21+ lagi,,
Skip untuk yang belum 21 ya
_____________________________"Apa kau tidak mau melakukannya?" Tanya Shaka saat ia tak merasakan pergerakan Ratih. sementara tangan pria itu masih mengusap punggung Ratih dengan lembut, terkesan membujuk.
"Sa-saya tidak pernah melakukannya, Tuan." Jawab Ratih jujur.
Ia menunduk, menatap mata Shaka yang seolah tengah balik memandangnya padahal ia tahu pria itu tidak bisa melihat. Pandangannya berakhir pada bibir Shaka yang berwarna merah muda dan Ratih menelan ludahnya gugup.
"Lakukan saja seperti yang ingin kau lakukan." Ucap Shaka masih dengan nada membujuk sementara ibu jarinya mulai bergerak mengusap area luar payudara Ratih.
Ratih menggigit bibir bawahnya, namun perlahan kepalanya menunduk. Entah takut mendapat amukan Shaka atau penasaran dengan sensasinya, Ratih menempelkan bibirnya di bibir Shaka.
Rasanya hangat, dan lembut. Lalu kemudian, disertai rasa penasaran Ratih mulai mengecup bibir atas Shaka yang tipis dan mengulumnya. Jemari Shaka meremas punggung Ratih dengan tak sabar.
Menggerakkan kepala ke sisi yang lain, bibir Ratih berganti mengulum bibir bawah Shaka. Shaka menahan erangan tak sabarnya. Ciuman Ratih yang ragu-ragu terasa menyiksa namun juga membuatnya semakin bergairah. Inginnya ia menjatuhkan tubuh Ratih ke atas tempat tidur dan dengan segera menyatukan tubuh mereka namun Shaka sadar kalau kali ini dia harus membuat Ratih menerima kehadirannya. Ia tidak mau Ratih merasa takut setiap kali Shaka menyentuhnya.
Shaka melepas piyama Ratih hingga kain lembut itu jatuh teronggok di kakinya. Tangannya meraba kaitan bra di belakang punggung Ratih dan kembali meloloskannya hingga kini Ratih berdiri di hadapannya hanya dengan mengenakan celana dalamnya saja.
Shaka menarik paha Ratih naik ke atas tempat tidur sehingga kini gadis itu berdiri di atas kedua lututnya dengan posisi mengangkanginya. Payudara Ratih yang bulat dan penuh kini menegak di depan wajah Shaka.
Shaka menciumi pipi ratih. Rahangnya, lehernya dan tulang selangkanya sementara tangan gadis itu menyentuh bahu Shaka, mengusap leher dan tengkuknya hingga menyusup ke sela rambut Shaka dan meremasnya.
"Mmmhhh..." Lenguhnya saat Shaka mulai memainkan bibirnya di antara belahan payudaranya. "Tuan.." Sentaknya kaget saat Shaka mulai mengulum salah satu puncak payudaranya yang menegang.
"Kenapa? Kau tidak menyukainya?" Tanya Shaka ingin tahu. Sumpah demi apapun, yang Shaka inginkan saat ini adalah melihat seperti apa ekspresi yang ditunjukkan Ratih.
"T-tidak. Saya...Tuan.." pekik Ratih lagi saat Shaka mengulum puncak payudaranya yang lain.
Shaka menjatuhkan tubuh Ratih ke atas tempat tidur. Membuka lebar kaki Ratih sehingga ia bisa membungkuk di atas tubuh gadis itu. Mulut dan tangannya bergerilya, menyentuh, mengusap dan mencium tubuh Ratih dengan begitu memuja.
Malam itu, dia berhasil membuat Ratih melenguh dan merasakan nikmat bercinta tanpa membuat gadis itu takut atau trauma.
Shaka ambruk di atas tubuh Ratih dengan napas terengah dan jantung yang belum kembali pada detak normalnya. Kedua kaki Ratih masih membelit pinggangnya sementara milik Shaka masih terbenam di miliknya. Tubuh mereka sama-sama basah dan lengket dan cairan milik mereka meleleh menyentuh alas tempat tidur.
Shaka puas, dan ia yakin Ratih pun merasa demikian karena kini ia tidak merasakan tubuh gadis itu menolak ataupun menegang.
Tangan Shaka meraba laci nakas untuk mencari tisu dan membersihkan sisa cairan yang ada diantara selangkangan mereka. Ratih sempat menolak saat Shaka hendak membersihkannya namun desisan yang keluar dari mulutnya membuat gadis itu terdiam.
"Mau kemana?" Tanya Shaka saat ia merasakan pergerakan Ratih yang bangkit dari tidurnya.
"Kembali ke kamar, Tuan." Jawab Ratih gugup.
"Tidak. Kau tidak akan kembali ke kamarmu. Tidak sebelum aku menyuruhmu." Ucap Shaka dan ia kembali menarik pinggang Ratih supaya gadis itu kembali berbaring. Setelahnya ia meraih lengan kiri Ratih dan menjadikannya bantalan. Tangan kanan Shaka menyusup di bawah pinggang Ratih dan mendorong punggung Ratih supaya berbaring miring menghadap ke arahnya. Kini mereka berbaring dalam posisi miring dan saling berhadapan.
Dengan sengaja, Shaka membenamkan wajahnya didepan payudara Ratih. Mendengarkan gemuruh debar jantung Ratih yang tak beraturan dan menyembunyikan senyumnya dengan bersandar semakin dalam. Tangan kiri Shaka meraih tangan kanan Ratih dan membawanya menuju kepalanya.
"Tidurkan aku." Ucap Shaka dengan suara yang teredam. Ratih menunduk, sejenak merasa risih dan bingung dengan permintaan Shaka namun akhirnya tangannya bergerak mengusap rambut Shaka seperti halnya ia mengusap rambut Shanaya saat membantu gadis kecil itu tertidur.
Perlahan, dan entah menghabiskan waktu berapa lama, Shaka mendengar debar jantung Ratih mulai normal. Dan saat itu, baik dirinya dan juga Ratih sama-sama mengantuk hingga pada akhirnya keduanya jatuh dalam lelap bersamaan.
Ratih mengerang. Tubuhnya terasa begitu pegal dan ngilu di beberapa tempat. Ia ingin sekali menggeliat dan mengerang kuat-kuat namun ia takut akan membuat Shaka terbangun.
Ratih melirik ke belakang dan sisi tempat dimana Shaka seharusnya terbaring sudah kosong. Pria itu tidak ada di sana dan itu membuat Ratih terkejut panik.
"Tidurlah yang nyenyak. Jangan pikirkan pekerjaan dan Shanaya." Itulah kalimat yang terakhir Ratih dengar setelah pergulatan mereka yang terakhir.
Ya, yang terakhir karena setelah itu Ratih benar-benar bangun dalam keadaan sendirian.
Semalam, setelah mereka tertidur entah untuk beberapa lama, Shaka kembali menyentuhnya. Membangunkannya, menggodanya dan kembali memasuki tubuh Ratih dengan sedikit lebih bersemangat dibanding kali pertama malam itu. Setelah sama-sama mencapai puncak, mereka kembali beristirahat hanya untuk melakukannya lagi dan lagi sampai Ratih merasa kelelahan dan tak sanggup lagi bergerak.
Ya, malam itu Shaka tampak begitu bernafsu. Berbagai posisi pria itu coba dan setiap kali mendapatkan pelepasannya pria itu selalu menggeram di telinga Ratih bahkan pria itu tak ragu untuk menggigit Ratih.
Jika pria itu memasukinya dari belakang maka gigitannya akan disarangkan di punggung Ratih. Jika memasukinya dari samping, maka gigitannya akan bersarang di lengan Ratih. Namun jika Shaka memasuki Ratih dari depan, pria itu akan memilih membenamkan wajahnya di lekuk payudara Ratih.
Pinggang dan paha Ratih juga menjadi area yang cukup ngilu saat Ratih bergerak. Sedikit memar tampak disana yang merupakan sisa cengkeraman jemari Shaka saat pria itu bergerak tak sabar saat Ratih sudah pasrah dan tak bisa bergerak menandingi nafsunya.
Ya, nafsu karena nyatanya dalam hubungan yang terjadi semalam tidak Shaka lakukan karena cinta. Dan kini, setelah merasakan bagaimana nikmatnya Ratih juga tak menolak ataupun menghindarinya. Semalam Ratih sadar kalau sekuat apapun dia menolak dan mengelak, hal itu tidak akan membuahkan apapun selain membuatnya merasa malu dan tak berharga. Karena itu, mulai saat ini Ratih mengambil keputusan kalau dia akan memasrahkan diri dan melayani Shaka semampu fisiknya. Ingatlah, Ratih adalah milik Shaka karena pria itu sudah membayarnya meskipun Ratih sama sekali tidak menikmati uangnya.
Ratih turun dan memperhatikan ranjang yang sudah sangat berantakan. Di balik selimut yang barusan dia gunakan, dia melihat bercak-bercak cairan hasil persetubuhannya dengan Shaka sepanjang malam. Belum lagi seprai yang keluar dari tempatnya membuat Ratih semakin sadar kalau apa yang ia dan Shaka lakukan bukanlah mimpi.
Ratih terduduk di atas karpet tebal dimana hairdryer yang semalam digunakannya untuk mengeringkan rambut Shaka tergeletak tak beraturan. Dadanya sesak dan airmatanya mengalir begitu saja tanpa diminta. Dia menangis terisak tanpa suara tanpa tahu apa yang ditangisinya.
Nasibnya yang secara tak langsung disiksa oleh ibunya sendiri atau menangisi dirinya yang kini berstatus sebagai seorang pelacur berkedok pelayan. Atau, tangis ini karena kini Ratih sendiri mulai menikmati perannya sebagai penghangat ranjang sang majikan yang membuatnya semakin tak memiliki harga diri.
______________________________
Jangan lupa komen sama ⭐ nya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by Your Charms
RomanceRatih yang putus asa meminta bantuan teman lamanya untuk mencarikannya pekerjaan. Dia ingin pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun itu membuatnya harus bekerja keluar negeri sebagai seorang pelayan. Namun siapa yang menyangka kalau tanpa sepenge...