah menepi ke pinggir lapangan, bergabung bersama Ste dan Jere. Sementara, Sandy masih duduk di tempat yang sama.
Aku melanjutkan hukuman sampai ke putaran sembilan dan saat melewati Sandy, barulah Sandy mulai kembali berlari.
Aku berlari terlebih dahulu, Sandy berlari tepat di belakangku..
****
"Mereka aneh" Ste memperhatikan Sandy yang berlari di belakang Oliv. Tak seperti biasanya, Sandy berlari sangat pelan.
"Sandy nungguin Oliv ga sih?" tanya Gio yang tak kalah heran, ia rasa matanya sedang menipunya
"Sandy bisa nyelesaian hukumannya dari tadi kalau dia mau, tapi jelas banget dia nungguin Oliv" Ste yakin banget ada yang sesuatu yang aneh dengan Sandy
Jere masih mengamati Oliv dan Sandy sementara Rene menatap Oliv dengan khawatir. Apa maksud Sandy melakukan ini semua seakan dia peduli pada Oliv?
"Mereka bilang mereka uda baikan" Rene akhirnya membawa topik itu. "Aku gak tau Sandy cerita ke kalian apa engga"
"Sandy ga bilang tapi aku tahu sejak kejadian di kantin" Jere memperbaiki kacamatanya
"Tapi aku gatau bakal balik jadi sedekat itu" Gio terheran heran
"Gimanapun mereka teman dari kecil. Mungkin kesalahpahaman dulu uda diselesaikan" Jere menjawab dengan bijak
Rene menatap Jere dengan tatapan "are you serious right now?". Rene tak bisa mengatakannya di hadapan Stefano namun Rene dan Jere sama sama tahu tentang perasaan Olivia pada Sandy.
"Mereka uda gede, biarin aja" Jere seperti bisa membaca kekesalan Rene
Ste tiba tiba merangkul Rene dan Jere "Udahla, kan seru kalau kita semua bisa temenan kaya sekarang. Sandy ga seburuk itu, Rene. Jangan kesel banget sama dia"
Rene menarik nafas panjang. Mungkin Stefano benar.
"Udah.. ayolaah kita temani aja mereka nyelesaian putaran terakhir biar cepat" Stefano menarik tangan Rene untuk berlari mengejar Sandy dan Oliv. Gio dan Jere berpandangan namun akhirnya ikut berlari juga.
"Oiii kalian bedua lamaa banget... kita uda lapar!!!" Canda Stefano ke Oliv dan Sandy. Stefano lalu menyenggol lengan Sandy. Sementara, Rene mendekat ke Oliv. Mereka berempat berlari bersama sampai akhirnya Jere dan Gio ikut bergabung.
Sudah pukul 4 sore... mereka berenam berlari bersama mengitari lapangan sekolah dengan tawa yang tak henti henti karena tingkah lucu Stefano.
"Kalian ingat gak sih di SMP kita berenam pernah dihukum juga karena gak bawa topi upacara" Ste mengingat kejadian lima tahun lalu saat mereka baru masuk SMP.
"Iya, waktu itu Sandy belum nyebelin" Rene mengingat saat saat dimana Sandy lebih sering tertawa.
Sandy melirik Rene sekilas, namun tak membantahnya.
Oliv yang ada disamping Rene tersenyum, mungkin ia juga memiliki memori yang sama tentang betapa bahagainya masa masa awal mereka menjadi murid SMP. Masa masa dimana ia dan Sandy masih selalu bersama di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Romance"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...