bab dua puluh tiga

11.3K 558 85
                                    

(﹙˓ ‍🎧 ˒﹚) Reality Club - Anything You Want

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(﹙˓ ‍🎧 ˒﹚) Reality Club - Anything You Want

Aroma wangi menusuk indra penciuman Shaza, memaksa indra pengelihatannya untuk ikut terbuka menyaksikan sang suami baru saja keluar dari kamar mandi. Tidak ada pemandangan indah seperti kemarin. Ralat, Prad dengan loose fit button up shirt dipadu celana kain sedikit kebesaran pun tetap memanjakan mata siapa pun yang beruntung melihatnya. Dan Shaza adalah orang beruntung tersebut.

"Lama banget sih," omel Shaza sambil menunjuk jam dinding dengan dagunya. "Aku hitung hampir satu jam loh kamu baru keluar, Mas. Dari aku ngantuk, terus hilang ngantuknya, ngantuk lagi, terus nggak bisa tidur. Ngapain aja sih di dalem? Emang tangan kamu nggak keriput main air selama itu? Atau jangan-jangan kamu titisan mermaid?"

Setelah membantu Shaza berpakaian, Prad yang sudah mandi sebelum dirinya bangun itu, izin kembali ke kamar mandi. Perempuan itu mengira suaminya ingin berganti pakaian karena yang ia kenakan ikut basah saat membantunya mandi. Akan tetapi, terdengar suara keran air mengucur yang menandakan laki-laki itu tidak sekadar berganti pakaian. Shaza tidak habis pikir, untuk apa laki-laki itu mandi dua kali?

Prad berjalan santai ke arah istrinya yang sedang bersandar di kepala kasur. Ia pun duduk di sana dan mencubit gemas pipi Shaza. "Satu-satu tanyanya, tapi yang jelas saya bukan mermaid." Lalu mengusap pipi tersebut lembut sebelum melanjutkan, "dan apa yang salah lakukan di kamar mandi, sepertinya akan lebih baik kalau kamu tidak tahu."

"Cih, masuk angin tau rasa kamu, Mas," balas Shaza mencoba menutupi salah tingkahnya, seakan paham maksud ucapan Prad tanpa dijelaskan.

"Kamu lapar? Mau saya masakin atau delivery?" Prad mengalihkan pembicaraan yang lebih aman. "Kamu mau makan apa? Selain yang pedas-pedas. Selama beberapa hari ke depan, kamu nggak boleh makan pedas."

"Ih kenapa? Apa hubungannya habis kecelakaan sama nggak boleh makan pedes? Aku nggak bisa hidup tanpa cabe tau! Coba belah dadaku, di sana ada cabe, Mas tahu artinya? Itu artinya I can't live without cabe, Mas. I love cabe till i die!" cerosonya menirukan jokes yang sedang ramai dibicarakan.

Prad tertawa dibuatnya, bukan paham dengan jokes tersebut karena dia kurang mengikuti. Namun, ekspresi dramatis Shaza penyebabnya.

"Bisa, saya yakin kamu bisa hidup tanpa cabe. Karena kamu bukan cabe-cabean," sahut Prad mencoba ikut melucu.

Hening. Mungkin jika mereka berada di ruangan terbuka, akan ada suara burung gagak menyahuti gurauan Prad.

"Haha, ketawa dikit ngehargain," gumam Shaza lirih. Ia kembali memasang wajah serius. "Mas, tapi aku beneran harus ada cabe. Lagi mules juga aku tetep makan cabe."

"Itu nggak baik buat kesehatan, Shaza. Nanti ya, setelah sembuh, kamu boleh makan pedas lagi. Tapi saya minta untuk dikurangi, boleh? Dan anggap saja sekarang sedang latihan."

The Day You Came [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang