Ingin sekali Shaza memeluk dirinya sendiri. Dia tetap tersenyum saat berpamitan dengan Soraya dan Dessy tanpa meneteskan air mata dan dia bisa menahan diri untuk tidak menjambak rambut dua perempuan itu—tentu tangannya tertahan di bawah hingga kuku nyaris menusuk kulit. Rasa sakit tersebut tidak sebanding dengan nyeri di ulu hati saat mengingat ucapan mereka berdua.
"Besok, kamu free nggak, Sayang? Kita jalan-jalan yuk. Atau kamu nginep aja malam ini, kenapa sih kok buru-buru banget pulang," ujar Dessy merangkul bahu Shaza dengan ramah—entah sungguhan atau pura-pura.
Soraya ikut menggandeng sebelah tangan Shaza, menahan agar tidak pergi. "Iya, Sha. Tante jauh-jauh dari Makassar loh, masa ditinggal pulang. Temenin ngobrol dulu dong. Kita, 'kan, baru kenalan tadi ya, Des?" tanyanya mencari persetujuan dan dibalas anggukan oleh Dessy.
Muak sekali Shaza ingin mendorong mereka semua. Namun, orang tuanya tidak pernah mengajarkan seperti itu. Shaza juga tidak memiliki bukti tentang dua perempuan tersebut yang menggunjingnya. Maka Shaza memaksakan senyuman sekali lagi.
"Maaf, besok Shaza kuliah, Tan. Jadwalnya lumayan padat, setelah kelas, Shaza ada rapat buat event lomba. Lain kali aja ya, Tan." Bukan Shaza yang menjawab, melainkan Prad. Laki-laki itu hafal betul jadwal sang istri. Ia mengulurkan tangan, seakan memberi kode ingin mengambil istrinya. "Prad besok juga harus kerja. Kalau berangkat dari sini agak kejauhan," lanjutnya.
"Iya, Ray, Des. Makanya Prad beli rumah sendiri, 'kan, biar nggak jauh-jauh berangkatnya," timpal Sekar. "Kalian sama aku aja, aku anterin ayok dah. Jangan ganggu pasutri baru," guraunya tersenyum penuh arti.
"Oh, kirain dulu nabung beli rumah buat Shan—"
"Yuk, Sayang," ajak Prad dengan nada tegas memotong ucapan Dessy.
Shaza terkejut mendapati tangan Prad menarik cepat hingga tubuhnya terhuyung menabrak laki-laki itu. Dia belum mengatakan apa-apa, tapi Prad langsung menyalami tangan Sekar, Soraya dan Dessy. Maka Shaza pun mengikuti setelahnya. Tanpa berbasa-basi lagi, Prad membukakan pintu mobil untuk Shaza.
Sebelum Prad masuk ke dalam mobil, dia menghadap tiga perempuan tersebut dan berkata dengan sopan. "Bu, Shaza nggak bisa nemenin Tante Raya sama Tante Dessy beberapa hari ke depan, Shaza sibuk kuliah, sibuk kepanitiaan dan sibuk ngurus Prad." Dia berganti menatap Soraya dan Dessy bergantian. "Maaf ya, Tan, kalau butuh apa-apa langsung ke Prad aja. Bener kata Ibu, kami masih pengantin baru, Prad ingin sama Shaza terus. Mohon pengertiannya ya, Tan."
Tujuan Prad hanya memberi tahu, bukan meminta izin. Maka setelah mengatakan tersebut, dia berlalu pergi meninggalkan Sekar yang terbahak-bahak melihat kelakuannya, sedangkan Soraya dan Dessy menatap tidak percaya akan perubahan Prad.
Setelah mobil yang dikendarai Prad berjalan keluar dari pelataran, Shaza baru bisa bernapas lega. Namun, masih ada perih membekas.
"Kamu ngomong apa tadi? Kok Ibu sampai ketawa, terus Tante Raya sama Tante Dessy bengong gitu?" tanya Shaza penasaran. Dia tidak bisa mendengar karena suara Prad yang lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day You Came [END]
RomanceShaza merasa sudah gila ketika menuruti permintaan orang tuanya untuk menikah demi mendapatkan restu berkuliah di luar kota. Lebih gilanya lagi, dia akan menikah dengan mantan tunangan Shania-kakaknya yang telah meninggal dunia. Shazana Nareswari t...