Be wise, chapter ini sedikit dewasa.
.
.. Btw guys maaf ya slow update, hehe...
Jasmine sedang membereskan peralatan sekolahnya, bel pulang sudah berbunyi, tanda sudah berakhirnya masa pembakaran otak satu hari ini.
Seharusnya Jasmine ada ekstra kurikuler memanah sore nanti, tapi sepertinya Jasmine absen saja untuk hari ini. Firasatnya mengatakan, ada yang tidak beres dengan Marvin.
Jasmine tidak ingin bertingkah seolah ia Tuan Putri yang tidak tahu berterima kasih, harga dirinya akan terjatuh berceceran ketika kedua tangan halusnya membantu orang yang membutuhkan.
Saat ia terjatuh, Marvin selalu ada; mengulurkan tangan gagahnya untuk ia genggam. Melewati hari - hari yang berat, hingga akhirnya senyuman Jasmine kembali sedia kala.
Maka begitu pula yang ingin Jasmine lakukan, ia ingin membalas semua kebaikan Marvin padanya. Memberikan cinta yang sama besarnya, perhatian yang sama hangatnya, uluran tangan kuat yang tidak akan goyah.
"Nona Muda, kita langsung pulang ke mansion?" Tanya Jay ketika Jasmine keluar dari ruangan kelasnya.
"Enggak mau, Jay. Aku mau ke Markas blackmoon," jawab Jasmine sambil menatap penuh mata Jay.
Jay pun tersenyum tipis dan mengangguk.
"Gue boleh ikut?"
Langkah kaki Jay dan Jasmine berhenti, mendengar suara cowok yang semenjak kedatangannya, tidak pernah bosan menganggu Jasmine.
"Siapa yang ngajak?" Tanya balik Jasmine dengan raut wajah menahan kejengkelan.
"Gue nawarin diri. Gue kan temen kecil lo, gue boleh dong kenalan sama pacar lo dan temen - temennya?"
Jasmine diam, ia adalah orang yang sangat menghargai pertemanan. Karena cerita hidup masa lalunya, membuat Jasmine menjunjung tinggi arti teman.
Teman itu istimewa bagi Jasmine, menurutnya; tidak semua orang mempunyai teman, tidak semua orang bisa berteman, tidak semua orang benar - benar tahu bagaimana caranya berteman.
Jadi ketika ada yang ingin berteman dengannya, meminta ikut bermain bersamanya, Jasmine sulit menolak karena tidak mau mengecewakan siapapun. Jasmine merasakan sendiri, bagaimana perihnya di kecewakan.
Mengejar seseorang untuk mau mengajak kita bermain, sangat melelahkan.
Tapi di samping itu, ini bukan hanya tentang pertemanan akan tetapi Marvin. Jasmine sangat hapal kalau Marvin enggan di ganggu jika sedang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...