Gambaran manusia yang duduk berkata. Seandainya aku begini. Seandainya aku begitu. Mengenang masa sebelum tahu apa-apa.
Berapa banyak yang kamu pikir berharga? Di atas meja, ada sebuah benda nyata. Tenggorokanku kembali terbakar. Renung ikut bercerita, berdiri diam di samping sofa.
Malam berubah menjadi kejam. Dingin mengetuk pintu dengan pelan. Tarian duka, kata seandainya. Indah, namun kenyataannya waktu berubah.
Besok lusa, jika harapan berhenti bekerja. Bagaimana kita harus lagi percaya? Jika seandainya waktu mundur sejenak. Akankah kamu mau bergerak?
Seandainya aku digantung. Melayang-layang di udara. Apakah beban hilang sekejap? Atau takut semakin senang melihatnya.
Dulu, jauh di utara, jauh dari rumah. Aku kalah, berkali-kali kalah. Manusia itu seharusnya tidak jadi demikian rendah. Tapi sudahlah, dia masih berharap pada seandainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PoetryDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...