Setelah menenangkan Marvin di kamarnya, Jasmine pun turun untuk menemui Zaven; bertanya apakah Ayahnya itu tahu apa yang sedang terjadi?
Jasmine diikuti Asih pun menemukan sang Ayah yang sedang berbincang dengan Prabu di ruang keluarga.
Keduanya begitu larut dalam obrolan sampai tidak menyadari kehadiran Jasmine di sana. Gadis itu mendengarkan dalam diamnya.
"Masalah mu dengan Rosè adalah masalah pribadi. Aku tak ingin ikut campur, hanya saja pikirkanlah dan obrolkanlah dengan kepala dingin. Kalian terhitung masih baru mempunyai anak, walaupun sering ikut mengurusi anak - anakku tetap saja rasanya pasti akan berbeda. Jangan lupa, kamu juga harus mengunjungi mansion mertua mu," jelas Zaven bijaksana, ia tidak ingin keluarga adiknya hancur berantakan.
Mungkin saja ini hanya kurang komunikasi antara Rosè dan Prabu?
Keduanya sudah sangat serasi dan menjalani setiap rintangan rumah tangga dengan baik, tidak rela rasanya setelah sejauh ini, mereka menyerah.
"Lalu, siapa yang menemui Flora di rumah sakit?" Tanya Zaven penasaran, ia belum menemukan jawaban maupun laporan dari kaki tangannya yang ia suruh untuk menyelidiki kedua orang tersebut.
"Yang jelas, mereka suami Istri dan Flora sangat takut. Mommy datang waktu itu tepat dengan kedatangan mereka. Sudah, mereka segera pergi dan belum bicara atau melakukan hal lebih," jawab Prabu sepengetahuannya.
Zaven mengangguk, ia yakin Nara pasti sudah bertindak sepulangnya dari kunjungan hari itu.
"Dan kamu Isaac, ada apa? Tumben sekali ke mansion bukan mencari adik bungsu mu," ucap Zaven keheranan.
Mendengar nama kakak sulungnya di sebut, Jasmine sedikit mengintip lebih maju lagi. Dari posisinya, ia tidak dapat melihat jelas kakaknya duduk di sana tadi.
"Aku akan jelaskan semuanya dad, tapi aku masih menungg —"
"Jasmine?"
Suara barithon Malik yang baru saja datang mengejutkan ketiga orang yang sedang berbincang di ruang keluarga.
Mereka berdiri dan menghampiri Jasmine, gadis bermata biru itu sedang berjongkok di balik tiang mansion.
"Hehe, daddy! Daddy kok gak bilang kalau ada abang dateng?!" Tanya Jasmine cengengesan, malu sekali ketahuan menguping!
"Sweetheart, kamu ngapain di situ? Come here," tegur Zaven dan menarik pergelangan tangan Jasmine dengan lembut, ia menempatkan putrinya duduk tepat di sampingnya.
Malik sudah datang, Isaac pun merasa kalau ini waktu yang tepat untuk bicara. Biarlah Jasmine menjadi perwakilan Flora dari panti.
"Om dulu yang jelaskan atau gimana?"
"Di mana Marvin? Dia juga harus mendengarkannya, saya tidak mau dia semakin salah paham."
Isaac pun mengangguk, lalu menatap adiknya dengan teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...