Kepala Shaza tertunduk lesu hari ini. Rencananya untuk mendatangi Prad semalam gagal total meski dia sudah memantapkan hati. Nyatanya sampai dini hari ia menunggu, mobil Prad tidak kunjung datang. Kamar laki-laki itu pun tampak gelap dari luar.Yang tersisa kini Shaza dan kantuknya. Dia ingin segera pulang ke kos, tidur dan melupakan semuanya. Mungkin memang mereka belum di takdirkan untuk bertemu.
"Gue langsung balik ya, mau nganter cewek gue ke salon," pamit Sadam dengan cengiran.
Sadam dan Ansel tidak tahu tentang permasalahan rumah tangga Shaza, perempuan itu yang meminta pada Regi agar menyimpan rahasianya. Tidak ingin melebar ke mana-mana sebelum semuanya jelas dan Shaza bisa mengambil keputusan.
Para lelaki itu memang sempat mempertanyakan mengapa Shaza berangkat dan pergi bersama Regi. Dengan pintar Regi mengatakan bahwa Prad sedang ke luar kota, maka dari itu Shaza menginap di kosnya.
"Kalian mau langsung pulang atau?" tanya Ansel.
Regi melirik Shaza. "Pulang kayaknya, Sel. Lo liat nih anak udah nggak kuat melek," tunjuknya pada Shaza yang bersandar di dinding depan kelas sembari memejamkan mata.
Sebelum empat pemuda itu berjalan menuju parkiran bersama, ada suara dari belakang yang menahan langkah mereka.
"Shaza, tunggu sebentar."
Mendengar namanya disebut oleh suara tidak asing, kesadaran Shaza perlahan muncul. Terlebih saat laki-laki itu kini berada di hadapannya.
"Ada apa, Pak?" tanya Shaza.
"Ada yang mau saya bicarakan sama kamu," ajak Yudhistira. Dia menatap teman-teman Shaza bergantian. "Ke ruangan saya sebentar bisa? Kamu nggak buru-buru pulang, 'kan?"
"Bisa kok, Pak. Sekarang?"
Yudhistira mengiyakan. Dosen muda itu ikut berjalan bersama mahasiswanya tanpa mengatakan apa pun. Ansel dan Sadam berpamitan menuju parkiran, sementara Regi dan Shaza masih mengikuti Yudhistira. Shaza menyarankan agar Regi pulang duluan, dia akan memesan ojek. Namun, Regi memilih untuk menunggunya di luar.
Kini hanya ada Yudhistira dan Shaza di ruangan. Kantuk Shaza tidak lagi terasa, berganti oleh rasa takut, gugup bercampur penasaran. Dia tahu, Yudhistira mengajaknya bicara pasti berhubungan dengan Prad.
"Kalian berantem?" Buka Yudhistira dengan pertanyaan yang sudah sangat jelas. "Saya kira masalahnya udah beres waktu Prad nyusulin kamu ke Jakarta. Ternyata nambah panjang ya."
"Gimana bisa beres, orang temen Bapak bohong terus, ya nggak selesai-selesai," balasnya ketus.
"Dia bikin salah apa sama kamu?"
"Loh, dia belum cerita emangnya?" Shaza balik bertanya sedikit kaget.
Yudhistira tampak mengingat-ingat. "Dulu dia cerita ke saya kalau setelah kamu pergi sama Tante-tantenya, kamu jadi berubah. Prad curiga kamu diomongin aneh-aneh, bener gitu? Saya pernah ketemu soalnya, pas mereka jengukin Prad kuliah. Ya, saya nggak heran kalau penyebab salah paham kalian itu mereka," ujarnya seakan mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day You Came [END]
Roman d'amourShaza merasa sudah gila ketika menuruti permintaan orang tuanya untuk menikah demi mendapatkan restu berkuliah di luar kota. Lebih gilanya lagi, dia akan menikah dengan mantan tunangan Shania-kakaknya yang telah meninggal dunia. Shazana Nareswari t...