Sabila

530 30 2
                                        

Tiga hari berlalu setelah putus nya dengan Tama. Entah mengapa Elisa merasa baik-baik saja justru Ia merasa lega dengan keputusan nya kemarin. Meskipun Tama masih beberapa kali mengirim pesan kepada Elisa untuk membatalkan keputusan nya itu namun Elisa tidak goyah Ia tidak ingin terkekang lagi oleh sikap posesif mantan kekasihnya itu.

Pagi ini Elisa bersiap ke kampusnya dengan mamakai pakaian casual nya celana jeans kulot dengan ikat pinggang coklat, kaos manset putih dan blezer khaki nya tidak lupa dengan hijab pashmina coklat muda nya yang matching dengan blezer dan ikat pinggangnya. Memamkai makeup tipis nya namun mesih terlihat cantik. Seperti biasa Ia selalu pamit kepada sahabat nya itu meskipun hanya lewat sebuah foto namun Elisa selalu merasa Paul selalu setia mendengarkan nya bercerita.

"Ul gimana kabar lo? Lo baik kan ul? Doain gue yah semoga kuliah gue hari ini lancar. Bye Pauli kuuu" ucap Elisa mencium bingkai foto itu.

"Pagi mah pah" ucap Elisa menuruni tangga dan menghampiri orang tuanya di meja makan.

"Pagi ca ceria banget nih kayanya hari ini" ucap mama Ita.

"Yah harus dong" jawab Elisa ceria.

"Ca papa sama mama sore ini harus balik ke jogja yah nak belum tahu berapa lama. Gapapa kan ca kamu di tinggal?" Tanya papa Demis.

"Iya gapapa pah caca udah biasa ko lagian sekarang ada bi Mar Jadi caca ga sendiri di rumah" jawab Elisa.

"Yaudah kamh hati-hati yah jangan macem-macem harus bisa jaga diri, jaga solatnya" balas papa Demis.

"Siaap pah" jawab Elisa dengan tangan Hormatnya.

"Yaudah caca berangkat yah mah pah assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Caca bawa motor yaa maaa paaah" jerit Elisa yang hanya di geleng kan kepala orangtuanya.

***

"Hai boleh gabung ga?" Ucap wanita mungil berambut panjang menghampiri Elisa dan Novia di kantin.

"Oh iya boleh ko duduk aja" Jawab Elisa.

"Makasih. Maaf yah soalnya meja kantin yang lain pada penuh perut ku udah keroncongan" Jelas wanita tersebut.

"Gapapa santai aja. Btw nama lo siapa dari jurusan mana?" Tanya Novia.

"Aku Sabila kebetulan aku baru pindah dari Swedia jadi baru mau masuk kampus ini belum mulai sih masih ngurusin berkas-berkas yang kurang terus sekalian deh pengen lia-liat kampus nya" Jelas Sabila.

"Swedia?" Tanya Elisa lagi seketika pikirannya kembali kepada Paul yang juga tinggal di Swedia.

"Iya Swedia orang tua ku ada bisnis disana. Tapi aku buat putusin buat balik jakarta kangen banget sama Indonesia" jelas Sabila.

Mendengar penjelasan Sabila rasanya begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya apakah Sabila mengenal sahabatnya karena sama-sama tinggal di Swedia? Lagi-lagi pikiran bodoh itu. Swedia kan luas Elisa masa iya dia kenal Paul. Elisa menghapus semua pertanyaan yang ada di kepalanya.

"Terus kamu jurusan apa sab?" Tanya Elisa.

"Aku ambil musik sih penyajian musik mau memperdalam hobi aja sih" balas Sabila.

Cuma ini yang bisa aku lakuin agar aku bisa dekat dengan Elisa ro. Batin Sabila.

"Oh ya? Bisa kadi kita satu kelas dong nanti" ucap Novia.

"Wah seneng banget aku kalau langsung dapat teman" Jawab Sabil riang.

"Emng lo masuk kapan sab?" Tanya Elisa.

"Lusa kayanya sih aku udah masuk" balas Sabila.

Mereka bertiga pun mengobrol kesana kemari menceritakan dan saling memberikan pertanyaan satu sama lain. Sabila yang ramah dan lembut tentu di terima baik oleh Elisa dan novia.

Jam kuliah selesai Elisa berniat untuk makan ramen favoritnya dengan Novia di salah satu kafe Jakarta. Saat di parkiran Elisa melihat Reno dengan cewek yang Ia kenal sebagai kekasihnya Reno itu entah apa yang mereka bicarakan namun terlihat mesra. Elisa tidak memperdulikan nya Ia lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan nya bersama Novia.

****

"Apa sih gi udah yah gausah ganggu gue lagi gue mau putus" ucap Reno dengan nada tinggi ketika Ia sedang berjalan keluar kelas namun Anggi menghalanginya.

"Reno aku gamau putus aku cinta sama kamu" ucap Anggi memelas.

Reno tidak menanggapinya Ia lanjut berjalan menuju parkiran. Reno melihat Elisa dengan Novia saat akan menghampiri Elisa Anggi datang dan memeluk Reno dari belakang. Tanpa Reno sadari Ia sedang di perhatikan oleh Elisa dari kejauhan sana.

Tiba di kafe yang di tuju Elisa dan Novia langsung mencari meja kosong dan memesan makanan yang tersedia di kafe tersebut. Dengan suasana kafe yang cozy bernuansa coklat dan hitam serta adanya pepohonan menemani sore itu.

Sambil menunggu pesanan nya datang Elisa pamit untuk ke belakang melaksanakan solat ashar karena waktu sudah menunjukkan set 4 sore. Setelah selesai wudhu Ia hanya menyelempangkan pashminanya tanpa di kaitkan peniti saat keluar dari kamar mandi menuju mushola kafe seketika Ia kaget karena berpapasan dengan Reno.

"Lo ngapain disini?" Tanya Elisa.

Reno yang masih takjub melihat Elisa dengan wajah yang masih basah terkena air wudhu pun sedikit membeku entah mengapa Elisa terlihat lebih cantik ketika ia sehabis wudhu.

"Bukan urusan lo" jawab Reno dengan jutek dan berlalu meninggalkan Elisa.

Yah kafe itu adalah kafe Daniel Elisa tidak mengetahuinya. Reno menuju gazebo yang terletak di belakang kafe sehingga Ia akan melewati mushola kafe ketika akan kesana.

"Ish aneh banget kadang jutek kadang baik tuh cowo. Ah paling lagi sama ceweknya" ucap Elisa.

Elisa kembali ke meja yang sudah ada Novia dan juga makanan yang di pesannya. Mereka menikmatinya dengan sesekali bercanda gurau. Setelah selesai dan puas dengan obrolannya Novia pamit pada Elisa karena Ia sudah di jemput oleh supirnya. Elisa masih terduduk di meja kafe sambil memainkan hp nya saat ingin beranjak pulang Elisa di tabrak oleh bapak-bapak yang sedang terburu mengangkat telfon. Elisa hampir jatuh namun Reno kembali menolongnya sampai Ia tak sadar seseorang itu mengucapkan maaf karena telah menabraknya. Tak lama Elisa menyadarkan dirinya ketika Ia melihat seseorang itu adalah orang yang Ia sangat kenal.

"Om Aro?" Kaget Elisa mentap wajah pria paruh baya tersebut.

"Elisa?"

"Iyaa om ini Elisa. Elisa kangen om Elisa kangen Paul" ucap Elisa langsung memeluk papa Aro.

"Om juga kangen Elisa sudah besar sekarang udah pakai hijab. Cantik." Ucap papa Aro meregangkan pelukannya dan memegang pipi Elisa.

Reno yang melihat nya sedikit kebingungan ada hubungan apa Elisa dengan pria paruh baya bule ini.

"Om udah balik ke Indonesia ko gabilang Elisa om. Paul juga jahat banget dia ga ada hubungin Elisa om. Paul lupain Elisa yah om? Paul udah gamau ketemu Elisa yah om? Paul ingkarin janjinya ke Elisa yah om?" Tanya Elisa dengan tersedu tidak kuat menahan air mata nya. Salah satu orang yang Ia cari selama ini ada di depan matanya meskipun itu bukan Paul tapi setidak nya Ia bisa menanyakan tentang Paul kepadanya.

To be continue.

Paul udah di Indonesia? Tapi kenapa ga ngabarin Elisa? Apa Elisa bisa segera bertemu sahabatnya itu?

Jangan lupa tinggalin jejak kalian guys biar minad tambah semangat buat lanjut ceritanya. 🤗



Mengapa? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang