"Jasmine! Jasmine mau ke mana?"
"Jasmine pergi dulu, Bun!"
Pamela hanya bisa memandangi putrinya yang terbang keluar dari Istana, melafalkan do'a - do'a agar putrinya aman di luar sana.
Jasmine, peri kecil yang beranjak remaja itu senang sekali terbang -bermain ke tempat - tempat yang menurutnya cukup menarik.
Baginya, Istana bak sebuah penjara yang mengurungnya. Harus tidur jam sekian, bangun jam sekian, makan jam sekian, bermain tidak boleh di halaman Istana berlama - lama dan sebagainya. Membosankan!
Jasmine hari ini mendapatkan kesempatan untuk 'kabur' dari Istana, karena Ayahnya sedang pergi. Ada panggilan dari kerajaan untuk menghadap sang Raja.
Sedang asik terbang ke sana kemari sambil menebarkan bubuk harum mewangi kepada bunga - bunga yang di temuinya, perhatian Jasmine teralihkan pada peri kecil bergaun hijau muda yang sedang di kejar oleh sekawanan peri dewasa berjubah.
"Mereka lagi main peran?" Gumam Jasmine dengan polos di dalam hatinya, tiba - tiba ia mendapatkan ide briliant.
Jasmine ingin ikut dalam permainan tersebut. Ia pun mendekati peri kecil bergaun hijau muda itu, lalu menariknya dan membawanya pergi menjauhi pengejaran peri dewasa tersebut.
Berbeda dengan Jasmine yang tertawa, peri kecil yang di genggamnya itu gemetar ketakutan. Hingga akhirnya genggaman keduanya terlepas, peri kecil tersebut terkena tembakan sihir. Terguling dan menabrak batang pohon cukup keras, hingga akhirnya mati tergeletak di tanah.
Jasmine yang menyaksikannya pun terbengong - bengong, ia bingung dengan apa yang terjadi.
Ternyata benar perkataan Pamela, bahwa apa yang kita lihat menyenangkan, belum tentu benar - benar membuat kita senang; ketika kita ikut masuk ke dalamnya.
Kini, Jasmine merasa ada ancaman nyata yang akan segera membekuknya. Para peri dewasa itu berkilat marah menatapnya, siap menembakan sihir yang kedua pada target kedua. Jasmine.
Dengan gelisah, Jasmine mencoba kabur dengan terbang masuk ke gedung tua. Berlarian di dalamnya menghindari kejaran para peri yang nampak kelaparan mangsa bunuhan di belakangnya.
Jasmine naik turun tangga, ia menyembunyikan sayap putihnya yang merupakan ciri khas keluarga bangsawannya, dengan semaksimal mungkin ia menggunakan kekuatan tubuhnya dan menyimpan energinya.
Sudah 30 menit lamanya ia berlari tiada henti, Jasmine menyadari tenaganya sudah hampir habis. Ia dengan terpaksa menggunakan energinya untuk menembus dinding di hadapannya.
Menghilang dan menghapus semua jejak pijakan dirinya. Hingga para peri dewasa itu tidak dapat mengejarnya lagi.
Jasmine keluar dari dinding dan terkejut, ia masuk ke dalam kamar Istana Kerajaan. Kamarnya sangat luas, barang - barangnya tersusun rapih dan nampaknya bukan kamar gadis.
Saat sedang melihat - lihat, ia dikejutkan kembali oleh peri gagah yang berdiri menjulang di hadapannya. Pun sama ia juga terkejut dengan kehadiran gadis di kamarnya.
"Siapa kamu?" Tanya peri tampan itu, dengan suara beratnya yang membangkitkan tenaga dan energi Jasmine yang tadi sempat terkuras habis. Seperti baterai yang tercharger sempurna, Jasmine pun terkesima dengan efek pria di hadapannya.
"Jasmine Zhura," jawab Jasmine mengulurkan tangan putih halusnya untuk berjabat, mata binarnya juga melengkapi pemandangan indah yang peri pria itu rasakan saat ini.
"Jasmine Azheera Pramoedya, itu nama mu."
Jasmine menoleh ke kanan dan ke kiri, membalik tubuhnya dan mencari - cari asal sumber suara yang baru saja menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...