Selama dua minggu Faro berada di rumah sakit juga di temani oleh Sabila. Pagi ini Faro sudah di perbolehkan pulang oleh dokter dengan catatan bahwa Faro tidak boleh melewatkan obat nya dan Faro harus mulai melakukan kemoterapi untuk membantu kesembuhan nya. Orang tua Faro dan juga Sabila sedang bersiap membereskan barang-barang Faro dan bergegas untuk pulang. Namun entah mengapa kali ini Faro yakin memilih untuk pulang ke Indonesia.
"Mah pah.." panggil Faro.
"Iya sayang kenapa?" Tanya Linda menghampiri Faro yang sedang menatap jendela rumah sakit.
"Mah Faro mau pulang ke Indonesia." Jawab Faro menatap Linda.
"Sayang kamu yakin?" Tanya Linda menatap Faro.
Sabila yang mendengar perkataan Faro dengan mama nya tersebut terkejut ada rasa senang namun ada juga rasa khawatir. Dimana nanti jika Faro pulang ke Indonesia Ia pasti akan bertemu dengan Elisa, lalu apakah Sabila kuat melihat Faro dekat dengan sahabat nya itu? Meskipun mereka hanya sekedar Sahabat namun entah mengapa Sabila yakin Faro pasti memiliki perasaan lebih kepada Elisa. Apalagi Sabila menyadari bahwa Elisa adalah perempuan yang cantik, baik, dan punya bakat bernyanyi yang bagus Ia bisa di katakan sebagai wanita sempurna tidak seperti Sabila bahkan saat ini sedang mencintai seseorang yang hati nya sudah milik orang lain. Sabila tepis semua pikiran nya Ia kembali tersenyum mengingat kesehatan Faro berharap jika bertemu Elisa Faro semakin bersemangat untuk sembuh.
"Faro yakin mah. Faro mau lanjutin pengobatan di Indonesia aja. Faro kangen Elisa mah." Jawab Faro kembali menatap jendela di depannya yang menampakkan air mancur di taman rumah sakit.
Aro yang mendengar percakapan mantan istrinya dan anaknya tersebut menghampiri nya. Ya meskipun Aro dan juga Linda sudah resmi bercerai namun kini mereka sudah berbaikan menurunkan egonya demi anak satu-satunya tersebut.
"Kalau kamu yakin besok kita pulang ke Indonesia bareng-bareng yah. Sabila juga besok mau pulang ke Indo mau lanjutin kuliah nya yang tertunda karena nemenin kamu disini." Ucap Aro mengelus punggung anak nya tersebut.
Faro melihat Sabila yang sedang melipat baju Faro dan di masukkan nya ke dalam tas. Ia menghampiri Sabila. Linda dan Aro memilih untuk keluar ruangan rumah sakit tersebut membiarkan anaknya untuk berbicara dengan Sabila.
"Bil.." panggil Faro menghampiri Sabila.
"Iya bentar yah Far sedikit lagi selesai." Jawab Sabila yang masih fokus membereskan barang-barang Faro.
Faro menahan tangan Sabila dan menggengamnya agar Sabila berhenti. "Bil udah. Aku mau ngomong sama kamu." Ucap Faro mengangkat dagu Sabila agar Ia melihat nya.
"Makasih yah bil udah nemenin aku selama aku sakit, makasih kamu selalu ada disisi aku padahal aku cuma laki-laki lemah." Ucap Faro menatap Sabila.
"Kamu tuh ngomong apa sih Far? Kamu udah bertahan sampe detik ini aja kamu itu udah kuat. Kalau aku ada di posisi kamu aku mungkin udah ga kuat Far. Please kamu gausah ngomong kaya gitu lagi. Kata kamu aku juga sahabat kamu kan? Jadi aku mau selalu ada buat sahabat aku, aku mau liat kamu sembuh Far, aku mau liat kamu ceria lagi tertawa lepas lagi seperti foto-foto kecil kamu bersama Elisa yang sering kamu kasih liat ke aku. Jadi aku mohon kasih kesempatan aku buat liat kamu ceria kaya gitu." Jawab Sabila yang mulai meneteskan air matanya. Semenjak mengenal Faro memang Sabila tidak mengenal sosok Faro yang ceria. Sabila hanya mengenal sosok Faro yang murung dan yang hanya berusaha menguatkan diri nya sendiri. Hanya senyuman sesekali yang Sabila lihat di wajah Faro bukan tertawa lepas dan ceria seperti foto-foto masa kecilnya sampai remaja saat Ia bersama Elisa.
Faro yang melihat Sabila menangis di hadapan nya menyunggingkan senyumnya dan menghapus air mata Sabila. "Hey jangan nangis bil. Aku janji gaakan ngomong kaya gitu lagi. Maaf yah.." ucap Faro mengusap air mata yang jatuh di pipi Sabila dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa? (Completed)
Teen Fiction" Aku bisa memilih untuk mencintai siapapun, tapi tuhan telah menciptakan takdir ku sendiri." Elisa Arumi Salsabil. " Mengapa harus ada kata sahabat di antara rasa yang tumbuh setiap harinya ca?" Pauli Adriansyah Faro. " Jika aku bisa memilih takdir...