Hari sudah siang dan Reiga masih betah di kamarnya, ia merenungi sikapnya tadi pagi terhadap Jasmine sesuai perintah Pamela.
"Kenapa sih harus sama dia?"
"Marvin baik."
"Zayyan juga keliatannya baik tapi nyatanya bajingan, apalagi Marvin ketua geng. kamu gak sadar 'kan selama ini? Kamu kesenengan dapet temen sampe bisa sebego itu ngenalin orang.
Kamu pernah di bully satu sekolahan sampe tiga tahun, belajar dari pengalaman itu dek. Pinter - pinter ngenalin orang, atau kalau kamu terlalu susah buat mikir ya udah gak usah punya temen sekalian."
"Maaf abang,."
"Waktu awal dia dateng, dia bilang pengen jadi murid berprestasi biar banggain daddy dan mommy. Emangnya gitu, cara ngejar prestasi? Main sama anak brandalan? Kalau capek ya istirahat aja di kamar!"
Benar, Reiga menyadari bahwa sikapnya kelewat batas. Tidak seharusnya ia sekasar itu kepada adiknya sendiri.
Akan tetapi Reiga juga ingin Jasmine lebih waspada lagi terhadap orang - orang di sekitarnya, gadis itu terlalu polos dan lugu membuatnya sedikit emosi. Tipe seperti adiknya ini sering kali di manfaatkan dan mudah terjerumus dengan hal - hal yang tidak baik.
Setiap orang memang tidak sama; yang berpenampilan baik belum tentu ia benar baik akan tetapi yang berpenampilan buruk pun bukan berarti seburuk itu.
Tapi apakah Reiga mampu percaya pada teman - teman terutama lelaki di sekitaran adiknya?
Bagaimana jika Marvin juga menyimpan dendam yang sama? Sebab yang Reiga tahu bahkan Ibunya Marvin —Mutiara, meninggal dunia karena Malik berselingkuh dengan Jeniffer; adik dari perawat bernama Dasha, yang menyelamatkan Jasmine dari ledakan Rumah Sakit Mangata.
Apa Reiga harus mencarikan teman baru saja, untuk adiknya itu yang tidak ada hubungannya dengan kejadian masa lalunya?
Tapi sebelum itu, ia harus menemui Zayyan.
Tok
Tok
Tok
"Rei, daddy boleh masuk?"
"Masuk aja dad."
Pintu kamar Reiga terbuka perlahan, menampilkan sosok Zaven. Ayah dari lima anak yang tampan dan cantik, seorang pemimpin keluarga yang selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Bukankah begitu sikap seharusnya yang di miliki seorang suami yang sudah merangkap menjadi Ayah?
Kini hidupnya bukan lagi seorang bujangan yang bebas memilih jalan hidupnya sendiri untuk kesenangannya, atau yang paling maksimum adalah ia hanya memikirkan bagaimana kebahagiaan orang tuanya.
Seorang lelaki yang sudah berumah tangga, menjadi imam yang sekaligus juga Ayah untuk Istri dan anak - anaknya, akan berpikir lebih luas dan panjang lagi.
Tidak ada lagi memikirkan gajian besok untuk di bayarkan ikut futsal dan mancing bersama teman - teman, atau bahkan naik gunung. Tidak. Ia harus sudah harus memikirkan apakah gaji ini cukup di bagi untuk kebutuhan rumah sehari - hari, bulanan, nafkah Istri dan juga kebutuhan anak - anak; sandang dan pangan.
Apalagi untuk seorang Zaven, Ayah dari lima anak yang terdiri dari 4 lelaki dan 1 perempuan. Meskipun Isaac sudah menikah dan mempunyai tanggungjawabnya sendiri sekarang.
Zaven selalu berusaha mengimbangi anak - anaknya, tidak ingin ada satupun dari mereka yang merasa sedih di saat yang lain senang.
Seperti hari ini, Vincent dan Zayden sibuk dengan pendidikannya, Jasmine sedang melepas penatnya sedangkan Reiga, putera keduanya itu pulang dari Australia malah mendapatkan kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...