BRAK!
Pintu markas di tendang begitu saja oleh Roy atas perintah dari Jasmine, mereka di tahan oleh anggota blackmoon yang melarang Jasmine untuk masuk.
Namun, Jasmine sedang tidak dalam mode meow yang lembut dan penurut. Gadis itu sedang khawatir tingkat tinggi, bahkan air matanya terus saja berjatuhan sampai sekarang. Jay yang menahan para anggota blackmoon yang akan mendekati Jasmine.
"What are you .. doing?"
Suara Jasmine serak, kedua matanya bengkak dan sembab, wajahnya pun pucat. Bisa dibayangkan betapa lamanya Jasmine menangis.
Kedua tangannya mengepal kuat, menatap Marvin yang sedang bersandar duduk di sofa dengan Rianti yang menyuapinya bubur.
Ada Zayden juga di sana yang melotot, ia sangat terkejut dengan kehadiran Jasmine. Tidak, tidak bukan karena kedatangannya saja yang tidak terduga akan tetapi keadaan Jasmine saat ini.
Lihatlah betapa kacaunya Jasmine, sangat mengkhawatirkan seseorang yang malah sedang bersama perempuan lain.
"Kak Marvin, ayo buka mulutnya. Tangan aku pegel loh," rengek Rianti dengan tangan kanan yang memegang sendok di depan wajah Marvin, buburnya masih penuh di dalam kotak bekal dan tidak ada satu sendok pun berhasil di suapkan.
Marvin tidak mau memakannya.
"Pergi sekarang, atau gue kasar sama lo," desis Marvin tajam, mata cowok itu memerah dan terus menatap Jasmine yang masih berdiri kaku dengan lelehan air mata.
Marvin tidak suka, sakit sekali melihat gadis itu menangis. Ternyata pilihannya mengikuti ide Isaac mengerjai balik Jasmine, bukanlah hal yang baik.
Ia mengaku salah, seharusnya Marvin tidak boleh membuat gadis itu menangis sekacau ini.
"Tapi kak —"
PRANG!
GRAB.
"Ka..akh."
"Gue udah bilang, pergi sebelum gue kasar sama lo. Budeg lo?"
Marvin mencekik leher Rianti, setelah sebelumnya ia melempar kotak bekal yang terus di sodorkan padanya.
"Gue bukan orang yang bisa nahan sabar selama itu, Rianti. Gue gak terima kehadiran lo di sini. Pergi dan jangan pernah deketin gue lagi, jangan lo berani nantang gue lewat Jasmine."
Rianti mengangguk sekuat tenaganya sambil mencoba melepaskan cengkraman kuat Marvin di lehernya. Begitu Marvin melepaskannya, ia segera mengambil ransel miliknya dan berlari keluar markas.
Marvin berdiri dan melangkah mendekati Jasmine, rahangnya mengeras begitu Jay dan Roy dalam posisi siaga di depan gadis itu; menghalanginya.
"Minggir," titah Marvin sambil menahan gejolak emosi yang memuncak.
Jay dan Roy tidak bergeming, keduanya tetap berdiri dengan tegap. Membuat Marvin harus mengalah kali ini, tidak mungkin ia menghabisi kedua pengawal pribadi Jasmine. Apalagi saat ini.
Marvin membalik tubuhnya, memejamkan matanya sejenak untuk meredakan emosinya. Ia tidak akan bisa berlaku sejauh itu di depan Jasmine.
Jay dan Roy kembali bekerja sama, Jay tetap berdiri menghadap depan sedangkan Roy berbalik lalu membungkuk sedikit agar tingginya sesuai dengan Nona Mudanya.
"Nona Muda, kita pulang saja yuk? Nona Muda harus istirahat, belum makan," bujuk Roy dengan suara lemah lembut, suasana yang hening membuat suara Roy terdengar oleh anggota blackmoon; begitu juga Marvin dan Zayden.
"Aku belum makan karena.. gimana bisa aku makan enak, fokus belajar, kalau..." jawab Jasmine menggantung, air matanya terus keluar namun sekarang bukan air mata khawatir, melainkan kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...