Pagi ini mansion Pramoedya lebih ramai dari biasanya, ada Prabu, Malik dan Marvin yang sengaja menginap karena ingin lebih lama bersama Flora.
Sesuai kesepakatan kemarin, tidak ada yang memberitahu Flora dulu tentang hal ini. Semuanya terlalu mendadak dan mereka tidak ingin mengejutkan gadis kecil itu, mereka ingin menyampaikan kabar bahagia ini perlahan - lahan, sambil memulihkan mental Flora.
Kecuali Jasmine, saat ini di meja makan nampak sumringah dan penuh canda tawa.
"Sweetheart, daddy ada meeting pagi ini. Jadi daddy buru - buru ke kantor, kamu ke sekolah di antar Marvin ya?"
"Jasmine sama Jay aja."
Marvin menoleh. Melihat bagaimana wajah cantik itu cemberut dan menolaknya dengan tegas, ia kira setelah yang mereka lewati kemarin Jasmine sudah melupakan apa yang terjadi.
"With me," ucap Marvin sambil menatap tepat di mata biru Jasmine.
"Aku bisa sendiri," kekeuh Jasmine, ia tidak ingin Marvin terus menerus menilainya sebagai perempuan yang lemah, apa - apa hanya menurut tanpa membantah seperti orang bodoh.
Jasmine ingin Marvin menganggapnya perempuan yang memang sudah beranjak dewasa, mempunyai prinsip dan menunjukkan emosinya; baik itu senang dan tidak.
"Kenapa harus sendiri kalau bisa berdua bareng gue?" Marvin tak mau mengalah, bagaimana bisa hubungan yang ia dapatkan susah payah, harus menjadi beku dalam hitungan hari?
"Karena aku mau," jawab Jasmine lagi sambil menunduk, "tolong jangan paksa aku."
"Terserah. Gue tetep anter lo," tegas Marvin membuat semua orang di meja makan berhenti mengunyah.
Marvin benar - benar tidak mau mengalah pada Jasmine.
Dengan keberanian secuil upil Flora, Jasmine berdiri dan menatap Marvin dengan mata tajamnya.
"Kamu mending anter Flora sekolah, Marvin."
"Flora di anter Om Prabu."
"Bisa gak, tinggalin aku sendiri?!"
"Bisa gak, gak usah protes dan bantah gue?!"
"MARVIN STOP!"
Ting! Ting ting!
Zaven mendentingkan sendok dan garpunya, memperingati Jasmine agar lebih sopan di meja makan.
"Sweetheart, calm down. Sit and eat your meal," titah Zaven namun tak diindahkan Jasmine, gadis itu pergi begitu saja dari ruang makan di kejar Marvin.
Langkah Jasmine tergesa - gesa, sebenarnya kedua tangannya sudah gemetaran karena sudah bertingkah tidak sopan pagi ini dan ia juga takut akan apa yang dilakukan Marvin setelah ini.
Tapi Jasmine tidak mau luluh dengan mudah!
Cuaca pagi ini sedikit mendung, senada dengan suasana hati Jasmine yang mendung. Memikirkan Marvin yang bercumbu dengan perempuan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...