Beristirahat cukup, makan banyak dan minum obat secara teratur membuat demam Prad sembuh. Lelah di tubuhnya pun tidak lagi terasa. Terima kasih kepada Shaza karena dia selalu berada di sisi Prad dan menjadi kekuatan terbesar untuk segera sembuh.Telah lama Prad tidak bisa tidur dengan nyenyak, tetapi semalam hatinya terasa tenang mengetahui Shaza berada di sebelahnya. Prad tidak melakukan apa pun meski ingin sekali menarik pinggang istrinya, tetapi dia sedang sakit, tidak mau menularkan penyakit.
Untungnya dengan keberadaan Shaza yang nyata, bukan sekadar mimpi seperti hari-hari sebelumnya, pagi hari ini Prad terbangun dengan kondisi yang prima setelah sekian lama. Saat Shaza sedang memasak, Prad diam-diam mandi secepat kilat. Dia tahu Shaza tidak akan mengizinkan meski Prad mengatakan dirinya sudah baik-baik saja. Tenang, Prad menggunakan air hangat. Dia sudah memperkirakan semua.
Merasa dirinya kondisi sehat dalam keadaan wangi dan segar, Prad pun percaya diri mendekati Shaza. Sungguh dia sangat ingin memeluk sang istri.
Sesampainya di dapur, niatan yang telah Prad tahan sejak semalam pun batal, karena melihat Shaza sedang memegang pisau. Bisa saja sebenarnya Prad memeluk perempuan itu dari belakang, tapi dia takut Shaza terkejut dan melukai dirinya. Oleh karena itu, Prad menunggu sampai sang istri selesai dengan kegiatannya.
Shaza kini benar-benar fokus pada gawainya yang menayangkan video tutorial membuat soto. Matanya bergantian menatap layar dan ayam yang dia pesan di penjual sayur, tapi lupa minta untuk dipotongkan sekalian. Alhasil Shaza harus susah payah memotongnya sendiri menjadi beberapa bagian.
Di saat Shaza membalikkan badan untuk mengambil panci, Shaza terkejut mendapati Prad dengan anteng duduk di kursi kitchen island.
"Sejak kapan kamu di situ?" tanya Shaza sambil mengusap dadanya yang berdegup kencang.
"Barusan." Prad hendak berdiri ingin menghampiri, tetapi Shaza memelototinya seakan melarang dengan keras. "Saya mau lihat kamu masak apa. Nggak boleh?"
"Masak soto ayam. Nanti aja liatnya kalau udah mateng. Sekarang kamu balik lagi ke kamar."
Kemarin Prad senang karena merasa diperhatikan, tetapi sekarang dia jengah. "Saya sudah sehat, Shaza. Sudah kebanyakan istirahat."
Sayangnya, Shaza tetap tidak goyah pada pendirian. "Kamu duduk di situ. Aku laper banget, kamu juga belum makan. Kalau kamu ke sini, entar masaknya kamu recokin."
Pupus sudah harapan Prad. Dia tidak menyahut lagi, bibirnya mencebik ke bawah, tapi tetap menuruti perintah Shaza dan tidak beranjak ke mana pun. Hanya duduk di kursi dengan kepalanya bergerak sesuai arah perginya sang istri.
Shaza tampak sedikit kelabakan, Prad pun menjadikan itu sebagai alasan untuk membantu. Namun, dia malah mendapat semprotan tajam. Maka dari itu, sekarang Prad benar-benar diam hingga Shaza menghidangkan masakannya di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day You Came [END]
RomansaShaza merasa sudah gila ketika menuruti permintaan orang tuanya untuk menikah demi mendapatkan restu berkuliah di luar kota. Lebih gilanya lagi, dia akan menikah dengan mantan tunangan Shania-kakaknya yang telah meninggal dunia. Shazana Nareswari t...