"Selamat datang, Nona Muda."
Jasmine mengangguk dan tersenyum ramah pada pelayan yang membukakan pintu mansion, baru menginap satu malam saja rasanya sudah rindu suasana mansion.
Jujur saja, meskipun Jasmine senang Isaac sudah menikah dan Reiga mengejar pendidikannya lebih tinggi lagi di negeri orang, tetap saja Jasmine merindukan kebersamaan keluarganya. Ketika semua orang ada di mansion dan saling melemparkan canda, nasihat, perhatian.
Tapi dunia memang berputar, tidak bisa menetap. Setiap apapun yang ada di dalamnya pasti memiliki masa, pergantian dan perubahan. Mau tidak mau, siap tidak siap kita harus menerimanya.
"Nona Muda, mau makan dulu atau mandi?" Tanya Asih, pelayan pribadinya yang masih setia.
"Mommy mana?" Tanya balik Jasmine pada Asih, bukan menjawab pertanyaan.
Mansion sepi sekali, Jasmine jadi tidak berselera untuk apapun.
"Nyonya sedang ke kantor Tuan, tadi Nyonya pesan katanya kalau Nona Muda sudah pulang; Nona Muda harus langsung makan, bersih - bersih, istirahat. Nanti malam akan ada makan malam bersama," ujar Asih menjelaskan pesan dari Pamela.
Mendengar informasi tersebut, Jasmine jadi memperhatikan sekitar mansionnya. Ada beberapa pelayan yang bertugas di bagian dapur sedang sibuk kesana kemari.
Jasmine pun mengangguk mengerti, mungkin teman Zaven atau Pamela akan berkunjung. Pasalnya, jika tamu nanti malam adalah salah satu anggota keluarga Pramoedya atau Alexandrea, maka Jasmine pasti tahu. Grup whatsapp keluarganya selalu up to date.
"Aku bersih - bersih aja dulu, lengket abis les juga kan tadi," ucap Jasmine memberikan pilihannya dan langsung di kerjakan oleh Asih, setelah melihat Jasmine naik ke kamarnya maka ia pun segera ke dapur untuk memerintahkan pelayan dapur menyiapkan makan untuk Jasmine.
Memang seperti dongeng kehidupan Jasmine, tapi inilah kenyataannya. Hidup Jasmine yang dulu terasa sulit dan apa - apa harus di paksa bisa sendiri, setelah bertemu keluarga kandungnya Jasmine berubah; bak Cinderella.
Jasmine memasuki kamarnya, sementara Vincent dan Zayden berbarengan datang. Keduanya melihat Asih keluar dari dapur, tidak ada alasan lain mengapa Asih bergerak jika bukan karena adik bungsunya.
"Adek udah pulang kayanya," gumam Zayden dan di angguki Vincent, keduanya masih memperhatikan Asih yang menaiki tangga menuju kamar Jasmine.
"Ada laporan terbaru?" Tanya Vincent sambil menyandarkan punggungnya di sofa, rasanya pegal sekali. Hari ini sungguh melelahkan.
"Adek udah tau Zayyan di Jakarta bukan di Swiss," jawab Zayden dan membuat Vincent terkejut, sofa yang di duduki mereka sampai berdecit karena Vincent bergerak duduk menghadap adiknya.
"Yang bener dek?!" Tanya Vincent serius.
"Bener bang, a—"
"Abang?"
Zayden melipat kembali bibirnya, suara lembut Jasmine menghentikan percakapannya dengan Vincent.
Jasmine berjalan di ikuti Asih di belakangnya, adik bungsunya itu sekarang memakai pakaian santainya.
"Gimana di sekolah sama di tempat les, ada tugas yang susah gak?" Tanya Vincent saat Jasmine memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di pelukan Vincent lebih dulu, sedangkan Zayden mencium punggung tangan kanannya dengan penuh sayang.
"Gak ada, biasa aja," jawab Jasmine cuek, gadis bermata biru itu memang tidak pernah mengeluh soal pelajaran.
"Aku cuma lagi gak mood," sambungnya dengan suara lirih, membuat Zayden dan Vincent saling memandang. Keduanya tahu, ini pasti soal Zayyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...