bab dua puluh

5K 269 26
                                    

*Yang udah dapet spoiler dari ig jangan buru-buru scroll ke bawah😗*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Yang udah dapet spoiler dari ig jangan buru-buru scroll ke bawah😗*

"Ngelamun mulu dari tadi." Regi menyenggol lengan temannya, lalu berbisik lirih, "mikirin apa sih, Sha?"

Tersadar dari lamunannya, Shaza pun tersenyum sembari menggelengkan kepala. Kemudian ia membereskan buku beserta alat tulis ke dalam tas karena kelas telah berakhir. Minggu perkuliahan sudah dimulai lima hari lalu, selama itu pula Shaza berubah lebih pendiam. Raganya hadir di setiap pertemuan, tetapi pikirannya melayang entah ke mana.

Beruntung minggu ini hanya pertemuan pertama yang kebanyakan hanya membahas kontrak perkuliahan. Tidak jadi hal besar apabila di waktu kelas, Shaza justru memikirkan cara agar bisa berbicara kembali dengan Prad. Belum ada perubahan selama beberapa hari ini, hadiah yang Shaza belikan masih tersimpan di lemari dan mereka masih tidak saling berkomunikasi.

"Lo mau nunggu di kantin atau gimana, Re?" tanya Shaza berusaha kembali ke realita.

Regi menutup tasnya, lalu bangkit dari kursi. "Gue tidur dulu kayaknya di kos, ngantuk banget gue semalem begadang nonton film. Kelas Pengantar Akuntasi masih nanti sore, 'kan?" tanyanya memastikan.

"Iya, masih lama kok." Shaza menghela napas, lalu menoleh laki-laki di sampingnya. "Gue sama Ansel kelas agama dulu kalo gitu. Kalo emang memungkinkan, gue nanti nyusul ke kos lo ya?"

"Sip, telepon aja. Takut gue ketiduran." Regi menepuk bahu Shaza dan Regi saat berada di depan pintu. "Gue balik duluan guys, semangat kelasnya!"

Mereka berpisah di depan kelas. Shaza dan Ansel harus melanjutkan kelas agama beberapa menit lagi, sementara Regi yang menganut kepercayaan lain memilih untuk pulang dan kembali sore nanti. Sedangkan Sadam tidak hadir sejak kelas pertama karena sedang sakit.

Shaza dan Ansel berjalan beriringan menuju kelas, karena jeda yang pendek, mereka tidak punya waktu untuk ke tempat lain. Padahal Shaza ingin membeli sesuatu untuk mengganjal perutnya, pagi tadi dia belum sarapan. Saat Prad sibuk berlari keliling komplek, Shaza memesan ojek untuk ke kampus. Mereka berpapasan di gerbang, tapi Shaza membuang muka tidak mau menyapa.

"Hati-hati," peringat Ansel seraya menarik lengan Shaza yang nyaris menabrak orang dari lawan arah. Ansel perhatikan wajah Shaza yang sejak beberapa hari lalu tidak bersemangat seperti dulu. "Lo baik-baik aja, Sha?"

"Ketularan Regi nih pasti nanya itu mulu, gue baik-baik aja, Ansel. Kalo gue sakit, pasti gue udah izin kayak Sadam. See? Gue sehat walafiat," balas Shaza mencoba terlihat kuat. Takut jika Ansel merasa bersalah kembali seperti yang dikatakan Regi. Karena ini tidak ada sangkut-pautnya dengan dia. "Udah yuk, jangan liatin gue gitu. Nanti ganti lo yang mau nabrak orang, haha."

Ansel tidak bisa percaya sepenuhnya dengan jawaban Shaza, tapi dia merasa tidak memiliki hak untuk memaksa perempuan itu berbicara sejujurnya. Laki-laki itu pun terpaksa ikut diam.

The Day You Came [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang