Hari kedua mereka berada di puncak Bogor. Pagi ini setelah melaksanakan sarapan nya mereka akan pergi ke tempat wisata gunung mas yang berada dekat dengan vila puncak Bogor. Sebelum berangkat Elisa memastikan kondisi sahabat nya. Sebenarnya Elisa dan teman-temannya tidak ingin pergi kemana-mana karena mengingat kondisi Paul namun berbeda dengan Paul Ia menginginkan untuk menghabiskan waktunya di luar.
Pukul sepuluh pagi mereka sudah berada di dalam mobil. Untuk menuju tempat wisata gunung mas tidak membutuh kan waktu lama melihat jarak antara vila dengan tempat wisata hanya memerlukan waktu 10 menit. Cuaca yang sejuk dan dingin membuat masing-masing diantara mereka tidak meninggalkan jaket atau sweater nya yang selalu mereka pakai.
Berjalan menelusuri hamparan kebun teh juga pemandangan alam yang asri membuat mereka lagi dan lagi kagum dengan keindahan yang tuhan ciptakan. Saat asik berjalan menuju tempat peristirahatan semua orang yang sedang merasakan kegembiraan nya karena berhasil berlibur di tengah kesibukan kuliah dan pekerjaan nya, kini berbeda dengan Paul yang sedang menahan rasa sakit di kepalanya yang tak kunjung henti membuat Ia harus memelankan jalannya. Sabila yang sadar akan hal itu karena mereka berjalan secara beriringan membuat nya menghampiri Paul.
"Ro are okay?" Tanya Sabila menghampiri Faro.
"Okay ko Bil aku aman." Jawab Faro melepaskan sebelah tangannya dari kepalanya.
"Kita istirahat dulu yah?" Ucap Sabila membawa Faro untuk duduk di pinggir hamparan kebun teh.
"Bil kalau aku udah gaada di samping kamu lagi, kamu mau janji satu hal sama aku?" Tanya Faro ketika mereka sudah duduk berdampingan.
"Ro.. kamu ga akan kemana-mana kita pasti akan bareng terus ko." Kelak Sabila menatap Faro.
"Bil aku mohon, aku mau walau aku gaada di samping kamu lagi. Aku pengen kamu tetap menjalani hidup kamu dengan bahagia, kamu ga boleh merasa sendiri lagi kamu bisa menganggap Elisa sebagai sahabat kamu. Aku sayang kalian berdua bil tapi untuk mencintai kamu aku cukup tahu diri, aku ga pantas untuk itu bil." Jawab Faro sambil menggenggam tangan Sabila.
Sabila menggeleng kan kepala nya dengan air mata yang sudah menetes. "Ro akan aku usahakan, aku cinta sama kamu Ro aku sayang sama kamu kalau aku boleh egois aku pengen kamu hidup lebih lama lagi, aku pengen kamu lebih bisa menahan lagi rasa sakit nya ro." Jawab Sabila membalas genggaman tangan Faro.
"Bil apa aku pantas kalau aku bilang sekarang aku sudah mencintai kamu?"
Sabila mengangguk dengan terharu serta air mata yang tidak henti membasahi pipinya. "Kamu pantas Ro. Makasih." Jawab Sabila memeluk Faro.
Faro menyambut pelukan Sabila dengan erat. "Maafin aku bil maaf. Maaf karena aku telat menyadari semuanya."
"Engga ro enggak kamu gak salah." Jawab Sabila masih dalam pelukan Faro.
"Bil baju kamu..." Ucap Faro ketika menyadari hidung nya kembali mengeluarkan darah dan telah mengenai baju Sabila.
Sabila melepaskan pelukannya melihat ke arah Faro. "Ro its okay nanti setelah kemo lagi kamu pasti sembuh." Ucap Sabila berusaha menghapus darah di hidung Faro dengan tangannya.
Faro menahan tangan Sabila. "Tangan kamu nanti kotor Bil."
Sabila kembali memeluk Faro. "Ro aku mohon bertahan sebentar lagi yah? Aku mohon." Ucap Sabila lirih tidak mampu menahan Isak tangis nya lagi.
Sementara Elisa, Reno dan teman-temannya asik berjalan tanpa mereka sadari Sabila dan Paul menghilang dari belakang nya.
"Ren Paul sama Sabila kemana?" Tanya Elisa.
"Tadi mereka di belakang kita ca. Apa mungkin mereka istirahat dulu? Coba kamu telpon Sabila ca."
Elisa menurut dan segera mengeluarkan handphone nya mencari nomor Sabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa? (Completed)
Fiksi Remaja" Aku bisa memilih untuk mencintai siapapun, tapi tuhan telah menciptakan takdir ku sendiri." Elisa Arumi Salsabil. " Mengapa harus ada kata sahabat di antara rasa yang tumbuh setiap harinya ca?" Pauli Adriansyah Faro. " Jika aku bisa memilih takdir...