Jay mengendarai mobilnya, mengikuti mobil sedan Vincent yang melaju dengan kecepatan sedang di depannya.
Sudah menjadi SOP kerjanya, bahwa Jay dan Roy akan selalu mengikuti ke mana pun Jasmine pergi, meskipun gadis bermata biru itu pergi dengan keluarganya.
Zaven selalu mewanti - wanti Jay, agar tidak meninggalkan Jasmine sendirian. Putri bungsunya itu yang paling berharga, diantara semua putra yang ia sayangi.
Jasmine mempunyai trauma dalam bersosialisasi dengan lingkungan luar, juga mempunyai kecemasan yang berlebih akibat insiden penembakan di sekolahnya dulu. Jadi Zaven tidak mau memberikan celah sedikit pun untuk orang jahat mendekati putrinya.
Namun, takdir tetaplah tidak bisa di cegah. Ia akan datang sesuai waktu yang telah di tentukan oleh Sang Pencipta, —mau tidak mau, suka tidak suka.
Jay melihat ada pengendara motor yang menodongkan pistol ke arah kaca penumpang —tepatnya, menyasar tempat duduk Jasmine di sebelah kemudi.
Pada saat yang bersamaan, Roy datang dengan kecepatan cepat. Menendang motor tersebut hingga oleng dan bidikannya pun meleset.
DOR!
BRUG!
Motor tersebut terguling ke pinggir jalan menabrak pembatas, tapi peluru panas itu tetap melesat dan meledakkan ban mobil yang tepat di posisi duduk Jasmine.
Jay dan Roy bertukar pandangan, 0.1 detik mereka membagi tugas. Roy mengejar dan menghajar pelaku penembakan tersebut, membawanya ke tempat aman.
Sedangkan Jay, menancapkan gasnya mengejar mobil sedan Vincent yang sudah sulit di kendalikan. Ban depan sudah hancur, velknya terus di paksa bergesekan dengan aspal panas.
Vincent berusaha tidak menghentikan mobilnya karena saat ini posisi mereka berbahaya, di pinggir jurang. Dengan menguras tenaga dan kemampuaannya, Jay berusaha menyamakan kendaraan mereka.
"Tuan Muda! Tuan Muda tenanglah, jangan panik! Saya ada di sini, saya akan membantu Tuan Muda!" Teriak Jay, tanpa di sadarinya air matanya menetes.
Jasmine sudah seperti adik kecil bagi Jay, ia tidak tega melihat gadis itu meringkuk memeluk erat Vincent dengan kepala yang berdarah - darah.
Vincent membuka kaca jendela mobilnya, "Jay! Rem mobilnya rusak, blong!" Beritahunya dengan suara bergetar.
"Tenang Tuan Muda, di depan ada taman cukup luas, arahkan saja mobilnya ke sana. Biarkan dia masuk danau, saya akan menyelamatkan Tuan Muda dan Nona Muda!"
Menurut Jay, lebih baik berenang daripada masuk jurang.
Tapi lagi - lagi, hidup bukan manusia yang bebas mengatur bagaimana jalannya. Tapi Tuhan-lah, yang mempunyai kuasa penuh atas setiap takdir.
Mobil yang di tumpangi Jasmine dan Vincent tidak jatuh ke dalam danau sesuai perkiraan Jay, malah menabrak tebing di sebelahnya karena mobil sudah oleng. Setengahnya sudah terbakar dari bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Novela Juvenil[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...