The Most Awaited Day

89 17 1
                                    

Aku, Rene, Gio, Jere, dan Stefano duduk diam memandangi laptop di hadapan kami. Pengumuman penerimaan Stanford hanya dalam beberapa menit. Aku sudah berdoa dalam hati berulang kali agar Sandy diterima di kampus impiannya itu. 

Kami berlima sedang ada di cafe dekat sekolah, sementara Sandy sedang berkumpul bersama tim IMO, menunggu pengumuman penerimaan. Beberapa anak IMO lainnya juga apply ke Standford, mereka akan mengecek hasil bersama para mentor. 

Jere bolak balik merefresh web sekolah kami dan Stefano melakukan yang sama namun pada akun official sekolah. Semua pengumuman penerimaan siswa masuk ke Universitas selalu dimumkan langsung di website atau akun instagram sekolah. 

Aku juga mengintip handphone ku berulang kali, takut jika Sandy atau Kak Sally mengirimi ku pesan.

"Satu menit lagi" Stefano menghitung waktu mundur

Rene dan Gio sudah memegangi tanganku, aku masih tetap berdoa dalam hati.. berulang kali

Jere sedari tadi hanya diam, aku tahu ia juga sangat cemas menunggu hasil

"Updateee!!!" teriak Ste, sambil menutup layar handphone nya. Orang orang di cafe melihat ke arah kami. Gio memberi gesture untuk tetap tenang. 

"Tapi aku gak sanggup liat, nahh nih" Ste menyerahkan handphone nya ke arah Jere. Jere menolak lalu memberikan handphone Stefano padaku.

"Kamu aja yang lihat, Liv" ucap Jere yang diikuti anggukan dari Stefano, Rene, dan Gio

"Uda buruannn gih!!" Rene menyakinkanku

Aku menarik nafas panjang... kututup mataku sejenak, berdoa untuk yang terakhir kalinya. Please God.. please. 

Handphone di mejaku mulai berdering namun kuabaikan. Jantungku berdetak sangat cepat.

"Oke..." ucapku setelah menyiapkan diri

Kutarik nafas panjang dan kuberanikan untuk melihat ke layar handphone...

Aku terdiam untuk beberapa saat...  

"Ahhhhh!!!!!!!!!!!" aku melompat dari posisi dudukku. "Diterimaa!!!! Sandy diterima!!!Diterimaa!!!!" aku berteriak kegirangan sampai melompat dari posisi dudukku. Rene dan Gio awalnya tidak percaya namun akhirnya ikut melompat bersamaku

"Yihaaaaaaaaaaa!!!" Ste mengangkat kedua tangannya ke atas. "He did it!!!" ia dan Jere saling tos. 

"He did it" ucap Jere dengan nada bergetar. Ia menangis. "Akhirnya tuh bocah bener ninggalin kita" ia menghapus air matanya. 

Ste merangkul Jere lalu entah kenapa tiba tiba mereka berdua melihat ke arahku. "Congrats, your boyfriend made it to Standford" ledek Ste

"Yahh.. LDR an dong" Gio mengelus punggungku

Aku hanya tersenyum.

"Gak apa apa, yang penting apa yang dia inginkan bisa terwujud, itu uda cukup buat aku senang" 

Ste dan Jere mengangguk. Mereka pasti mengerti apa maksudku. 

Ste dan Jere kemudian bergabung dengan aku, Gio, dan Rene.. kami membentuk lingkaran dan saling merangkul sore itu. 

"Dia harus traktir kita makan enak pokoknya" canda Ste.. namun yang lainnya sudah setuju untuk menagih traktiran dari Sandy. 

****

Aku mendengar suaranya dari balik sambungan telepon

"I made it.. i made it" ucapnya berulang kali

"you made it. congrats" 

Kalau ia ada di dekatku saat ini, aku akan memeluknya erat sambil mengucapkan selamat berulang kali

"Kamu dimana? Aku kesana sekarang ya" ucap Sandy

"Aku lagi bareng yang lainnya. Kamu kesini, mereka mau minta traktir" candaku untuk mencairkan suasana

Aku mendengar tawa Sandy dari ujung telepon 

"Iya, tunggu aku disana"



ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang