bab dua puluh tujuh

3.4K 239 13
                                    

"Ngelipatnya gini, Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ngelipatnya gini, Mbak." Sekar memperagakan cara membentuk lipatan dumpling. "Ditarik dikit sambil ditekan, terus ditekuk masuk ke dalam." Dia melirik Shaza yang mengikuti instruksinya. "Nah iya gitu, tapi jaraknya kejauhan. Agak mepet dikit, Mbak."

Jari jemari Shaza bergerak sesuai arahan Sekar. Pagi ini dia membantu mertuanya membuat dumpling, permintaan dari Adhisti yang juga ikut bergabung di dapur. Namun, Adhisti tidak perlu diajari seperti Shaza, karena perempuan itu bisa memasak.

"Aduh, kok punyaku jelek banget ya," keluh Shaza melihat dumpling buatannya bersebelahan dengan milik Adhisti dan Sekar.

"Itu kebanyakan isinya, Mbak. Segini aja isinya, biar rapi pas nutup," koreksi Adhisti.

Shaza mengangguk paham, fokusnya kembali pada kulit pangsit baru di tangan. Dia berambisi untuk berhasil membentuk dumpling yang indah walaupun hanya satu buah. Saking terlarutnya, dia mengabaikan getaran di saku celana.

Tidak berselang lama, getar tersebut berganti di saku Adhisti, tapi perempuan itu sadar dan memutuskan untuk menjeda aktivitasnya sejenak, lalu melihat gawainya. Seketika Adhisti tersenyum membaca sebuah pesan masuk dari sang kakak.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hayo, main handphonenya ditaruh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hayo, main handphonenya ditaruh. Tadi siapa yang maksa ngajak bikin dumpling?" Sekar memperingati Adhisti santai tapi tegas.

"Bentar, Bu. Aku balesin chat Mas Prad. Dia nanyain Mbak Shaza," jelas Adhisti sambil menunjukkan layar gawainya sebagai bukti.

The Day You Came [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang