"Ca kamu ga usah pulang yah? Temenin aku kerja. Aku usahakan setelah ashar kerjaan aku selesai. Terus nanti kita pergi. Gimana?" Tanya Reno membenarkan cardigan Elisa yang sedikit terbuka.
"Emang aku ga ganggu kamu kerja?" Tanya Elisa.
"Engga dong ca. Kamu bisa tunggu aku di kamar situ." Tunjuk Reno ke arah pintu tepat di belakang Elisa. "Disitu kamu bisa tidur atau mau Netflix bisa asal jangan pulang yah. Pleasee yahh?" Jelas Reno memohon pada Elisa.
"Yaudah iya aku ga pulang." Jawab Elisa.
"Makasih sayang." Jawab Reno mencubit pipi Elisa pelan.
"Renoo sakitt kebiasaan deh." Kesal Elisa mengusap pipinya.
"Kamu tuh gemes tau ga ca pipi kamu lucu haha." Jawab Reno tertawa sambil memandang Elisa penuh dengan gemas.
"Ish jahat banget."
"Yaudah aku mau meeting dulu yah. Yuk aku anter ke kamar kerja aku." Ucap Reno membawa Elisa ke dalam kamar kerja yang ada di ruangannya. Kamar yang tidak terlalu besar namun terlihat nyaman. Serta barang-barang yang tertata rapih layak nya sebuah kamar biasa. Televisi berlayar tipis yang menggantung tepat di depan tempat tidur, sebuah lemari yang berukuran sedang, meja rias dan juga kasur berukuran king bed yang beralaskan sprei berwarna putih dan juga tembok kamar yang bernuansa putih membuat nya terlihat sangat nyaman.
"Tunggu aku yah? Aku janji gaakan lama. Kamu bisa tidur dulu atau nonton Netflix yah ca." Kata Reno sambil memegang bahu Elisa yang berada di hadapannya.
"Janji jangan lama?" Tanya Elisa mengulurkan jari kelingking nya.
"Janji." Jawab Reno mengaitkan jari kelingking nya dengan Elisa. "Yaudah aku meeting dulu kamu istirahat yah." Lanjut Reno mengecup kening Elisa dan berlalu pergi dari hadapannya.
****
Setelah bangun dari tidurnya nya Faro merasakan lemas di tubuh nya serta kepala nya yang sedikit pusing. Hari ini adalah jadwal kemoterapi untuk ke dua kali nya yang akan Faro jalani. Masih dengan kerahasiaan nya menyembunyikan penyakit nya pada seseorang yang menurut nya sangat berarti. Namun Faro mulai ragu apakah keadaan nya saat ini sangat berarti untuk seseorang itu? Melihat dia sudah menemukan kebahagiaan nya dengan pria lain. Lantas untuk apa Faro berjuang untuk sehat nya? Entah lah Ia hanya melakukan apa yang seharusnya di lakukan.
"Ro aku udah di depan rumah kamu." Ucap Sabila di balik telfon nya.
Setelah menutup telfon nya Ia segera menuruni anak tangga dan menghampiri Sabila. "Kamu kenapa jemput aku?" Tanya Faro ketika sudah berada di luar menghampiri Sabila yang sedang berdiri depan mobilnya.
"Gapapa. Kita di antar sama supir aku yah? Biar kamu bisa istirahat." Jawab Sabila yang masih berdiri di samping mobilnya.
Faro menurut perkataan Sabila, pasalnya Ia pun tidak mungkin mengendarai mobil nya sendiri karena tubuh nya yang saat ini mulai melemas dan juga setelah kemoterapi nanti Ia pasti akan dalam kondisi yang sangat lemah. Ia langsung memasuki mobil sabila. Duduk bersebelahan dengan Sabila, tidak ada percakapan selama perjalanan Faro dan Sabila sibuk dengan pikiran nya masing-masing.
"Ro semangat yah aku yakin kamu pasti sembuh." Ucap Sabila ketika Faro sudah berbaring di atas brangkar bersiap untuk melakukan beberapa rangkaian kemo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa? (Completed)
Jugendliteratur" Aku bisa memilih untuk mencintai siapapun, tapi tuhan telah menciptakan takdir ku sendiri." Elisa Arumi Salsabil. " Mengapa harus ada kata sahabat di antara rasa yang tumbuh setiap harinya ca?" Pauli Adriansyah Faro. " Jika aku bisa memilih takdir...