Joe memarkirkan mobil di parkiran gedung Fakultas Ilmu Komunikasi kampus yang ada di Bandung. Ia menghubungi Rio-teman SMA- yang mengajaknya untuk menonton pagelaran budaya di sini. Kebetulan Joe sedang libur dan tengah menghindari Gisel yang lagi-lagi mencari dirinya untuk curhat soal Jojo.
Joe sampai pusing mendengar pertengkaran dua sejoli itu yang selalu dimulai karena hal sepele. Lebih tepatnya karena Gisel ingin mencari perhatian Jojo yang sibuk saat ini. Padahal mereka bisa bicara langsung saja daripada bertengkar atau ngambek begini.
Selain itu, Joe juga penasaran sama pagelaran budaya yang disebut Rio cukup menarik. Ia ingin tahu seperti apa acara dari himpunan kampus tersebut dalam memperkenalkan kebudayaan yang ada. Walaupun tema yang diangkat lebih kebudayaan sunda, tapi ada beberapa penampilan dari budaya lain juga.
"Kamu dimana? Aku sudah di parkiran gedungnya?" ucap Joe begitu panggilannya diangkat oleh Rio.
"Gue baru sampai Joe. Bentar ini keluar," jawab Rio.
"Oke."
Joe ikut keluar dan melihat Rio yang juga baru keluar dari mobil. Joe menghampiri teman SMA nya itu sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Lalu melakukan high five dan berpelukkan.
"Gila! Lo makin ganteng aja Joe."
Joe tersenyum tipis sambil memasang raut tidak percaya, "Biasa aja."
"Gue yakin cewek-cewek di sini langsung terpesona begitu lo lewat."
"Lebay." Joe menatap sekeliling kampus tersebut, "Jadi, ini kampus kamu dulu. Bagus."
"Sekarang bagusnya. Dulu mah masih biasa-biasa aja." Rio melirik jam tangannya, "Ya udah, kita masuk."
Joe dan Rio melangkah masuk ke dalam gedung menuju aula Fikom. Ketika akan sampai langkah Joe berhenti saat melihat seorang perempuan yang tidak asing di depannya dan masuk ke dalam ruang kelas.
Joe ingat perempuan itu adalah perempuan yang di Dago Tea House waktu acara musik di hari valentine. Seketika Joe teringat pada lelaki yang mencium bibir perempuan itu tiba-tiba. Joe jadi kesal mengingatnya.
"Jadi, perempuan itu kuliah di sini."
Meski begitu, Joe tidak menyangka kalau perempuan itu kuliah di sini dan bisa bertemu lagi. Joe kembali melangkah. Tidak sengaja mengintip perempuan itu dari kaca kecil di pintu. Terlihat sedang kesal pada teman di sampingnya.
"Sepertinya dia panitia acara ini."
Joe melihat perempuan itu mengenakan pakaian himpunan dan sedang memegang HT. Sudah pasti perempuan itu adalah panitia pagelaran budaya ini. Keren. Karena dulu Joe tidak begitu aktif ikut organisasi kampus. Ia terlalu fokus pada pendidikan dan tidak ada niat juga.
Begitu sampai depan aula, Joe dan Rio melakukan registrasi dengan memperlihatkan tiket yang dibawa lalu mengisi data diri. Tanpa perlu melihatnya, Joe sudah tahu kalau orang-orang di sekitarnya, terutama perempuan sedang menatap penuh kagum padanya.
Sayangnya, Joe abaikan. Karena tahu kalau mereka hanya terpesona pada wajahnya yang terbilang tampan. Ia tersenyum pada dua perempuan yang ada di meja registrasi begitu selesai mengisi data diri dan diberi kotak makan berisikan snack. Mereka sampai tidak berkedip saat melihat Joe.
"Gue bilang apa. Pasti terpesona sama ketampanan lo, kan," bisik Rio yang Joe abaikan.
Joe sempat menoleh ke belakang untuk melihat perempuan itu sebelum masuk ke aula. Entah kenapa Joe ingin melihat perempuan itu. Lebih ingin tahu apakah perempuan itu sudah baik-baik saja sekarang? Karena saat Joe melihat di Dago Tea House, perempuan itu terlihat patah hati dan muram.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Maybe
RomanceDalam suatu hubungan tidak hanya ada cinta saja, tapi perhatian, pengertian, dan saling memahami pasangan merupakan bagian terpenting untuk membuat hubungan bisa terjalin dengan baik. Itulah yang dilakukan Joe Angkasa Gajendra untuk tetap bersama de...