Melihat Elisa yang sedang menangis dan mengajukan banyak pertanyaan membuat sosok laki-laki paruh baya bule itu tersenyum. Ia melihat kebahagian anaknya ada di gadis tersebut. Ingin rasanya Ia memberi tahu Elisa namun rasanya kelu sekali lidah itu untuk mengucapkannya.
"Hey ko nangis? Don't cry cantik. Paul belum hubungin kamu yah? Aduh nanti om marahin paul yah. Tapi paul belum pulang ke Indonesia sayang. Paul masih fokus kuliah disana nanti setelah selesai om janji om akan suruh Paul untuk datengin sahabat cantik nya ini" Jelas papa Aro sambil mencolek hidung Elisa.
"Makasih om Elisa kangen Paul kangen om sama tante juga" ucap Elisa kembali memeluk papa Aro.
"Om juga sama kita semua kangen Elisa. Sayang om ga bisa lama yah om harus pergi. Nanti om pasti akan suruh Paul buat ketemu kamu kalau dia udah balik Indonesia yah" Jelas papa Aro yang terburu-buru.
"Om ga perlu. Om cukup bilang paul buat kabarin Elisa aja secepatnya. Kalau nunggu paul pulang ke indo pasti lama Elisa jadi gatau lagi kabar Paul" Jawab Elisa.
"Oke nanti om suruh Paul buat hubungin kamu secepat nya yah. Nih kamu ketik nomor kamu di hp om" ucap papa Aro memberikan hp nya.
"Ini om makasih yah om" balas Elisa.
"Yaudah om pamit yah. Ini cowo kamu?" Menunjuk Reno di sampingnya.
"Om titip Elisa ya jagain Elisa baik-baik kalau ga nanti pasti ada orang yang marah besar sama kamu" ucap papa Aro sambil menepuk punggung Reno.
Reno hanya terpaku dengan omongan pria bule paruh baya tersebut sedangkan Elisa masih menahan tangisnya.
"Om pamit yah sa. Hati-hati pulang nya jangan terlalu malam" ucap papa Aro kembali memeluk Elisa dan di salimi Elisa juga Reno.
"Udah gausah nangis cengeng banget" ucap Reno.
"Apaan sih lo" jawab Elisa langsung meninggalkan Reno.
"Gue anter lo pulang" ucap Reno menarik helm yang akan Elisa pakai.
"Ish gamau gue mau balik sendiri" balas Elisa merebut helmnya dan langsung menaiki motornya dan tidak memperdulikan Reno.
Reno yang melihat Elisa pergi pun kembali mengikuti Elisa. Ia khawatir karena Elisa sedang menangis. Reno takut kejadian malam itu terulang kembali meskipun waktu masih menunjukkan pukul set 7 malam.
Menangis sambil mengendarai motor adalah part favorit Elisa. Entah menangis karena hubungannya dulu dengan Tama atau menangis karena ia merindukan sahabat nya Paul. Tanpa Ia sadari Reno masih mengikutinya dari belakang dengan mobilnya sampai di rumah Elisa.
Sedangkan pikiran Reno dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Siapa kah Paul? Sahabatnya? Apa foto yang di kamar Elisa dengan laki-laki setengah bule itu Paul? Tapi kenapa Elisa sesedih itu dan kemana sebenarnya Paul? Ingin rasanya Reno menanyakan hal tersebut tapi Reno sadar dia dan Elisa tidak sedekat itu yang ada Elisa selalu kesal dengan Reno.
Aaghhh apa sih Ren kenapa jadi lo mikirin cewek aneh itu. Ucap Reno mengacak-acak rambutnya.
Terus sekarang juga kenapa lo jadi ngikutin cewek aneh itu Reno. Ucap Reno memukul setirnya.
Saat akan menutup gerbang rumahnya Elisa melihat mobil yang Ia kenal dan langsung mengetoknya.
"Lo ngikutin gue?" Tanya Elisa ketika Reno membuka kaca mobilnya.
"Engga. Udah aman kan? Masukk.. gue balik bye" ucap Reno menjalankan mobil nya.
Elisa berdecak kesal dengan kelakuan Reno bukannya menjawab pertanyaan nya lagi-lagi Reno malah meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa? (Completed)
Ficțiune adolescenți" Aku bisa memilih untuk mencintai siapapun, tapi tuhan telah menciptakan takdir ku sendiri." Elisa Arumi Salsabil. " Mengapa harus ada kata sahabat di antara rasa yang tumbuh setiap harinya ca?" Pauli Adriansyah Faro. " Jika aku bisa memilih takdir...