[Bandung, 2019]
"Ayolah Joe! Please temenin gue buat nonton acara musik di Dago Tea House lusa."
Joe Angkasa Gajendra melirik sekilas Gisella Adiratna—teman yang ia kenal sejak kuliah—tengah merengek dan memohon agar Joe bisa ikut dengannya ke acara musik di Dago Tea House. Sebenarnya, ini merupakan upaya yang entah berapa kalinya. Karena Gisel sudah mengajak Joe dari awal bulan Februari.
"Lagipula lusa kita kebagian libur ini." Gisel mengatupkan kedua tangannya sambil memasang wajah paling memelas di hadapan Joe, "Gue mohon. Cuman lo satu-satunya harapan gue."
"Gak."
Itulah jawaban yang selalu Joe berikan sejak Gisel mengajaknya untuk pergi ke acara Dago Tea House. Joe bukan tidak suka dengan acara musik. Hanya saja acara musik yang akan didatangi oleh Gisel itu khusus diadakan untuk merayakan hari valentine. Sudah pasti yang datang ke sana adalah pasangan.
Joe meninggalkan nurse stasion untuk memeriksa pasien yang dioperasi tadi siang, "Kenapa kamu gak pergi sama Jojo aja. Dia kan pacar kamu."
"Gue lagi ngambekan sama dia, gara-gara lupa beliin gue seblak. Padahal waktu itu aku lagi pengen banget seblaknya Joe." Gisel mengikuti Joe di sampingnya, "Lo tahu sendiri, kalau gue marah sama Jojo itu harus seminggu biar dia rasain."
Joe tersenyum tipis sambil geleng-geleng, "Tapi, buat kali ini kasih toleransi. Biar kalian bisa rayain valentine bareng dan nonton acara musiknya. Kamu pasti pesen tiketnya buat nonton bareng dia, kan."
"Iya sih." Gisel mengakui beli tiket untuk acara musik di Dago Tea House biar bisa rayain valentine bareng Jojo, yang merupakan kekasihnya, "Cuman dia nyebelin juga sampai sekarang belum ngehubungin gue."
"Jojo emang sibuk. Jadwal operasi dia minggu ini emang lagi banyak. Ditambah Prof Edi juga maunya Jojo jadi asisten pertama dia buat operasi besok."
Gisel memanyunkan bibirnya, "Seenggaknya gitu bilang maaf pas lupa beliin seblak atau beliin seblak yang gue mau kek."
Lagi, Joe menggeleng sama tersenyum tipis. Perempuan itu ribet juga ternyata. Perkara lupa membelikan seblak yang dipesankan sampai marahan dengan pacarnya selama satu minggu. Mungkin itulah yang membuat Joe malas untuk berpacaran atau dekat dengan perempuan.
Ia tidak mau diribetkan atau dipusingkan oleh hal sepele seperti ini. Apalagi saat ini Joe sudah menjadi residen bedah tahun ketiga. Sudah pasti sangat sibuk. Rasanya tidak ingin ditambahkan harus memikirkan perempuannya yang ngambek karena sesuatu, seperti Gisel.
"Ya udah, kamu aja yang hubungin dia. Minta beliin seblak yang kamu pengen."
"Dih ogah. Gengsi banget gue harus hubungin dia duluan buat dibeliin seblak."
Kali ini, Joe menghela napas panjang sambil memperlihatkan tatapan takjub dengan kegengsian Gisel untuk menghubungi Jojo. Hal ini yang semakin meyakinkan Joe untuk tidak menjalin hubungan dengan perempuan manapun. Bahkan, kalau bisa seumur hidupnya. Joe malas berurusan dengan perempuan ribet, seperti Gisel.
"Kalau gitu gimana kalian bisa baikan dan kamu bisa nonton acara musiknya bareng Jojo."
"Ya, tunggu sampai dia hubungin gue aja. Soalnya selama ini dia yang selalu hubungin gue kalau lagi marahan."
Joe mengangguk paham, "Baiklah."
"Pokoknya kalau dia belum hubungin gue sampai besok." Gisel berdiri di hadapan Joe, membuat langkahnya berdiri, "Lo harus temenin gue. Titik!"
Melihat Gisel yang sekarang memasang wajah mengancam, bukan memelas lagi, membuat Joe mau tidak mau menuruti keinginan teman yang ia kenal sejak kuliah. Sepertinya, sehabis memeriksa pasien, Joe harus menghubungi Jojo agar bisa baikan sama Gisel. Karena hanya itu jalan satu-satunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Maybe
RomanceDalam suatu hubungan tidak hanya ada cinta saja, tapi perhatian, pengertian, dan saling memahami pasangan merupakan bagian terpenting untuk membuat hubungan bisa terjalin dengan baik. Itulah yang dilakukan Joe Angkasa Gajendra untuk tetap bersama de...