Moon and Star

142 23 4
                                    

*Dua Tahun Kemudian*

Aku dan Brian berdiri menatap jendela kaca yang sangat besar di hadapan kami. Pemandangan kota terlihat indah malam ini, tidak terlalu ramai. 

Kopi hitam hangat untuk membunuh kantuk sudah ada di tangan kami masing masing. Hari ini kami bertugas malam di RS. Sebagai mahasiswa koas tidak ada yang bisa kami lakukan selain mengikuti saja apa yang diperintahkan. 

Aku menguap.. energi ku benar benar habis. Hari ini sangat melelahkan karena di IGD ada banyak sekali pasien. Aku, Brian, dan beberapa dokter lain bergantian menerima pasien yang masuk namun tetap kewalahan. 

Kulihat jam tanganku, aku menghela saat melihat sudah pukul 8 malam. 

"Saking capek nya aku sampai gak lapar lagi" ucapku pada Brian

"Oiaa uda jam 8. Masi ada waktu setengah jam, kita bisa makan malam dulu" 

Ku lihat sekitarku.. beberapa petugas RS sibuk berlalu lalang. Semua juga pasti kelelahan. Aku masih melihat ke sekeliling sampai pandanganku tertuju ke satu orang. 

"Alya!!!" panggilku tiba tiba

Brian otomatis membalikkan badannya. Aku mengangkat alis mataku ke arah Brian seperti memberi kode.

"Mau makan bareng kita gak?" tanyaku saat Alya sudah berjalan mendekati kami. 

Alya adalah dokter koas di RS ini juga, sama seperti aku dan Brian

"Ohh kalian mau makan?" tanya Alya ramah

Aku mengangguk "Ya kan Bri?" kusenggol lengan Brian

"Ohhh" Brian tergagap..."Iya.. iya"

"Kamu suka makan Sushi kan? Mau kesana?" tanya Brian pada Alya

Aku menjaga raut mukaku agar tidak tersenyum terlalu lebar saat mendengar pertanyaan Brian ke Alya

Alya mengangguk, pipinya memerah

Dulu aku selalu mengatakan siapapun pasangan Brian nanti adalah orang yang beruntung karena Brian adalah seseorang yang sangat baik. Dan saat aku melihat Alya dan semakin mengenalnya, aku tau dia juga orang yang baik.

Pasangan yang cocok. 

Brian menyukai gadis itu, aku bisa langsung menebaknya dari cara Brian menatap Alya. 

Ku kedipkan mataku ke Brian saat Alya tidak melihat

"Aduuhh aku lupa" kutepuk jidatku. "Aku ada janji sama suster Weni mau diajarin cara buka jahitan" aku tidak bohong, suster Weni memang pernah berjanji akan mengajari ku cara membuka jahitan pasien.

Brian ingin mengatakan sesuatu namun kuhentikan

"Yauda kalian makan duluan aja ya, aku juga dibawain roti sama mama kok tadi dari rumah. Uda yaaa Bye Byeeeee!!" aku berjalan cepat meninggalkan Brian dan Alya 

Brian can thank me later...



****

"Aku pikir dulu kamu sama Oliv pacaran"  Alya tidak melihat ke arah Brian saat mengatakannya

"Aku pernah suka dia" jawab Brian jujur

"Ohh.." senyum Alya hilang sejenak 

Brian mengangguk "Tapi sekarang aku dan OIiv cuma berteman" Brian melihat ke arah Alya. "Teman baik"

Senyum Alya kembali mengembang mendengarnya

"Kenapa? Oliv uda punya pacar?" tanya Alya lagi

"Engga. Dia single uda bertahun tahun"

"Ohya? Kenapa? Aku tahu ada dokter yang suka dia di RS kok" Alya menahan tawanya. "Keliatan banget di RS. Kamu juga  pasti tau"

Brian jadi penasaran "Siapa?" Oliv tidak pernah cerita

"Dokter Hans" jawab Alya

Brian menepuk jidatnya "Seriusan?" 

"Serius. Keliatan banget. Tapi kayanya Oliv nya ga respon" Alya meletakkan sumpit di atas piring kosong miliknya

Brian tertawa singkat namun berhenti  saat mengingat sesuatu  "Sulit. Oliv sulit suka orang lain"

Alya tidak paham maksud Brian

"Karena nama nya Hans... bukan Sandy" Brian tersenyum. "Uda lupain" ucap Brian lalu meletakkan sushi di piring Alya. "Coba yang ini, ini enak banget"

Gadis itu tidak bertanya lagi, dan menikmati sushi pemberian Brian

"Aku tau tempat lain makan sushi enak , mau kesana lain kali?" Brian memberanikan diri

Alya tesenyum lalu mengangguk "Oke"

*****

Oliv's POV

Malam itu aku duduk sendirian di rooftop Rumah Sakit dengan roti di tangan kanan ku. "Semoga Brian menikmati makan malam nya dengan Alya"  aku berdoa dalam hati

Aku menarik nafas panjang.. menghirup udara malam Denpasar yang menyegarkan. Seketika kesesakan dan lelah ku berkurang. Aku benar merindukan ketenangan ini. 

Aku menoleh ke atas dan benar langit malam ini sangat indah. Ada banyak sekali bintang dan ada bulan.

"Bintangnya dekat banget sama bulan. Tumben banget" kuambil ponsel ku dan ku capture pemandangan langit tak biasa itu. 

Ku update Instagram Story dengan foto yang baru saja kuambil  dengan caption  "Moon and Star. So contrasting yet so incomplete without each other"

Foto berhasil terupload sempurna dan baru beberapa detik saja muncul tulisan 1 viewer di layar ponselku,   

Entah kenapa malam itu, aku scroll atas layar ponsel

viewers :

Sandy Alexander Wijaya



Jantungku seakan berhenti berdetak saat melihat namanya disana. Kututup layar ponsel ku seketika dan meletakannya kembali ke dalam kantong. Aku harus sadar diri. 

"Udah enam tahun, Oliv. Kenapa masih begini sih" aku mengingatkan diriku sendiri berulang kali saat aku sadar masih sangat terpengaruhnya aku saat melihat nama itu.  



Notes from Writer :

Sorry ga ada update rabu 2 okt dulu ya

ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang