Bab 6

64 15 0
                                    

"Joe, mau kemana? Tumben sudah rapih pagi-pagi," ucap Nando saat melihat Joe yang berpenampilan rapih dan sedang sarapan di meja makan.

Joe dan Nando tinggal bersama di rumah keluarga Joe yang berada di daerah Dago. Itu juga Joe yang minta Nando agar tinggal dengannya selama menjadi residen di Bandung. Joe ingin tidak terlalu sepi saja rumah ini. Sebab terkadang berisiknya Nando bisa membuat Joe tenang.

"Hari ini, ada seminar di Sabuga. Jadi, harus siap-siap dari pagi biar gak kena macet."

"Eh iya ya, daerah dekat Sabuga suka macet kalau siangan dikit." Nando masuk ke dapur untuk membuat kopi. Tidak lama, ia menemani Joe dengan duduk di depannya, "Semalam gimana? Ada progres buat hubungan lo sama Alissa."

Begitu sampai rumah, Joe menceritakan soal nonton, makan bareng, dan mengantarkan Alissa pulang ke kosan pada Nando. Itu juga karena Nando yang terus bertanya kemana Joe semalam kemarin. Jadi, terpaksa diceritakan.

"Bukannya semalam sudah diceritain semuanya. Masih aja nanya."

"Gue mau tahu lebih benarnya lagi sejauh mana kemajuan lo ngedeketin Alissa berdasarkan takdir."

Joe menatap tajam sahabatnya itu. Benar-benar sudah merusak pagi Joe saja dengan ejekan sialan itu. Karena omongan Joe beberapa hari lalu soal ingin bertemu Alissa atas keinginan takdir membuat Nando terus menjadikan hal tersebut sebagai candaan yang menyebalkan.

"Sudah aku ceritain semalam."

"Terus kenapa lo gak DM dia aja lewat instagram? Toh kalian sudah saling follow, terus dia bikin story ada lo nya. Padahal tinggal lo DM aja bilang 'bagus ya' 'widih' 'waw ada tangan siapa tuh' daripada nunggu momen lagi buat dapatin nomornya," ucap Nando saat mengingat cerita Joe semalam, "Lagian, lo bisa dapatin nomornya lewat DM anjir. Pasti dikasih sama Alissa."

Sebenarnya yang dikatakan oleh Nando tidak salah. Joe bisa saja mendapatkan nomor Alissa lewat DM instagram atau sebelumnya saling berkomunikasi lewat kirim pesan di instagram. Tapi entah kenapa Joe merasa kurang suka saja.

"Gak. Kaya cowok modus pada umumnya."

"Sialan. Lo ngeledekin gue yang suka DM cewek-cewek, ya." Nando meminum kopinya, lalu kembali bicara, "Joe sekarang tuh emang kaya gitu. Cowok deketin cewek yang disuka lewat instagram. Ada yang awalnya saling komen atau DM langsung."

"Aku tahu. Cuman bukan aku kalau kaya gitu." Joe melirik sekilas Nando sambil memakan roti bakar, "Aku lebih suka berkomunikasi dengan cewek itu lewat nomor langsung. Kirim pesannya lewat nomor. Ada kesan kalau kita sudah saling kenal dan bisa dekat lebih jauh."

"Ribet juga ya cara pikir lo buat deketin cewek. Kalau kaya gini si Alissa bisa diambil orang."

"Sudah mau diambil kali."

Nando langsung diam. Nando juga tahu soal ada seseorang yang tengah mendekati Alissa dan berada di satu kampus yang sama. Sebagai seorang sahabat yang baik dan menyayangi Joe, Nando mau membantu Joe mendapatkan Alissa dengan benar.

"Terus rencana lo mau gimana? Lo gak mau kasih tahu dia soal rencana bokap lo yang jodohin kalian, terus lo juga ngedeketin dia tuh kaya gak jelas. Gue anggap berdasarkan takdir itu sedikit gak jelas, ya, Joe. Deketin cewek tuh harus penuh keyakinan dan tekat. Gak bisa separuh dan berserah diri aja."

"Aku tahu. Cuman aku lagi pikirin cara yang tepat buat ngedeketinnya."

"Apa?"

"Masih dipikirin."

"Emang belum ada." Nando mengibaskan tangannya, "Sudahlah ikutin saran gue buat DM dia daripada nunggu pertemuan berikutnya yang entah kapan buat bisa dapatin dia. Gimana kalau lo ketemu pas dia sudah ada yang punya? Emang bakal dapat nomornya."

Love, MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang