bab tujuh

4.5K 278 48
                                    

Berada di lingkungan baru membuat Shaza untuk susah tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berada di lingkungan baru membuat Shaza untuk susah tidur. Semalam seusai pembicaraannya dengan Prad, laki-laki itu menyampaikan pesan Januar. Sehingga Shaza tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk meminta Januar dan Inggid menemaninya melalui sambungan telepon sampai ia bisa tertidur. Shaza tidak tahu kapan sambungan itu terputus, yang jelas suara kedua orang tuanya tidak lagi terdengar saat Shaza menyalakan layar gawainya yang menunjukkan pukul lima pagi.

Bangun kesiangan memang merupakan kebiasaan Shaza, terutama tanpa adanya pengawasan dari Januar dan Inggid. Rasa kantuk dan kelelahan yang mengganggu membuatnya sulit untuk kembali tidur. Tenggorokannya terasa kering, dan perutnya kosong setelah semalam, mendorongnya untuk meninggalkan tempat tidur dan mencari sesuatu untuk diminum. Dengan tubuh yang terasa berat dan penuh dengan rasa malas, ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan mengeksplorasi rumah ini yang terasa sangat asing.

Shaza menyempatkan berjalan ke ruang tamu, penasaran apakah laki-laki itu masih terlelap di sofa. Namun, tidak ia dapati sosok yang dicari. Shaza menduga Prad pergi ke masjid, karena tidak mungkin laki-laki itu berangkat kerja sepagi ini. Shaza sendiri lupa untuk bertanya pekerjaan suaminya itu apa, terakhir yang ia tahu Prad sedang menempuh magister jurusan hukum. Pasti pekerjaannya tidak jauh-jauh dari bidang itu, pikir Shaza.

Tak mau ambil pusing, Shaza kembali mengingat tujuannya mengambil air minum. Dia sedikit kebingungan karena tidak tahu denah rumah bergaya klasik modern ini. Shaza berkeliling melihat-lihat desain interior rumah yang hanya didominasi putih gading, abu-abu dan hitam sampai akhirnya ia berhasil menemukan dapur. Selagi menghabiskan air dari gelas, Shaza memperhatikan perabotan-perabotan milik Prad yang sangat sedikit, hanya seadanya untuk bertahan hidup. Benar-benar seperti rumah untuk berkeluarga yang dihuni oleh bujangan.

Shaza sendiri hanya pernah menginap di rumah keluarga Prad satu kali ketika dia dan keluarganya berkunjung sekitar tujuh tahun lalu. Shaza tidak tahu jika Prad punya rumah pribadi dan bagaimana asal-usul rumah ini. Akan tetapi, Prad kemarin sempat menjelaskan bahwa rumah ini terdiri dari tiga kamar. Satu kamar di lantai bawah yang ditempati oleh Prad dan dua kamar di lantai atas. Shaza yang tidak mau tidur satu kamar dengan Prad, membuat laki-laki itu mengalah tidur di sofa ruang tamu. Karena dua kamar di atas kosong tidak ada alas untuk tidur. Prad juga menyuruh Shaza sementara tidur di kamarnya, selagi ia memesan perabotan-perabotan kamar untuk Shaza tempati di lantai atas.

"Saya beli roti kalau kamu lapar," suara Prad yang tiba-tiba membuat Shaza terkejut. Laki-laki itu meletakkan tas belanjaannya di kitchen island. Ia melewati Shaza untuk mencuci tangan sebelum melihat penanak nasi. "Kamu mau nggak kalau sarapan nasi goreng? Bahan-bahan di kulkas saya habis soalnya. Atau kamu mau delivery?"

"Terserah deh, apa aja bebas, pokoknya dimasakin."

"Iya. Kamu duduk aja, biar saya yang kerjakan."

By the way, Mas Prad abis dari mana? Kok ke masjid pake baju gitu sih, Mas?” Tanya Shaza sambil duduk di kursi dapur yang terletak di dekat meja makan. Dia menunjukkan rasa ingin tahunya dengan tatapan penasaran.

The Day You Came [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang