Sepulang sekolah, Rene dan Gio mengikutiku pulang ke rumah. Aku tau mereka ingin menanyakan banyak hal padaku soal apa yang terjadi tadi di kantin.
"Lohh uda pada balik" Mama yang sedang asik memasak, melihat ke arah ku dan teman teman. Gio dan Rene berlari ke arah mama, mama memeluk mereka erat.
"Uda makan belum? tante lagi masak pangsit, mau gak?"
"mauuu tan, ahhh tepat nih kita mampir" Rene yang paling pintar memuji mama
Gio mengangguk dan memegang perutnya "kebetulan Gio juga uda lapar banget tan"
"beres, nanti kalau uda jadi.. tante panggil kalian ya" mama mengacungkan jempol ke mereka
"Maa... kita naik ke atas dulu ya"aku melangkah menaiki tangga
Aku mendengar mama berbisik kepada Gio dan Rene, dan mereka cekikikan bersama. Pasti menggosip tentangku.
Tak lama, Gio dan Rene sudah berlari menaiki tangga menyusul
Rene yang terakhir memasuki kamarku, lalu menutup pintu
Gio sudah menarik tas ku
"Jadi?" Gio tanpa basa basi bertanya.
Aku mengangkat bahuku
Ku lepaskan tasku dan meletakannya di atas meja belajar, Gio dan Rene melakukan hal yang sama
"Boong banget, kalian kedua kenapa? "Kamu uda selesai makannya"? Dari seorang Sandy??????"Gio menggebu gebu
Aku duduk di lantai.. Gio sudah mengambil posisi duduk dihadapanku
Rene yang sedari tadi belum mengatakan apapun, mengambil posisi duduk di sebelahku lalu memelukku erat. Dan itu cukup membuat mataku berkaca kaca.
Gio menarik nafas panjang lalu memegang tanganku
"Aku dan Sandy bicara banyak kemarin selesai ibadah di pura, dan dia keliatan ga nyaman dengan semua obrolan orang di sekolah soal kami. Sandy tanya apa aku suka dia"
Rene melepaskan pelukannya dan serius menatapku "Terus kamu jawab apa? Kamu jawab iya?"
Aku menggeleng
"Engga, karena aku tau Sandy ga pernah menginginkan perasaan itu, Ren.. Dia bilang kalau aku suka dia itu hal yang ga masuk akal" aku terdiam sejenak, sudah dua hari berlalu namun perasaan sakit karena kenyataan itu masih terasa jelas
Wajah kedua sahabat ku terlihat sedih, genggaman tangan Gio.. makin terasa erat.
"Dia yang aneh" ucap Gio kesal.
"Gio bener! Dan dia terlihat baik ke kamu hari ini setelah ngomong semua itu? Aneh banget!" Rene tak kalah kesalnya
"We can't be friends again kalau semuanya kembali normal, itu kata Sandy"
"Seriously, Liv? Kamu mau?" Rene terlihat tak percaya
"Itu yang terbaik, Ren, Yo. Aku tau Sandy gak akan pernah suka aku in that way. And it's fine" aku menarik nafas, dalam hati aku berujar berulang kali kalau ya.. aku akan baik baik saja.
"Dan masa SMA kita akan berakhir. Aku mungkin ga akan ketemu Sandy lagi nanti setelah kita lulus" aku melihat ke arah Rene dan Gio bergantian. "Aku pengen banget punya momen lebih banyak bareng dia, momen yang mungkin bisa aku ingat bahkan setelah nanti kita semua berpisah" dan aku merasa lega bisa mengatakannya. "Bisa balik menjadi teman Sandy adalah opsi terbaik yang aku punya saat ini"
"Kamu akan nyakitin diri kamu sendiri, Olivia!" Rene mengingatkanku
Rene mungkin benar, namun akupun udah siap untuk itu.
Untuk menenangkan Rene dan Gio, aku menarik lengan mereka untuk mendekat padaku. Kuletakkan kepalaku di bahu Gio. "Please support aku! Cuma itu yang aku butuh sekarang"
"Dasar anak bego" ucap Gio kesal tapi ia memelukku erat. Rene menepuk kepalaku pelan.
"Lagian aku tau kalian juga suka kalau bisa bareng-bareng Jere dan Ste, setelah ini kita semua bisa main bareng kapanpun kita mau tanpa takut aku atau Sandy merusak suasana. Gimana?"
Rene menarik nafas tak mengatakan apapun, namun aku bisa merasakan Gio mengangguk "Kalau itu yang kamu mau, Liv"ucapnya. "Tapi awas aja Sandy kalau macem macem, gue hajar dia" Gio memang paling galak di antara kami. Aku tertawa mendengarnya.
"Jadi ini era move on dari Sandy ya?" Rene mendekatkan jari kelingkingnya padaku. Gio yang pertama mengaitkan tanggannya pada Rene. Mereka berdua menungguku.
Aku mengangguk, lalu mengaitkan kelingkingku
"Goodbye, first love nya Oliv.. Sandy!!!" seru Gio
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Romance"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...