Setelah melalui perdebatan cukup panjang, akhirnya setelah dua hari izin, Jasmine berangkat sekolah. Tapi Zaven melarangnya untuk pergi les maupun ekstra kurikuler dulu.
"Sweetheart, pokoknya kalau kamu ngerasa gak enak lagi badannya; langsung aja ke ruangan papa ya?"
"Iya daddy, daddy udah ngomong itu lima kali dari tadi."
Jasmine mendengus sebal, Zaven sangat cerewet pagi ini. Meskipun itu baik karena tandanya sang Ayah perhatian, tapi tetap saja kalau di lakukan berulang kali dalam satu waktu, Jasmine kesal juga.
"Daddy kan khawatir sama kamu. Tadi aja kamu masih belum bisa sarapan kaya biasanya, cuma bubur itu pun gak habis udah mau muntah," ujar Zaven benar - benar cemas. Anak laki - lakinya sakit saja ia gelisah bukan main, apalagi kali ini yang sakit adalah anak bungsunya, si gadis satu - satunya.
"Aku janji nanti aku makan banyak sama Zoe di kantin," jawab Jasmine meyakinkan Zaven, ia akan baik - baik saja.
"Daddy pegang janji kamu," ucap Zaven sambil tersenyum, ia pagi ini secara khusus mengantar puterinya ke sekolah tanpa supir. Memarkirkan mobilnya di parkiran depan gedung sekolah.
"Daddy, aku masuk dulu ya? Do'ain Jasmine, semoga hari ini bisa ngerjain ulangan harian susulannya," pamit Jasmine setelah mencium punggung tangan sang Ayah.
Dua hari tidak sekolah saja, Jasmine sudah merasa 2 tahun. Ada 2 mata pelajaran yang mengadakan ulangan harian kemarin dan Jasmine harus mengerjakan susulan hari ini di kantor guru.
"Of course sweetheart, Jasmine-nya daddy pasti bisa mendapatkan nilai terbaiknya," kata Zaven dengan bangga.
Zaven keluar, membukakan pintu untuk gadis kecilnya. Hari ini Jasmine terlihat sedikit pucat tapi masih cantik, rambutnya di tata oleh Pamela.
Siswa siswi yang kebetulan baru saja datang dan masih berada di parkiran pun menyaksikan, bagaimana perhatiannya Zaven kepada puterinya.
Ada juga yang tak habis pikir, bagaimana caranya murid Alexandrea Junior High School dulu merundung Jasmine; meski sudah tahu identitas asli Jasmine?
Menurut warga sekolah, Jasmine itu lembut, polosnya kadang membuat orang ingin memukulnya, pintar, sopan. Tidak ada tingkah yang masuk ke kategori wajar di rundung, kecuali jika memang gadis itu memiliki satu celah yang dapat menimbulkan kebencian di hati orang lain.
Jasmine melambaikan tangannya ketika mobil yang di kendarai Zaven melaju keluar area sekolah. Setelah mobil itu tidak terlihat lagi, barulah Jasmine masuk.
Gadis itu seperti biasa menyapa dan membalas sapaan teman - teman sekolahnya. Baik adik kelas maupun kakak kelas, atau petugas sekolah yang berpapasan dengannya.
Hingga tiba di lorong dekat perpustakaan menuju kelasnya, seseorang menghalanginya. Berdiri menjulang dihadapannya dengan kedua tangan di masukkan ke kantong celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Genç Kurgu[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...