Double updateeeeee!
🎉🌹💞17+, be wise!
.
.
.Ceklek
Marvin termenung, berdiri di ambang pintu kamar yang ia buka tadi dengan penuh cemas dan kekhawatiran, namun herannya setelah matanya menangkap seseorang yang selalu ada dalam pikirannya, Marvin malah membeku.
Masuk atau tidak?
"Tuan Muda, masuklah," ucap Jay pelan.
Marvin menutup pintu kamar Jasmine, melangkah mendekati ranjang di mana Jasmine terbaring di sana.
Setiap langkahnya seperti sebuah ketukan hangat dalam hatinya, amarah yang belakangan ini membakar emosinya menguap begitu saja. Rasa rindu melahapnya dengan buas.
Marvin berdecih. Apa saja yang gadis nakal ini perbuat? Kenapa sampai selang infus terpasang rapih di telapak tangannya?
"Dasar nakal," cibirnya, tak ayal ia ikut berbaring di sisi kiri, membawa Jasmine ke dalam pelukannya hati - hati.
Cup!
Marvin memejamkan kedua matanya, menikmati kehangatan yang menerpa hatinya sambil menngecup bibir pulm milik gadisnya. Kesal sekali bibir ini pernah mengeluarkan kalimat yang menyakitinya, ingin rasanya Marvin melumatnya ganas sebagai hukuman.
"Seberapa keras usaha gue lupain lo, jauhin lo, marah sama lo, seegois dan sekekanakan apa lo, gue gak bisa berhenti cinta," bisik Marvin lembut. Ibu jarinya mengusap pelan bibir yang tadi ia kecup sebentar.
Marvin diam, kala Jasmine bergerak mencari posisi nyaman. Tangan kanan yang terpasang infus berusaha Marvin jaga agar tak bergerak sembarangan.
Beberapa saat kemudian, kelopak mata itu terbuka perlahan. Menampilkan kedua mata biru yang berhasil menenggelamkan Marvin hingga ke dasarnya.
Keduanya saling memandang, tak terasa air mata Jasmine terjatuh dan segera Marvin seka.
"Mabin," panggil Jasmine dengan suara pelan, tak bertenaga sama sekali.
"Hm?" Marvin hanya berdehem sambil mengangkat satu alisnya, ia membenarkan posisi tangan kanan Jasmine di pinggangnya.
"What are you doing?" Tanya Jasmine, wajah pucatnya terlihat heran.
"Harusnya gue yang nanya gitu sama lo, apa aja yang lo lakuin sampe nge-drop gini?"
"Mikirin kamu."
"How a great liar, naughty girl."
Jasmine dan Marvin saling memandang, seakan takut jika keduanya melirik ke arah lain barang satu detik saja, masing - masing dari mereka akan berlari menjauh —lagi.
Memuaskan hasrat kerinduan yang begitu menyesakkan, sekaligus menyadarkan bahwa sekuat dan sehebat ini dampak dari cinta yang mereka miliki.
Adakah orang lain mengalaminya juga?
Merindukan seseorang, takut kehilangan seseorang sampai jatuh sakit?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...