"Marvin!"
"Marvin tunggu!"
Aleysia, gadis yang sedang ramai dibicarakan seantero kampus; si mahasiswi pindahan yang cantik dan seksi.
Gadis itu jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Marvin, sosok yang begitu indah di matanya.
Dengan langkah cepat, Aleysia mengejar Marvin yang sama sekali tidak menoleh sedikit pun. Justru seakan ia tidak mendengar Aleysia yang terus memanggilnya dari ujung lorong.
"Marvin ihh!" Keluh manja Aleysia menggoyangkan tubuhnya sedikit, ketika tangannya berhasil meraih lengan Marvin. Ia bahkan tidak malu menggesekkan dadanya.
"Aku capek tau ngejar kamu jalannya cepet banget!" Sambungnya dan tersenyum manis saat Marvin menghentikan langkahnya, menoleh dan menatap dirinya meskipun agak seram sebab seringaian yang muncul, bukannya balasan tatapan penuh puja seperti dirinya.
"Lepas dan jauhin gue," desis Marvin mencoba memberikan kesempatan agar Aleysia tidak mendapat perlakuan kasar darinya.
Marvin sedang kesal, maka jika tidak, Aleysia akan menjadi pelampiasannya.
"Gak mauuu!" Jawab Aleysia manja dan tidak butuh waktu lama, cukup dalam hitungan ketiga; Aleysia jatuh tersungkur sebab Marvin yang mendorongnya.
BRUK!
"Awwh! Ih Marvin!" Kesal Aleysia, mengerucutkan bibirnya dengan kedua tangan terbuka lebar. Berharap Marvin menolongnya. Atau bahkan menggendongnya.
"Sekali lo khianatin adek gue, selamanya lo bakal gue tandain," celetuk Zayden dari belakang, menatap sinis pada Marvin yang hanya diam menonton tingkah Aleysia.
"Tandain gue sebagai adik ipar lo. Selamanya," jawab Marvin kemudian pergi tanpa melirik Aleysia yang masih menatapnya dengan tatapan memohon.
Zayden tertawa, lalu menjulurkan lidahnya pada Aleysia. Sebelum pergi, ia sempat menunduk dan berbisik, "lo bakal berurusan sama gue."
Pagi ini, Marvin dan Zayden akan bolos kuliah. Tadi Jasmine menelepon katanya ia kesepian di rumah sakit, semua orang sedang pergi. Termasuk Pamela yang menemani Vincent terapi.
Marvin tersenyum - senyum dibawah sinar mentari yang cerah dengan langit yang membiru. Pemandangan yang indah dan langka, para mahasiswa/i pun memotretnya, menunggahnya di laman sosial media masing - masing.
Sampai jurnalis kampus pun ikut memeriahkan memori ini, memasukkannya di laman story sosial media kampus resmi. Berikut dengan captionnya.
"Marvin tersenyum, pasti alasannya adalah Jasmine."
Yap.
Jurnalis itu benar dan tepat.
Marvin tersenyum karena mendapati ratusan chat dari nomor baru Jasmine.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Подростковая литература[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...