Berjalan menaiki anak tangga Reno dan Elisa menuju kamar nya meninggal kan para tamu dan memilih untuk beristirahat dan bersiap untuk acara resepsi yang nanti malam akan di gelar. Reno menggenggam tangan Elisa erat dan juga membantu mengawasi kebaya Elisa yang menjuntai agar tidak menghalangi jalan nya dengan Elisa.
"Pelan-pelan sayang atau aku gendong aja yah?" Ucap Reno melihat ke arah kaki Elisa yang masih menggunakan heels nya khawatir jika Elisa akan terjatuh karena kebaya nya yang panjang dan menjuntai juga heels yang tinggi.
"Gapapa aku bisa Ren. Lagian malu tau liat tuh di bawah masih banyak keluarga besar." Sahut Elisa.
Setelah sudah berhasil menaiki anak tangga dan melewati tatapan para tamu yang sedari tadi memperhatikan mereka yang sedang berjalan menaiki tangga. Tanpa aba-aba Reno mengangkat tubuh Elisa menggendong nya ala bridal style.
"Reno ish lepasin nanti ada orang yang liat." Ucap Elisa terkejut ketika kini tubuh nya sudah terangkat oleh suaminya tersebut.
"Gaada sayang. Udah diem ca nanti jatuh." Sahut Reno dengan senyumannya.
Elisa yang melihat wajah tampan suami nya dari bawah tersebut entah mengapa bagaikan ada kupu-kupu berterbangan di dalam perut nya. Elisa langsung mengalungkan kedua tangan nya pada leher Reno dan mencium aroma tubuh Reno yang membuat Elisa semakin nyaman.
Reno menaruh Elisa di tepi kasur membuka heels yang istri nya pakai. "Kaki nya sakit ga? Aku kompres pakai air hangat yah?" Tanya Reno sambil berjongkok dan mengelus punggung kaki Elisa.
"Engga sayang kaki aku aman ko cuma pegel aja nanti juga ilang." Sahut Elisa.
Melihat wajah sang istri dari bawah membuat Reno semakin terkagum dengan kecantikan Elisa.
"Cup cup" Reno memberikan kecupan di pipi kiri kanan Elisa.
"Ih Renoo."
"Cup." Kali ini tepat di bibir Elisa, kecupan singkat telah berhasil Reno berikan.
Elisa memukul punggung Reno. "Ish modus banget sih."
Reno tersenyum melihat kesaltingan istri nya tersebut. "Yaudah sekarang kamu mau ngapain? Tidur aja yah istirahat? Nanti sore harus make up lagi kan?" Tanya Reno.
Elisa mengangguk. "Aku mau ganti baju dulu sama hapus make-up, masa aku tidur begini."
"Yaudah mau ganti baju dimana? Disini atau di toilet? Kalau disini aku keluar dulu." Tanya Reno kembali.
"Bantuin Ren."
"Hah? bantuin kamu ganti baju ca?" Tanya Reno terkejut.
Elisa mengangguk. " Ini susah gimana buka nya kancing nya kan di belakang terus kerudung nya juga ribet jadi kamu bantuin aku bukain ini semuanya." Sahut Elisa sambil menunjuk kebaya yang Ia pakai dimana kancing nya terletak di area punggung Elisa sehingga butuh bantuan seseorang untuk membukanya.
Reno meneguk saliva nya ketika mendengar penuturan Elisa. "Kamu yakin ca?" Tanya Reno.
"Iya dong masa harus aku gunting baju nya? Ayo cepet bantuin Ren aku udah gerah banget ini." Sahut Elisa dan beralih memunggungi Reno, berharap Reno segera membantu nya membuka kebaya yang Ia gunakan.
Dengan sedikit ragu tangan Reno menghampiri punggung Elisa untuk membantu membukakan kancing kebaya nya. Setelah selesai Reno beralih membuka resleting baju tipis yang Elisa pakai. Dengan penuh mata yang berbinar kini Reno dapat melihat jelas kulit putih dan mulus punggung Elisa. Entah mengapa rasanya seperti berbeda, Reno bukan laki-laki suci yang menunduk kan padangan nya apalagi mantan-mantan Reno dahulu yang dengan sengaja memamerkan auratnya di depan Reno tapi kali ini karena Elisa yang tidak pernah sekali pun menunjukkan aurat nya di depan Reno bahkan semua orang dan kali ini Reno telah melihat nya rasa haru yang Reno rasakan karena Ia menjadi sosok special karena tidak ada satu pun laki-laki yang dapat menikmati keindahan tubuh sang istri selain dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa? (Completed)
Teen Fiction" Aku bisa memilih untuk mencintai siapapun, tapi tuhan telah menciptakan takdir ku sendiri." Elisa Arumi Salsabil. " Mengapa harus ada kata sahabat di antara rasa yang tumbuh setiap harinya ca?" Pauli Adriansyah Faro. " Jika aku bisa memilih takdir...