Her Pain is His Hurts

1.8K 168 11
                                    

"Flora, miss ada yang ketinggalan, miss mau ambil dulu di dalam. Abis itu nanti miss temenin Flora lagi di sini sampai mama jemput, oke?"

"Iya miss Tania, jangan lama - lama ya?"

"Iya, miss cuma sebentar. Flora di sini jangan kemana - mana, ada pak satpam disitu."

Flora mengangguk - anggukan kepalanya, ia memperhatikan gurunya berjalan masuk kembali ke gedung sekolah.

Sambil memegang tali ranselnya, Flora menoleh ke kanan dan ke kiri. Menunggu sang Mama datang menjemputnya. Saat ini, Flora masih bersekolah di Taman Kanak - kanak, usianya sudah menginjak 5 tahun.

"Mama lama, miss juga lama," keluh Flora sambil menendang - nendang udara. Ia naik ke bangku taman dan duduk di sana anteng.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB, seharusnya Rosè memang sudah menjemput Flora 30 menit yang lalu seperti biasanya.

Flora yang bosan pun berdiri ketika melihat seseorang yang mendekat, ia ingat orang itu. Orang yang menorehkan luka padanya —sebelum ia akhirnya tinggal di Panti Asuhan Ar - Rahmah.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Flora dengan cepat berlari ke sembarang arah. Ia membiarkan kaki kecilnya melangkah secepat mungkin, menjauh dari bahaya yang bisa melukainya kembali.

Keringat dingin sudah bercucuran, di persimpangan jalan Flora pun masih terus berlaru sambil sesekali menoleh ke belakang —memastikan keberadaan seseorang tersebut.

TINNN!

BRAK!

Tubuh Flora terserempet Toyota Veloz hitam yang melaju, mobil tersebut mencoba untuk menghindari Flora yang tiba - tiba saja melintas di hadapannya.

Flora terjatuh, tersungkur di aspal yang sudah mulai memanas karena matahari yang sudah di atas.

"Ya ampun, nak!"

Kedua tangan besar orang dewasa mengangkat Flora ke dalam dekapannya, dengan segera ia membawa Flora masuk ke mobil. Tidak peduli dengan kemeja dan jasnya yang kotor terkena darah yang mengalir dari lutut, siku dan telapak tangan mungil Flora.

"Antonio, kita ke rumah sakit terdekat!"

"Siap, Tuan Smith."

****

Jasmine saat ini sedang berada di rooftop, ia membawa bekal makan siangnya. Tapi mood-nya tiba - tiba saja memburuk dan tak ingin bergabung bersama teman - temannya di kantin.

Bekal makan siangnya kali ini nasi dan ayam kecap aci, menu kesukaan Flora. Jasmine memintanya secara khusus pada Pamela, agar di buatkan makanan yang sama dengan gadis kecil itu.

Tapi baru beberapa suap, Jasmine sudah tidak nafsu lagi. Ia menyimpan kotak bekal itu di bangku, kemudian berjalan dan memegang pagar pembatas, memandangi hamparan langit biru yang terik.

Ingatannya kembali melayang, mengenang saat Flora baru saja resmi menjadi 'anak panti'. Anak imut itu banyak sekali luka di tubuhnya, tidak mau bicara dan lebih suka menjauhkan dirinya dari yang lain.

Flora terlihat mengalami trauma dalam tubuh kecilnya. Usianya belum seberapa, tapi kenapa Flora terlihat begitu menderita dengan dunianya?

Jasmine hanya terpikirkan saja, menyamakan dengan takdirnya yang pelik. Kasihan Flora. Dibandingkan dirinya yang menderita karena tidak tahu menahu soal keluarganya, Flora justru sepertinya tahu tapi tersakiti.

Andai saja Jasmine bisa meminta kepada Tuhan untuk tidak membiarkan Flora mengetahui fakta yang membuatnya sakit, tidak membiarkan Flora terluka luar dan dalamnya secara sadar dan nyata; pasti akan Jasmine lakukan.

LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang